Beranda Berita Bangkitkan Cita akan Fasilitas Berdaya Segitiga Emas Bali

Bangkitkan Cita akan Fasilitas Berdaya Segitiga Emas Bali

oleh Redaksi

Proyek pembangunan Pelabuhan Sanur merupakan salah satu proyek Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) di Provinsi Bali yang saat ini sedang dalam tahap konstruksi. Proyek pelabuhan yang berada di Pantai Matahari Terbit, Desa Sanur Kaja, Kecamatan Denpasar Selatan ini dibangun dengan tujuan untuk mempermudah akses penyeberangan menuju Nusa Penida dan Nusa Ceningan. Selain sebagai lokasi penyeberangan, sekitar lokasi proyek juga merupakan lokasi pengabenan, pelarungan abu jenazah, dan lokasi nelayan Sanur mencari nafkah. Pemilik proyek ini ialah Direktorat Jenderal Perhubungan Laut di bawah Kementrian Perhubungan dan kontraktor proyek ini ialah KSO Hutama-Bangun-Virama.

Urgensi Di Balik Pembangunan Pelabuhan Sanur

Hingga 12 Maret 2022, kondisi eksisting Pelabuhan Sanur belum memiliki fasilitas yang memadai dari Denpasar ke Nusa Penida, Nusa Ceningan, dan Nusa Lembongan. Karena tidak adanya dermaga, para penumpang kapal yang akan naik dan turun di lokasi harus turun melalui air di pinggir laut dengan kondisi basah. Hal ini tentu sangat menjadi masalah, terutama bagi wisatawan dan warga lokal.

Usulan pembangunan Pelabuhan Sanur ini sebenarnya sudah digagas semenjak tahun 2012, tetapi terdapat banyak kendala. Salah satu kendala utamanya adalah mengenai lahan. Pemerintah tidak memiliki lahan bebas yang cukup untuk menbangun sebuah pelabuhan. Permasalahan ini akhirnya selesai pada tahun 2020 lalu, saat Pemerintah Denpasar mendapat hibah tanah dari Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Laut dan konstruksinya dilakukan melalui skema pembiayaan APBN Pusat.

Pembangunan proyek Pelabuhan Sanur telah dimulai semenjak peletakan batu pertamanya pada 12 Desember 2020 lalu. Pembangunan proyek ini dilakukan dalam periode Tahun Anggaran 2020–2023 dengan pagu anggaran sebesar Rp398 miliar.

Progres, Target, dan Rencana Utama ke Depan

Per 12 Maret 2022, progres proyek yang berada di Pantai Matahari Terbit ini mencapai kurang lebih 54%. Progres yang harus segera dikerjakan cukup banyak karena secara kontraktual proyek seharusnya sudah selesai pada Juni 2022. Namun, adanya refocusing anggaran menyebabkan perpanjangan kontrak (multiyear contract) sehingga proyek pembangunan fasilitas Pelabuhan Sanur diperpanjang hingga Februari 2023. Heru Wijanarko selaku Project Manager Proyek Pelabuhan Sanur mengatakan bahwasanya proyek yang berjalan sebesar 54% ini didominasi oleh pekerjaan breakwater.

Pelabuhan Sanur dibangun dengan tujuan untuk memfasilitasi wisatawan dan warga lokal, bukan untuk kegiatan logistik. Sementara untuk kegiatan logistik, biasanya melalui Pelabuhan Padangbai karena jalur lebih pendek dan di sana terdapat dermaga yang lebih permanen untuk pengangkutan barang.

Pada September 2022, Pelabuhan Sanur diharapkan dapat melaksanakan minimum operational untuk melayani kegiatan penyeberangan ke Nusa Penida, Nusa Lembongan, dan Nusa Ceningan, sekaligus mendukung ajang G-20.

Dalam jangka panjang ke depannya, terdapat masterplan untuk menyediakan trem dari Bandara Internasional Ngurah Rai ke Pelabuhan Sanur. Hal ini bertujuan agar wisatawan yang dalam masa transit dan punya waktu cukup longgar dapat menikmati keindahan Pantai Sanur terlebih dahulu. Namun, pada jangka pendek hingga menengah, masterplan diprioritaskan untuk pengembangan Pelabuhan Sanur.

