Hari Pers Nasional: Dualisme Pers, Cerita di Balik Berita

Dunia pers tidak selamanya kelam meskipun beberapa dekade silam memang benar pers dibungkam. Kebebasan hanya asa, lebih memilih diam dibanding bersuara. Namun dewasa ini kebebasan mulai dijamin, bahkan berita menjelma menjadi sebuah kebutuhan.

Walaupun demikian, pro kontra tidak serta merta lepas begitu saja. Hitam dalam dunia pers belum sepenuhnya putih. Keduanya masih bersanding menguar cerita tentang suka dan duka, tangis dan tawa, serta harapan untuk masa depan.

Masih hangat di ingatan tentang jurnalis asing Mongabay yang ditahan. Saat itu, dunia pers tanah air lagi-lagi merasa dikebiri. Bahwa kebebasan yang dijanjikan masih dibatasi beberapa kepentingan. Padahal memberikan berita sesuai kenyataan merupakan kewajiban baik bagi jurnalis ataupun wartawan. Ironis memang ketika kebebasan yang didambakan berujung pada penyalahgunaan. Miris ketika pers yang sebaiknya netral harus ditumpangi demi propaganda.

Mengambil posisi penting dalam kehidupan masyarakat, pers tidak sebatas berita. Pers menjelma menjadi alat kontrol sosial dan berlaku pula sebagai pendidikan publik. Tidak heran jika kehadirannya sangat diharapkan untuk bisa menyurutkan perpecahan.

Maka pada momen berharga ini mari bersama berintrospeksi, khususnya bagi para lakon pencetak berita tentang apa saja yang telah dititi. Tentang keadilan yang harus ditegakkan. Tentang demokrasi yang tetap dijunjung tinggi.

Selamat Hari Pers Nasional! Maju dan jadilah pers yang mempersatukan bangsa!

Tulisan oleh Sekar Ayu Rinjani
Gambar oleh Dian Nur Rizky