Indonesia Surganya Pelancong
Indonesia dengan segala kekayaan alam dan budayanya memiliki potensi wisata yang begitu luar biasa. Sejauh ini keanekaragaman potensi wisata yang ada mampu menarik hati jutaan pelancong untuk berbondong-bondong mengunjungi Indonesia. Dari data yang diperoleh dari www.kemenpar.go.id dapat dilihat adanya tren kenaikan jumlah wisatawan mancanegara tiap tahunnya sejak 2010.
2010 | 2011 | 2012 | 2013 | 2014 | 2015 |
---|---|---|---|---|---|
7.002.944 | 7.649.731 | 8.044.462 | 8.802.129 | 9.435.411 | 10.406.759 |
sumber : www.kemenpar.go.id
Rakyat Indonesia boleh berbangga diri dengan prestasi pariwisata yang dimiliki negeri ini. Salah satunya telah dibuktikan bahwa tagline “Wonderful Indonesia” mampu meraih penghargaan di UN-WTO AWARD yang dilaksanakan 21 Januari 2016. Di acara penghargaan tersebut, Indonesia meraih 3 penghargaan yang cukup bergengsi diantara lain:
- Governance: Culture and Tourism Banyuwangi Regency Office.
- The first runner up of the UNWTO Award for Innovation in Enterprises: Garuda Indonesia and Coca Cola Amatil Bali Beach Clean-up.
- The first runner up of the UNWTO Award for Innovation in Non-Governmental Organizations: Yayasan Karang Lestari – Coral Reef Reborn Pemuteran, Bali.
Berdasarkan pencapaian tersebut, rasa optimistis untuk terus mengembangkan sektor parwisata muncul dari Menteri Pariwisata Arief Yahya. Beliau berkata “Dunia internasional sudah melihat Wonderful Indonesia mengalahkan Truly Asia Malaysia. Ini modal yang kuat untuk memperkuat brand value kita, mendongkrak country image, menaikkan trust dan ujungnya menghasilkan lebih banyak kunjungan wisatawan ke Indonesia,”.
Pada tahun 2016 ini, salah satu target Kementerian Pariwisata adalah mampu mendatangkan 12 juta wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Nusantara. Keseriusan pemerintah dalam mengembangkan sektor pariwisata di tahun 2016 dapat dilihat dari meningkatnya angaran belanja Kementerian Parwisata tahun 2016. Pada R-APBN 2016, Kementerian Pariwisata memeroleh alokasi anggaran belanja sebesar Rp.409.025.863.000,00. Nominal tersebut mengalami kenaikan yang cukup signifikan dari APBN-P 2015 yang hanya sebesar 2.415.781.240.000,00. Dengan alokasi anggaran yang meningkat diharapkan nantinya mampu menunjang kinerja Kementerian Pariwisata dalam melaksanakan progam kerjanya.
Pemerintah sejatinya telah mempersiapkan sektor pariwisata untuk berkembang pesat sejak beberapa tahun yang lalu. Pada tahun 2011, pemerintah mengeluarkan PP Nomor 50 Tahun 2011 yang berisi tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional. (RIPPARNAS). Pada RIPPARNAS dapat terlihat bahwa pada tahun 2025, Indonesia ditargetkan sudah memiliki 50 destinasi wisata yang menjadi andalan dalam sektor pariwisata. Selain itu Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas pada Desember 2014 lewat Deputi Bidang Ekonomi telah mengeluarkan rencana Pembangunan Pariwisata 2015-2019. Pada paparan Deputi Bidang Ekonomi, terdapat beberapa sasaran yang harus dicapai pada 2019. Diantaranya adalah sasaran pertumbuhan khususnya di dunia pariwisata hingga 2019.
Sasaran Pertumbuhan | 2014 | 2019 |
---|---|---|
Kontribusi terhadap PDB Nasional | 4.20% | 8% |
Wisatawan Mancanegara (Orang) | 9 juta | 20 juta |
Wisatawan Nusantara (Kunjungan) | 250 juta jiwa | 275 juta jiwa |
Devisa (triliun rupiah) | 120 | 240 |
Sumber: Paparan Pembangunan Pariwisata 2015-2019 Kementrian PPN/Bappenas
Pariwisata Tak Maju, Salah Siapa?
Sektor pariwisata sejatinya memliki andil yang besar dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan segala keagungan potensi wisata yang dimiliki, miris jika melihat rakyat Indonesia masih tak bisa mengoptimalkan potensi mereka. Salah satu wujud belum optimalnya potensi wisata adalah wisata bahari di Indonesia. Kita negeri dengan lautan terluas di dunia, tapi keindahan wisata bahari masih belum diberdayakan dengan maksimal. Bukan hanya belum diberdayakan, bahkan terkadang muncul tindakan yang destruktif terhadap potensi wisata karena kepentingan pribadi, seperti mencari ikan dengan metode pengeboman. Penggunaan bom akan merusak terumbu karang, yang berati merusak potensi wisata yang mereka miliki. Tindakan seperti ini mencerminkan pola pikir masyarakat yang belum sadar akan potensi wisata.
Mungkin para pejabat pemerintah punya rasa percaya tinggi, bahwa Indonesia punya potesi wisata yang melimpah dan kita mampu menjadi surganya para pelancong. Tapi prakteknya masih banyak masyarakat yang belum se-visi dengan mereka. Ketidaksamaan visi antara pemerintah dan masyarakat nantinya hanya akan membuat progam kerja pemerintah sia-sia.
Ketidaksamaan visi masyarakat dan pemerintah tidak mutlak salah masyarakat seutuhnya. Pemerintah juga perlu berintropeksi, kenapa masyarakat masih melakukan tindakan destruktif terhadap potensi wisata? Mungkin jika diperbolehkan menganalisis, nelayan yang kurang peduli potensi wisata bahari hanya mencoba untuk bertahan hidup. Mereka hanya sedang mencari makan, masa bodoh dengan cara mereka mencari makan. Mereka beranggapan dengan cara konvesional yang tidak merusak atau dengan pengeboman ikan mereka tidak terlalu merasa imbasnya dunia parwisata. Kalau seperti ini keadaannya, apakah seutuhnya salah nelayan jika mereka terpaksa mengebom guna mencari ikan karena pemerintah tidak menghadirkan solusi untuk penangkapan ikan?
Hal inilah yang seharusnya menjadi fokus pemerintah dalam memperbaiki sektor pariwisata. Selain pembangunan sarana infrastruktur, pembangunan mental akan pengelolaan potensi wisata tidak boleh dilupakan. Pemerintah harus terjun langsung kebawah dan menghadirkan solusi bagi masyarakat agar masyarakat tetap peduli akan potensi wisata. Semoga kesinergian antara visi pemerintah dan masyarakat segera terjalin, sehingga keinginan pemerintah untuk memajukan pariwisata Indonesia dapat terealisasi.
Penulis :
Dhirta Parera Arsa