Beranda Artikel Melepaskan Diri dari Penjara Fibonacci

Melepaskan Diri dari Penjara Fibonacci

oleh Redaksi

Tahun ajaran baru sudah berlangsung selama seminggu. Meskipun demikian, persiapan-persiapan pergantian kepengurusan sudah dapat terlihat di berbagai organisasi. Ada yang sudah mengganti kepengurusan dan sedang meracik formula keorganisasian untuk beberapa periode yang datang, wajah-wajah lama mulai jarang terlihat di lingkungan sekretariat, dan ada juga yang masih dalam proses pencarian pengurus baru. Tak terkecuali dengan Keluarga Mahasiswa Teknik Sipil (KMTS).

Sejak akhir liburan, KMTS sudah disibukkan dengan aktivitas pencarian calon ketua untuk periode selanjutnya. Beberapa hari belakangan, periode pencalonan sudah dimulai. Para bakal calon (balon) terlihat sibuk untuk menggalang dukungan. Mulai dari mengumpulkan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM), diskusi dengan pengurus periode berikutnya, dan tak lupa penyusunan visi-misi yang akan menjadi senjata pamungkas untuk maju menjadi calon ketua KMTS. Berbagai bisikan-bisikan tipis terkait beberapa kolega yang mencalonkan diri menjadi balon Ketua KMTS perlahan bermunculan. Dalam waktu 10 hari, KMTS akan melaksanakan pesta demokrasi terbesarnya, pemilu Ketua KMTS.

Terkait dengan aktivitas organisasi yang ada di lingkup Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, saya mengidentikkannya dengan bilangan fibonacci. Seluruh aktivitas yang ada seolah seperti deretan bilangan fibonacci yang susunanya sangat mudah ditebak dan kaku. Semester ganjil disibukkan dengan kaderisasi, pergantian kepengurusan, dan hinaan, serta kritik seputar sistem kepengurusan. Seolah lupa dengan hujatan kritik di semester ganjil, semester genap disibukkan dengan kegiatan program kerja organisasi. Meskipun tidak sesempurna deret fibonacci, paling tidak garis besar seputar kehidupan dan aktivitas keorganisasian bersifat demikian. Tetapi, pemilu KMTS tetap menjadi ajang yang sangat menarik. Berat rasanya untuk menutup mata, hati, dan pikiran terkait alur serta agenda pemilu Ketua KMTS.

Terkait dengan hujan kritik dan hinaan yang lazimnya deras di semester ganjil, terdapat beberapa poin menarik yang hampir selalu menjadi buah bibir setiap mahasiswa, antara lain KMTS yang belum merangkul seluruh mahasiswa dalam berorganisasi dan bersuara serta bobroknya sistem yang dianut KMTS.

Berbicara mengenai sistem tidak akan ada habisnya. Sistem hanya akan dijadikan kambing hitam dan dihujat ketika terdapat kesalahan, tetapi minim apresiasi ketika sistem menjadi batu loncatan dalam kehidupan berorganisasi ataupun kehidupan sehari-hari. Jika KMTS dicap tidak merangkul seluruh mahasiswa untuk berorganisasi dan bersuara, bagaimana jika Saya mengingkatkanmu bahwa sekretariat KMTS selalu terbuka dengan keluh kesah dan keprihatinanmu? Toh juga penghuninya bukan hanya pengurus harian organisasi setempat. Bahkan teman-teman dari non-pengurus banyak yang dicap menjadi penghuni tetap sekretariat karena tidak pernah pulang ke rumah atau asramanya. Tidak ada yang melarangmu untuk bersuara, dan kamu tidak akan dikucilkan atau dibungkam hanya karena mulutmu melepaskan atau kelepasan kritik dan saran.

Seringkali kritik dan celaan terhadap sebuah sistem organisasi berhenti pada jenjang kritik dan celaan. Tidak ada saran yang disertakan dalam sebuah kritikan. Bagaimana sistem tersebut dapat berubah menjadi lebih baik jika yang diberikan hanya keluhan yang dibungkus dengan kritik dan celaan? Akan lebih baik jika kritik dan celaan yang disampaikan disertakan dengan saran. Akan jauh lebih baik jika saran yang disampaikan dikemas dalam sebuah pengawalan organisasi terkait. Saya ucapkan selamat kepada kawan semua yang telah memanjangkan deret fibonacci KMTS dengan hanya membertikan kritik dan celaan tanpa saran dan aksi nyata. Apa yang lebih indah daripada kritik membangun dengan pemberian saran yang dikemas dengan aksi nyata?

KMTS memerlukan figur yang lebih baik untuk menjawab tuntuan kebutuhan hidup organisasinya. Figur yang terbuka, dinamis, dan dapat merangkul semua golongan untuk membawa KMTS menuju perubahan yang lebih baik. Selain itu, figur tersebut adalah figur yang mampu memposisikan diri sebagai pemimpin dan memahami posisi orang yang dipimpinnya.

Untuk apa melayangkan sebuah kritik jika pada dasarnya tidak ada pengetahuan yang utuh terkait hal yang dikritik?  Untuk apa melayangkan kritik tapi tidak menyertakan saran dan aksi nyata yang berarti?

Saya ucapkan selamat mencari figur yang diimpikan untuk ketua organisasi kita, KMTS. Semoga pemilu yang akan datang dapat memfasilitasi rasa haus akan pencarian figur pemimpin yang ideal. Semoga kritik yang akan datang adalah kritik yang disertai pemahaman problema secara menyeluruh dan disertakan dengan saran yang dikemas dengan aksi nyata. Selamat membenahi diri dan berkaca. Semoga kehidupanmu tidak kaku seperti bilangan fibonacci, dan selamat melepaskan diri dari penjara fibonacci.

Opini oleh: Reynaldo Daniel
Poster Oleh: Nyoman Dharma S.

Artikel Terkait