Momen pergantian tahun tidak lepas dari seremonial perayaannya. Kurang lebih 7 miliar jiwa merayakan malam pergantian tahun Masehi ini dengan berbagai cara, salah satunya adalah menyalakan kembang api untuk memeriahkan malam pergantian tahun tersebut.
Kembang api diperkirakan ditemukan pada tahun 800 Sebelum Masehi di daerah Tiongkok dan pada perkembangannya digunakan dalam berbagai kepentingan, diantaranya adalah memeriahkan perayaan. Namun, kembang api ternyata memiliki beberapa dampak yang membahayakan bagi lingkungan. Kembang api mengeluarkan ribuan ton partikel halus dengan ukuran 2,5 dan 10 mikrometer atau yang biasa disebut sebagai Particulate Matter (PM) 2,5 dan PM 10. Partikel-partikel tersebut amat berbahaya bagi kesehatan manusia, lingkungan, dan hewan karena tidak dapat terlihat oleh mata dan dapat terhirup saat bernafas. Menurut World Health Organization (WHO), PM berkontribusi dalam 6,7% kasus kematian pada tahun 2012.
Kembang api yang terbakar menghasilkan polutan udara, seperti sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), karbon dioksida (CO2), karbon monoksida (CO), dan beberapa bahan garam logam seperti aluminium, mangan, dan kadmium. Zat-zat tersebut merupakan bagian dari zat penyebab perubahan iklim, pemanasan global, dan pemicu hujan asam.
Dengan mengetahui dampak dari kembang api bagi kesehatan dan lingkungan, apakah layak ditukar dengan ingar-bingar semalam demi merayakan pergantian tahun? Mari menjadi lebih bijak dalam merayakan tahun baru dengan mengurangi kerugian bagi diri sendiri dan lingkungan!
Tulisan dan data oleh Alfa Syifa Putra S
Gambar oleh Ayumna Uzlifati