Ibu alam merintih
Menahan sakit di usia senjanya
Memikul beton di punggungnya
Badannya tertusuk pasak
Darahnya keruh mengalir tak henti
Dada sesak oleh kata munafik penghuninya
Ia menangis dalam batinnya
Tuhan, bolehkah aku meregangkan diriku sejenak?
Dari rasa sakit dan bebanku ini?
Tuhan iba
Ia mengelus kepalanya dan mengangguk pelan
Sang Ibu meregangkan tulang punggungnya
Membuang beberapa beban dan jarum di tubuhnya
Para penghuni lari terbirit-birit
Bak anai-anai terbang terbawa angin
Sambil berpasrah merunduk kepada Sang Khalik
Sebagian teringat akan janjinya
Yang diucapkan kepada Tuhannya ketika telah dicipta
Bahwa ia akan menjaga merawat membimbing Sang Ibu
Hidup harmonis dengan semesta
Wahai Manusia
Yang terguncang tanahnya
Yang terguncang negerinya
Yang terguncang batinnya
Semoga tak terguncangkan juga kemanusiaannya
Tetap bersabar, tolong menolong, bahu membahu
Pakailah hati dan akalmu
Bahwa dunia ini bukan untuk melampiaskan nafsu
Sadarlah bahwa dunia ini bukan milikmu
Bahkan dirimu juga bukan milikmu
Kau tak bisa mengaturnya
Lalu mengapa kau berlagak penguasa
Padahal semua hanya milik-Nya
Zat Yang Maha Esa
Sang Penguasa alam semesta
Ditulis oleh Taufan Rosyadi Yusuf.