Industrial Revolution 4.0: 3D Construction Printing

Jumat (24/09), PT PP Persero Tbk bersama Autoconz menggelar acara webinar dengan tema “Industrial Revolution 4.0: 3D Construction Printing”. Tujuan digelarnya acara webinar ini adalah untuk mengenalkan perkembangan teknologi 3D construction printing (3DCP) dari Autoconz kepada masyarakat dan hubungannya dengan Revolusi Industri 4.0.

Acara webinar dilaksanakan mulai pukul 14.00 WIB secara daring melalui platform Zoom Meeting. Rangkaian acara dari webinar ini meliputi webinar sesi pertama berjudul “Industri 4.0 3D Concrete Printing”, webinar sesi kedua berjudul “Introduction to 3D Construction Printing”, sesi tanya jawab antara pembicara dan peserta webinar, dan acara penutup.

Webinar sesi pertama dengan tema “Industri 4.0 3D Concrete Printing” dibawakan oleh Juniar Bakti Alkafianto selaku Senior Manager Creative Engineering and Technology of PT PP Persero Tbk sekaligus Founder APPOLO Startup Incubation. Pada Kesempatan ini, Juniar menyampaikan sedikit gambaran tentang Industri 4.0 dan bagaimana perkembangannya yang digunakan sebagai acuan pengembangan riset dan inovasi teknologi, terutama di construction 4.0.

Teknologi manufaktur aditif (teknologi pembuatan benda melalui proses penambahan bahan secara bertahap, seperti 3D printing) sebenarnya sudah dikembangkan sejak tahun 1983 oleh Charles Hull. Saat ini, perkembangan teknologi tersebut sudah luar biasa. Perkembangannya pun juga ada di berbagai bidang, misalnya pada industri makanan, industri biomedis, industri manufaktur, dan lain-lain. Pada bidang konstruksi sendiri, teknologi manufaktur aditif juga sudah banyak dikembangkan. Contoh perusahaan yang mengembangkan teknologi ini adalah Winsun dari Tiongkok, Apis Cor dari Rusia, dan CyBe dari Belanda.

Pengembangan 3DCP di pasar cukup signifikan. Hal ini disebabkan oleh beberapa keuntungan yang ditawarkan, antara lain meminimalisasi bahan yang terbuang seperti bekisting, desain yang lebih fleksibel, dan pembangunan yang lebih cepat.

Dalam mengembangkan 3DCP ini, ada tantangan yang harus dihadapi. Menurut Juniar, beberapa tantangan tersebut meliputi biaya implementasi yang tinggi, sumber daya manusia (SDM) yang masih kurang, research and development (RnD) di sektor konstruksi yang masih kecil, dan 3DCP sendiri yang dapat menjadi disruption karena dapat menggantikan proses konvensional (perubahan tim konstruksi, peralatan, dan material) sehingga memerlukan adaptasi.

PT PP mengubah konsep menjadi open innovation (melakukan inovasi secara terbuka) dalam mengembangkan 3DCP. Hal ini dilakukan setelah Juniar dan tim melakukan studi tentang 3DCP bersama developer dari luar negeri, seperti Tiongkok, Rusia, dan Belanda. PT PP memutuskan untuk bekerja sama dengan pihak startup karena dinilai penting untuk mengeksplor teknologi. Tahun 2019, PT PP membuat wadah inkubasi startup Bernama APPOLO. Pada akhirnya, dalam pengembangannya PT PP juga melakukan kerja sama dengan pihak lain seperti pihak akademisi (Prof. Ir. Iman Satyarno, M.E., Ph.D.), pihak startup lainnya (misalnya dengan Autoconz), dan dengan pemerintah, dalam hal ini adalah Kementerian PUPR.

Setelah selesai webinar sesi pertama, acara dilanjutkan dengan webinar sesi kedua bersama CEO Autoconz, Raja Rizqi Apriandy sebagai pembicara. Pada sesi ini dijelaskan lebih detail tentang 3DCP itu sendiri. Pihak Autoconz mengembangkan sendiri 3DCP (mulai dari material, mesin, dan perangkat lunak yang diperlukan) secara in-house dan bekerja sama dengan startup lain.

Diketahui bahwa saat ini memiliki rumah sudah sangat sulit dan jasa konstruksinya sudah mulai mahal. Oleh karena itu, Raja berharap dengan adanya teknologi 3DCP ini semua orang memiliki akses yang lebih mudah untuk mendapatkan jasa konstruksi perumahan ataupun bangunan lainnya.

Industri 4.0 di bidang konstruksi mendorong inovasi serta mengembangkan konstruksi yang lebih efektif dan efisien. Industri 4.0 telah mendukung SDM untuk menyerap teknologi digital, seperti penggambaran model yang menggunakan berbagai aplikasi seperti SketchUp atau SAP2000. Selain itu, perencanaan konstruksi sudah bisa menggunakan building information management (BIM) dan 3DCP.

Bentuk rumah yang dibangun menggunakan 3DCP juga dapat dibuat lebih fleksibel tanpa mengurangi kekuatan rumah. Saat ini, pihak Autoconz juga tengah mengerjakan proyek rumah pertama mereka yang bertempat di Turi, DIY. Rumah yang tengah mereka kerjakan sudah sesuai SNI dan rencananya akan selesai pada bulan Oktober dan siap untuk diuji.
Selain rumah, Autoconz juga memiliki proyek lain bersama PT PP berupa ruang terbuka publik bernama Sudmara Forest Walk. Semua komponen dalam public space tersebut rencananya akan dibuat dengan 3DCP.

Setelah selesai penyampaian materi, rangkaian acara yang ketiga adalah sesi tanya jawab antara pembicara dan peserta. Peserta dipersilakan untuk menanyakan sesuatu melalui fitur room chat yang tersedia di platform Zoom Meeting dan nantinya akan dijawab oleh pembicara webinar

Sebelum acara ditutup, Juniar berpesan bahwa 3DCP ini memang belum sempurna. Untuk itu, mereka terbuka untuk berkolaborasi dan terbuka terhadap masukan ide-ide baru. Hal yang sama juga dikatakan Raja, bahwa 3DCP ini memang masih dalam tahap awal. Kendati demikian, potensi dari pengembangan 3DCP ini dinilai ada dan apabila tidak segera dikembangkan, Indonesia akan tertinggal dari negara lain. Raja juga berharap bahwa mereka dan pihak APPOLO bisa menjadi yang terdepan baik dalam mengembangkan teknologi maupun menerapkannya.

Sesudah semua rangkaian acara webinar selesai dilaksanakan, acara kemudian ditutup pada pukul 15.32 dan diakhiri dengan sesi foto bersama.

Tulisan Oleh Hakan Malika Anshafa
Data oleh Fikri Rizal Ma’ruf
Gambar oleh Muhammad Iqbal Baihaqi