Rabu (19/04), Clapeyron berkesempatan untuk berbincang-bincang dengan salah satu alumnus Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada (UGM), Ing.Hafida Fahmiasari, S.T., M.Sc Simak perbincangan kami dengan alumnus angkatan 2009 tersebut mulai dari Pogung hingga Negeri Kincir Angin.
Awal Perjuangan
Melepas seragam putih abu-abu, Fida memutuskan untuk melanjutkan kuliah di jurusan Teknik Sipil UGM dengan hanya berbekal pelajaran fisika dan wawasan yang masih minim mengenai prospek kerja sebagai lulusan teknik sipil. Saat memilih untuk kuliah di fakultas teknik, tidak sedikit Fida mendapatkan keresahan dan keraguan dari keluarga atas keputusannya tersebut. Sarat dengan tugas dan didominasi oleh kaum laki-laki adalah salah dua dari sekian banyak kerisauan keluarga.
Selama mengenyam status sebagai mahasiswa, Fida adalah pribadi yang aktif dalam kegiatan di luar kelas. Terbukti, Fida pernah tercatat sebagai Sekretaris Jenderal Keluarga Mahasiswa Teknik Sipil (KMTS), salah satu pendiri Office of International Affairs (OIA), dan kapten tim basket putri jujurusan teknik sipil. Sibuk di organisasi kampus membuat wanita asli Yogyakarta tersebut sering ngangkring di sekretariat organisasi. Di samping tuntutan organisasi, tentunya tugas-tugas perkuliahan tidak bisa dilepas dari prioritas dan hal tersebut tak jarang mengharuskannya untuk pulang larut malam. Bahkan, untuk menepis rasa kekhawatiran keluarga, tak jarang rapat organiasi dan pengerjaaan tugas besar dilakukan dirumahnya.
Organisasi, Belanda, dan Pekerjaan
Selesai dengan pendidikan strata 1 dengan program gelar ganda di UGM dan Hanzehogeschool Groningen, Fida melanjutkan pendidikan ke jenjang master dengan spesialisasi Transportation Policy di Technische Univesiteit Delft. Melanjutkan sekolah di benua biru semakin membuka wawasan Fida mengenai kultur dari negara lain dan prospek kerja teknik sipil. Salah satu hal yang menjadi kebiasaannya saat ini adalah budaya literasi. Menurut Central Connecticut State University, pada tahun 2016 Belanda menempati peringkat 10 dunia dalam hal literasi. Hal ini yang menyadarkan Fida bahwa kemampuan literasi adalah suatu hal yang sangat penting dan merupakan suatu kewajiban. Di sela-sela pekerjaan di lapangan dan mengolah data, Fida selalu membawa bacaan berupa jurnal ataupun paper untuk mengisi waktu senggang. Selain untuk mengisi waktu luang, hal ini juga berguna untuk mengkesplorasi lebih dalam suatu ilmu dan memperluas wawasan.
Berkarya di World Bank sebagai Transport Consultant, membuat Fida bertemu dengan rekan-rekan yang memiliki latar belakang disiplin ilmu non-teknik. Menurutnya, salah satu kemampuan yang harus dimiliki adalah kemampuan berbicara dan menyampaikan suatu hal. “Intinya, bagaimana kita dapat menyampaikan suatu hal dari sisi engineering kepada orang awam, tetapi mereka dapat mengerti dengan mudah,” cetus mantan anggota KMTS bidang minat, bakat, dan kerohanian tersebut. Dengan mengikuti organisasi, tentunya akan membuat seseorang berinteraksi dengan banyak orang dari latar belakang yang beragam. Selain itu, dapat membiasakan diri untuk menghadapi tekanan dengan tenang. Terbiasa sibuk di organiasi semasa kuliah, menjadikannya memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik. Terbukti, pada tahun 2013 Fida dianugerahkan sebagai Best Presenter pada kategori skripsi pada Simposium ke-16 Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi pada tahun 2013.
Menjadi Wanita di Teknik Sipil dan Passion
Masuk ke jurusan teknik sipil dengan mayoritas mahasiswa merupakan laki-laki tidak menurunkan rasa percaya diri Fida. Ia bercerita bagaimana kuliah mengharuskannya pulang larut malam yang menimbulkan keluhan dari keluarga dan bagaimana Ia harus bekerja dan belajar di lingkungan laki-laki. Diragukan dan diremehkan karena masalah gender merupakan salah satu hambatan yang harus Ia lalui. Seringkali kemampuannya untuk melakukan suatu pekerjaan dipertanyakan karena Ia seorang wanita. Hal itu tidak mematahkan semangat juang Fida untuk terus berkarya dan mengukir prestasi. Ia berpesan kepada para perempuan untuk tidak minder dan satu-satunya cara untuk membungkam segala keraguan adalah dengan membuktikannya dengan kerja nyata. “Kita sebagai perempuan menghadapi hal seperti itu hanya bisa melawan dengan hasil dari yang kita kerjakan,” ucapnya.
Fida juga berpesan untuk selalu melakukan segala hal berdasarkan apa yang kita sukai dan minati. “Kalau melakukan segala sesuatu dibawa enjoy saja, dengan begitu segala kesulitan dan tekanan dalam mengerjakan sesuatu tidak akan terasa,” kata peraih Alumni Berprestasi LPDP Awards 2017 ini. “Jangan sia-siakan waktu belajar yang sangat singkat ini untuk hal-hal tidak bermanfaat. Selain itu, saat melakukan segala tugas, tugas itu harus membuat kita berkembang sehingga kelak setelah kita lulus kita tidak menjadi lulusan yang biasa-biasa saja melainkan lulusan yang menjual,” ucap Fida sebagai penutup perbincangannya dengan kami kala itu.