Hari Waisak merupakan hari besar bagi seluruh umat Buddha di dunia. Hari Waisak dirayakan ketika terang bulan (purnama pertama dalam bulan Mei) untuk memperingati tiga peristiwa penting.
Ketiga peristiwa penting itu disebut Trisuci Waisak yang meliputi tiga kejadian penting dalam hidup Sang Buddha, yakni saat ia lahir (623 SM), mencapai Penerangan Agung (588 SM), serta saat wafatnya (543 SM). Prosesi perayaan Waisak ini tidak hanya terbatas kepada umat agama Buddha saja, tetapi juga umat agama lain melalui perayaan festival lampion.
Festival pelepasan lampion pada perayaan hari Waisak merupakan adaptasi dari Festival Yuan Xiao di Cina pada masa Dinasti Han Barat tahun 206 SM. Festival Yuan Xiao diadopsi oleh agama Buddha pada masa pemerintahan Kaisar Ming dari Dinasti Han Timur pada 25-220 SM. Pada masa Kaisar Ming, agama Buddha menyebar dari India ke Daratan Cina. Kebiasaan melepaskan lampion tersebut lambat laun menjadi tradisi di agama Buddha dan berkembang di seluruh dunia.
Festival pelepasan lampion melambangkan persembahan kepada sang Buddha yang sudah menerangi dunia melalui tiga ajaran pentingnya. Tiga ajaran penting tersebut meliputi kebajikan, tiadanya kebencian, dan menjaga pandangan hidup agar tidak tersesat ke dalam nafsu dunia.
Festival pelepasan lampion juga melambangkan pencapaian yang murni untuk menjaga pikiran seseorang tetap tulus. Banyaknya pemaknaan dari pelepasan lampion tersebut bergantung pada tiap individu yang melaksanakannya.
Di Indonesia, festival pelepasan lampion berulang kali dilakukan di pelataran Candi Borobudur sejak beberapa tahun yang lalu. Festival pelepasan lampion di Candi Borobudur memiliki makna lepasnya segala hal yang bersifat negatif di dalam pribadi masing-masing. Setiap lampion yang dilepaskan berisikan doa dan harapan dari setiap individu serta menjadi simbol perubahan yang lebih baik dalam menjalani kehidupan.
Akan tetapi sejak pandemi Covid-19 berlangsung, festival pelepasan lampion ditunda hingga waktu yang belum ditentukan. Pelepasan lampion menjadi acara tahunan yang terlepas dari tiga upacara pokok yang dilakukan di Candi Borobudur.
Tiga upacara pokok di Candi Borobudur terdiri atas pengambilan air berkat dari Mata Air Jumprit di Kabupaten Temanggung dan penyalaan obor menggunakan sumber api abadi Mrapen, Kabupaten Grobogan. Selanjutnya ritual Pindapatta, yakni pemberian dana makanan kepada para biksu. Terakhir, pelaksanaan ritual Samadhi yang dilakukan pada detik-detik puncak bulan purnama.
Perayaan hari Waisak merupakan rangkaian yang memiliki arti filosofis dan bermakna luhur. Meskipun begitu, seperti halnya dua mata koin yang berbeda, makna yang baik hanya akan menjadi baik ketika kita sebagai individu dapat melaksanakannya dengan niat yang tulus dan suci untuk berbuat kebajikan. Jadi, apa makna Waisak menurutmu?
Data dan tulisan oleh Bhre Padantya Noor Putranda
Gambar oleh Elvira Apriana