Beragam Fasilitas yang Tersedia

Pelabuhan Sanur terdiri dari fasilitas laut dan fasilitas darat. Fasilitas yang terdapat di darat adalah gedung terminal penumpang, sedangkan fasilitas di laut adalah Breakwater Selatan, Breakwater Utara, dermaga apung, area pengembangan dan talud.

Gedung terminal penumpang akan terdiri dari dua setengah lantai, yaitu dua lantai penuh dan satu mezzanine yang akan digunakan sebagai panoramic deck. Penumpang yang menunggu keberangkatan di sana bisa melihat eloknya Gunung Agung. Desain gedung terminal ini dikerjakan oleh Popo Danes, arsitek asli Bali. Dalam perencanaannya, Popo Danes mengikutsertakan sesepuh Desa Sanur untuk memberikan masukan mengenai ciri khas Sanur yang direpresentasikan ke bentuk Gedung Terminal. Pada akhirnya, desain atap yang awalnya berbentuk ikan pari berubah menjadi perahu jukung. Selain itu, selasar tempat masuk dan keluar penumpang didesain berbentuk perahu bercadik. Terdapat juga ornamen gajah mina di depan dan di belakang terminal.

“Pelabuhan ini direncanakan mampu untuk melayani kapal dengan 116 gross tonnage (GT). Kapal-kapal yacht dari Australia yang akhir-akhir ini banyak bersandar termasuk dalam klasifikasi tersebut,” tutur Heru.

Kolam labuh direncanakan dapat menampung sejumlah 54 kapal, tetapi untuk fase awal, hanya disiapkan untuk mampu menampung 26 kapal. Ke depannya, akan ada pengembangan lebih lanjut lagi seperti penambahan fingerdermaga yang dapat menambah kapasitas kapal yang bersandar dan penumpang yang mengunjungi Pelabuhan Sanur.

Di sisi lain, terdapat dua bangunan pelindung pantai atau pemecah ombak, yakni Breakwater Sisi Selatan dan Breakwater Sisi Utara yang menggunakan material unit lapis lindung (armor) BPPT-Lock. BPPT-Lock yang digunakan ada dua jenis—di sisi bagian depan atau sisi yang menahan ombak secara langsung, digunakan BPPT-Lock dengan massa 3,6 ton, sedangkan di sisi bagian dalam, digunakan BPPT-Lock dengan massa 1,3 ton. Untuk dermaga apungnya sendiri, konstruksinya akan dimulai setelah konstruksi breakwater dan pengerukan kolam labuh selesai.

Berbagai Pertimbangan dalam Rancang Bangun

Pertama, karena terletak di daerah rawan gempa, struktur bangunan harus didesain tahan terhadap gempa 6,1 magnitudo. Kemudian dari hasil penyelidikan tanah, juga terdapat potensi likuefaksi. Sebagai antisipasi, fasilitas darat dan dermaga apung terdapat kedalaman minimal fondasi yang harus dicapai meskipun sudah menembus lapisan pendukung atau tanah kerasnya. Kedalaman minimal yang harus dicapai yakni tujuh meter di bawah lapisan tanah kerasnya (nilai SPT 50).

Sementara itu, breakwater perlu menggunakan material geocomposite, yaitu gabungan dari material geotextile dan geogrid. Akan tetapi, tidak semua bagian breakwater riskan terhadap likuefaksi sehingga pemasangan geocomposite hanya dilakukan pada beberapa bagian potongan.

Kedua, adanya potensi gelombang yang cukup tinggi. Pada bulan Oktober 2021 dan Maret 2022, terjadi gelombang tinggi yang melimpas hingga mencapai jalan di sekitar pelabuhan. Oleh karena itu, posisi puncak Breakwater Selatan dirancang untuk dapat menahan gelombang dengan tinggi rencana 4,5 meter. Antisipasi ini harus dilakukan agar kondisi kolam labuh tetap tenang sehingga kapal dapat berlabuh dengan aman dan perlindungan pantai dari abrasi.

