Sukses dengan acara konservasi pertamanya, Civil Foundation—subbidang yang berada di bawah Keluarga Mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan—kembali mengadakan Civil Environmental Conservation (CEC) pada Sabtu, 16 Desember 2023. Bertujuan mengajak dan menggugah kepedulian mahasiswa DTSL terhadap lingkungan, kali ini CEC dilaksanakan dengan kegiatan utama menanam pandan laut (Pandanus) untuk mengurangi abrasi yang ada di Pesisir Selatan Yogyakarta, tepatnya di Pantai Samas, Kabupaten Bantul.
Baca artikel keseruan Civil Environmental Conservation sebelumnya di bawah ini!
Penanaman pandan laut dipilih sebagai realisasi dari penelitian Prof. Ir. Nizam, M.Sc., DIC., Ph.D dengan judul “Efektivitas Pandanus sebagai Natural-based Solution dalam Perlindungan dan Pengelolaan Pantai”. Seperti yang tertuang di dalam judul dan dijelaskan pada paragraf pertama, penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu seberapa efektif pandan laut untuk menahan abrasi.
Dalam sambutannya sebagai pemateri sekaligus peneliti pada kegiatan kali ini, Prof. Ir. Nizam, M.Sc., DIC., Ph.D menjelaskan:
“Sarjana Teknik Sipil seringkali dikenal sebagai perusak alam karena menebang hutan dan mendirikan bangunan tanpa memperhatikan keberlanjutan lingkungan. Biasanya, mahasiswa Teknik Sipil akan diarahkan untuk membuat bangunan pantai—seperti revetments dan block water—sebagai cara menanggulangi pengikisan tanah dari air laut. Akan tetapi, benarkah revetments dan block water yang kebanyakan tersusun dari beton itu benar-benar mampu menangguhkan abrasi dan tidak menimbulkan efek lain?”
Prof. Ir. Nizam, M.Sc., DIC., Ph.D
Kemudian, beliau yang merupakan Dirjen Dikti tersebut juga menambahkan bahwa sebenarnya alam sudah memiliki caranya sendiri supaya abrasi tidak terjadi. Normalnya, gelombang pulang yang mengangkut pasir pantai menuju laut tidak memiliki arus sederas gelombang datang yang membawa kembali pasir ke tempat asalnya. Oleh karena itu, tanpa campur tangan manusia, alam sudah mampu menyembuhkan dirinya sendiri. Adanya bangunan pantai mengakibatkan pasir yang seharusnya kembali ke pantai justru menyangkut di bagian luar bangunan pantai sehingga abrasi tetap terjadi meski dalam skala kecil. Sambutan ditutup dengan pengenalan vegetative conservation yang hadir membawa surplus pasir melalui gelombang datang pantai dengan menyimpannya di bagian dalam tumbuhan. Kemudian, beliau juga menjelaskan mengenai manfaat pandan laut yang ternyata bisa digunakan sebagai tempat penyu untuk bertelur.
Kegiatan ini juga kembali berkolaborasi bersama teman-teman dari komunitas Aksi Konservasi Yogyakarta (4k). Berjumlah 3 orang, komunitas yang paling sering aktif di pantai sekitaran Parangtritis tersebut menjelaskan secara runtut dan detail kepada 42 relawan, 18 panitia CEC, 3 awak Clapeyron, sejumlah tendik, dan 4 dosen tentang bagaimana cara menanam pandan laut.
Daru, perwakilan dari 4k juga menjelaskan apabila bibit pandan laut diperoleh dengan metode stek pada batang pandan laut yang telah hidup. Hal tersebut dilakukan mengingat sukarnya mencari biji dari buah pandan laut di sekitar daerah Samas. Setelah semua siap, berbekal semangat pascaujian dan menyambut liburan, para relawan, panitia, dosen, dan tendik berhasil menanam kurang lebih 200 bibit pandan laut di Pantai Samas, Bantul.
Sebelum acara benar-benar berakhir, Clapeyron sempat mewawancarai Ketua Civil Foundation Andika Dwi Prasetya, ia berharap:
“Semoga CEC bisa menjadi wadah bagi mahasiswa sebagai pengabdian kepada lingkungan yang mana (Civil Foundation) sendiri selain berfokus di bidang pengabdian masyarakat juga pada pengabdian kepada lingkungan. Harapannya ini menjadi agenda per semester yang mana akan diselenggarakan di setiap semester dengan agenda yang tentunya menyenangkan dan juga berdampak positif bagi masyarakat serta lingkungan karena kita mengabdi sembari untuk refreshing.”
Andika Dwi Prasetya
Untuk menutup kegiatan, resik pantai dilakukan supaya pantai tetap asri dan kehadiran kegiatan ini tidak meninggalkan jejak sampah. Setelah resik pantai, panitia dan relawan makan bersama, kemudian menuju ke bus masing-masing untuk kembali ke Jalan Grafika, Mlati, Yogyakarta. Penulis juga ikut berharap supaya kegiatan ini terus eksis tanpa kehilangan esensi, syukur-syukur terus berinovasi dan melebarkan sayapnya.
Data oleh Adi Arrasyid
Dokumentasi oleh Ambrosius Bowo Laksono
Tulisan oleh Taufik Rosyidi