Latar Belakang Kegiatan
Gempa bumi menjadi sebuah bencana yang identik dengan Negara Indonesia. Hal ini disebabkan oleh kondisi geografis Indonesia yang berada di tengah Cincin Api Pasifik atau Pacific Ring of Fire. Selain itu, di sepanjang selatan dan barat dari Sumatera, Jawa, Bali, Flores, bahkan Timor, terbentang Sabuk Alpide. Merupakan sabuk seismik yang terbentuk akibat pertemuan antara Lempeng Eurasia, Lempeng India, dan Lempeng Australia, Sabuk Alpide menjadi wilayah kedua paling rawan bencana gempa. Akibatnya, Indonesia sering menghadapi bencana gempa bumi yang menyebabkan kerusakan serta korban berjatuhan.
Pada 27 Mei 2006, gempa bumi dengan kekuatan 5,9 skala richter pernah mengguncang Yogyakarta dengan durasi selama 57 detik. Tentu saja, sebagian besar wilayah Yogyakarta luluh lantak akibat fenomena gelombang seismik tersebut. Dampak dari guncangan itu menghancurkan banyak bangunan di Yogyakarta, terutama rumah yang dihuni oleh masyarakat di sana. Selain menghancurkan infrastruktur-infrastruktur penting penunjang kehidupan, gempa yang terjadi pada tahun 2006 itu juga memakan banyak korban jiwa. Tercatat, terdapat 6.234 warga meninggal, 154.000 rumah hancur, dan 260.000 bangunan mengalami kerusakan.
Peristiwa tersebut menjadi asal muasal penempatan The 5th ICEEDM di Yogyakarta tahun ini. Tepatnya sebagai memorial Gempa Yogyakarta yang ke-16 tahun. Selain Yogyakarta, gempa dan tsunami juga pernah melanda Aceh pada 26 Desember 2016. Gempa megathrust bawah laut berkekuatan 9,1–9,3 skala richter itu menjadi gempa terbesar ketiga yang pernah terjadi di dunia pada abad ke-21. Lombok juga menjadi salah satu dari banyaknya wilayah di Indonesia yang pernah mengalami gempa. Kekuatan gempa di Lombok sebesar 6,9 skala richter menyebabkan 563 orang meninggal dunia, 1.000 orang terluka, dan banyak bangunan eksisting hancur pada 5 Agustus 2018.
Berdasarkan histori gempa bumi yang terjadi di dunia, khususnya Indonesia, International Conference on Earthquake Engineering and Disaster Mitigation (ICEEDM) diadakan untuk memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk berbagi pengalaman, hasil penelitian, inovasi, dan pengembangan yang berkaitan dengan teknik gempa bumi. Dalam kata lain, kegiatan ini dilaksanakan untuk menambah pengetahuan, meningkatkan kewaspadaan, serta memberikan pemahaman khusus tentang kebijakan mitigasi bencana untuk meminimalkan risiko bahaya dari gempa bumi, baik di Indonesia maupun di seluruh belahan dunia.
Tinjauan Pelaksanaan ICEEDM ke-5 Hari Pertama
Sebagai acara yang rutin dilaksanakan oleh Indonesian Earthquake Engineering Association setiap satu sampai tiga tahun sekali, ICEEDM yang kelima diadakan di Smart Green Learning Center (SGLC) Universitas Gadjah Mada pada 28–30 September 2022. Kegiatan ini juga dilaksanakan secara online melalui platform Zoom Meeting. Dengan dua belas keynote speaker, acara ini membawa topik yang berkaitan dengan konstruksi dan gempa ke atas meja diskusi dunia. Acara berskala internasional yang dilaksanakan selama tiga hari berturut-turut ini memberikan kesempatan bagi para peserta di seluruh dunia untuk menambah pemahaman terkait dengan konstruksi yang tahan gempa.
Prof. Ir. Bambang Suhendro, M.Sc., Ph.D., IPU. selaku ketua dari The 5th ICEEDM memberikan sambutan kepada para tamu undangan yang datang, sekaligus membuka acara secara resmi. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan sambutan dari Sekretaris Jenderal International Association of Earthquake Engineering (IAEE), Prof. Koichi Kusunoki, yang datang langsung dari Jepang. Tak lupa juga sambutan dari Rektor Universitas Gadjah Mada yang diwakilkan oleh Dr. Arief Setiawan Budi Nugroho selaku Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Aset, dan Sistem Informasi serta opening speech dari Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Dr. Ir. Basuki Hadimuljono, M.Sc. yang disampaikan secara daring.