Ketiga, terkait scouring dan sedimentasi pada breakwater. Potensi adanya scouring ini perlu diwaspadai karena akan berpengaruh pada stabilitas breakwater. Sebagai langkah antisipasi scouring, telah dilakukan tindakan preventif. Di bawah tubuh breakwakter, dihamparkan geotextile non-woven yang berfungsi sebagai separator sehingga material pasir di dasar laut tidak terbawa oleh arus. Selanjutnya, pada sisi breakwater yang langsung berhadapan dengan gelombang, bagian kaki atau toe-nya diperpanjang hingga 8 meter untuk mencegah abrasi pada inti breakwater. Sementara untuk sedimentasi, telah dilakukan perhitungan dan pertimbangan dengan trial layout sehingga didapatkan posisi yang paling efektif dan efisien dengan nilai sedimentasi paling kecil.

Tahap Desain yang Dinamis

Proyek Pembangunan Pelabuhan Sanur ini melewati tahap desain yang dinamis karena adanya perubahan dari kondisi lapangan. Heru menerangkan bahwa pada awalnya, pelabuhan ini menggunakan armour tetrapod dengan massa 11 ton dan kedalaman dasar laut (seabed) sebesar 4 meter di bawah mean sea level (MSL). Desain ini disesuaikan dengan data awal dan digunakan untuk penawaran tender. Akan tetapi, setelah pengambilan data primer, ternyata diketahui kedalaman seabed adalah 6,5 meter di bawah MSL. Untuk itu perlu dilakukan perhitungan ulang terhadap desain yang sudah dibuat.

Selain itu, struktur armor yang semula tetrapod diubah menjadi BPPT-Lock. Apabila tetap menggunakan tetrapod, nilai kontrak akan naik melebihi 10% dari nilai kontrak awal, sedangkan perubahan juga terjadi pada desain fasilitas darat yang turut menyumbangkan kenaikan anggaran cukup besar. Hal ini menyesuaikan persyaratan bahwasanya nilai maksimal pertambahan suatu kontrak hanya 10% dari nilai kontrak awal dengan justifikasi yang jelas. Oleh karena itu, berdasarkan berbagai pertimbangan dan perhitungan, akhirnya armor pelabuhan yang awalnya tetrapod dengan massa 11 ton diganti menjadi BPPT-Lock dengan massa 3,6 ton.

Tahap perubahan desain tidak hanya dinamis, melainkan juga secara perulangan (looping). Perulangan yang dimaksud ialah dalam perhitungan desain bangunan akan selalu dilakukan trial and error sampai mendapatkan desain yang paling efektif dan efisien. Desain yang diterapkan di lapangan ternyata perlu peningkatan ataupun penyesuaian sesuai kondisi lapangan yang juga berubah-ubah. Contohnya, fasilitas dermaga apung pada bagian finger dulunya hanya didesain dengan dua tiang pancang saja. Kemudian, dilakukan perhitungan ulang sesuai kondisi eksisting dengan spesifikasi yang berbeda-beda. Setelah perhitungan dilakukan, ternyata 2 tiang pancang tidak cukup karena lendutannya melebihi lendutan maksimal sebesar 5 cm sehingga perlu tambahan menjadi 3 tiang pancang.

Terlepas dari tahap desain yang dinamis, Pelabuhan Sanur dirancang dengan berbagai pertimbangan teknis ataupun nonteknis sehingga dihasilkan alternatif yang paling baik. Adanya pembangunan Pelabuhan Sanur nantinya diharapkan dapat menjadi simpul transportasi laut di kawasan Segitiga Emas sekaligus dapat menjadi secercah asa baru bagi perkembangan wisata di Bali ke depannya.

Tulisan oleh Alkansa Jesiro Syam
Data oleh Faatira Azzahra S. K
Dokumentasi oleh Bagas Adi Wicaksono
Tim Liputan Clapeyron (Alkansa, Faatira, Bagas, Giovanni)

Artikel Terkait