Setelah rangkaian penyampaian sambutan, acara dilanjutkan dengan pemaparan materi dari tiga keynote speaker yang dipandu langsung oleh Dr. Ali Awaludin sebagai moderator. Pertama, materi disampaikan secara daring oleh Prof. Jonathan D. Bray dari University of California, Berkeley, USA. Materi kedua dipaparkan secara langsung oleh Prof. Koichi Kusunoki dari University of Tokyo, Japan.
Dalam bahasannya, Prof. Koichi Kusunoki mengangkat topik dengan judul “Achieve the Resilience of the Tokyo Metropolitan Area, How Does Seismic Design Need to Change?”. Pembicara terakhir dalam sesi ini, yaitu Prof. Chung-Che Chou sebagai perwakilan dari National Taiwan University, NCREE, Taiwan, melakukan pemaparan secara daring sekaligus menutup sesi pertama dari penyampaian materi terkait dengan gempa dan relevansinya terhadap ketahanan suatu bangunan.
Masih dengan pemaparan materi yang berhubungan dengan tema yang diangkat, tiga keynote speaker lainnya akan berbicara pada sesi kedua yang dipandu oleh Prof. Han Ay Lie sebagai moderator. Pembicara pertama adalah Prof. Bambang Suhendro, dilanjutkan oleh Ir. Diana Kusumastuti, M.T. yang menyampaikan materinya secara daring, dan diakhiri oleh Prof. I Wayan Sengara.
Setelah penyampaian materi dari enam keynote speaker menemukan garis finish, acara dilanjutkan dengan kegiatan parallel session. Apa itu sesi paralel dalam ICEEDM yang kelima?
Sesi Paralel ICEEDM ke-5
Kegiatan mengerucut dengan dimulainya sesi paralel yang membagi empat pokok bahasan utama. Empat pokok bahasan tersebut adalah structures, geotechnics, seismology, dan disaster mitigation. Sesi paralel dilaksanakan selama dua hari berturut-turut setelah plenary session. Pada sesi ini, dipaparkan materi tentang penelitian yang telah dilakukan oleh para presenter. Secara keseluruhan, terdapat 76 paper yang diserahkan oleh 66 peserta reguler dan 10 invited speaker (8 penelitian asing).
Selama dua hari sesi paralel, terdapat kurang lebih enam belas paper yang dipresentasikan pada masing-masing kategori ruangan (structures A, structures B, geotechnics, seismology, dan disaster mitigation). Sesi paralel dimulai pada pukul 13:30 WIB dengan durasi penjabaran materi selama 20 menit untuk masing-masing presenter. Penjabaran materi dipandu oleh moderator. Setelah empat materi tersampaikan, terdapat sesi diskusi dan tanya jawab, dilanjutkan dengan break selama 20 menit yang kemudian disambung lagi dengan sesi pemaparan materi dan tanya jawab oleh empat presenter lainnya. Demikian pula, sesi paralel pada hari kedua dilaksanakan pada jam yang sama dengan penjabaran materi oleh presenter lainnya.
Sesi Short Course ICEEDM ke-5
Tak usai di sesi paralel, rangkaian agenda yang terakhir adalah sesi short course dengan lima orang narasumber yang kredibilitasnya tidak diragukan lagi. Short course ini mengangkat topik “Earthquake Effect to the Liquefaction and Non-linear Structural Response”. Rangkaian ini diselenggarakan secara luring di Conference Hall, SGLC Building, Faculty of Engineering, Universitas Gadjah Mada dan secara daring melalui platform Zoom Meeting mulai pukul 08:00 WIB hingga 17:30 WIB.
Narasumber pertama adalah Prof. I Wayan Sengara yang memaparkan tentang “Ground and Motion Generation, Scaling, and Matching for Time History”. Selanjutnya adalah materi “Liquefaction and the Influence to Structural Instability” oleh Dr. Ahmad Rifa’i, materi “The Concept of Non-linear Structural Analysis” oleh Prof. Iman Satyarno, dan materi “Example of Non-linear Structural Analysis in 2D Model Frame with Eccentrical Bracing” oleh Dr. Angga Fajar Setiawan. Sesi ini ditutup oleh materi dari narasumber kelima, Prof. Bambang Suhendro tentang “Example of Non-linear Time History Analysis of 3D Building with Viscoelastic Damper”.
“Pelaksanaan The 5th ICEEDM ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, metode, dan juga aplikasi di dunia teknik sipil/manajemen bencana supaya masyarakat bisa lebih siap terhadap bencana dan bisa mengurangi dampak bencana dari pengetahuan itu.”
Dr. Angga Fajar Setiawan, Vice Chairman ICEEDM
Tulisan oleh Choirunnisa Qurratu dan Aizna Syachkalita
Dokumentasi oleh Bintang Gunindra Aryandaru
Tim Liputan Clapeyron (Choirunnisa, Aizna, Bintang)