Banda Aceh-Saat ini, Indonesia mentargetkan 50.000 insinyur baru bersertifikat setiap tahunnya. Perguruan tinggi harus dapat mendukung kebutuhan tersebut, terutama yang menguasai bidang pengkajian dan penguasaan bidang terkait. Selain sarjana teknik atau insinyur yang mumpuni, sektor konstruksi pun memerlukan para ahli hukum kontrak, ekonomi pembangunan dan ahli-ahli lain dengan spesialisasi tertentu. Dalam memenuhi kebutuhan tenaga ahli di sektor konstruksi, perguruan tinggi memiliki peran yang penting. Hal inilah yang menjadi perhatian Direktorat Jenderal Bina Konstruksi (DJBK) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Saat memberikan kuliah umum di Universitas Syiah Kuala, Aceh (26/9), Direktur Jenderal (Dirjen) Bina Konstruksi, Yusid Toyib mengharapkan, lulusan perguruan tinggi di Aceh dengan kompetensinya dapat menjadi tuan di negerinya sendiri. Ia juga berharap, di masa datang akan lahir pemimpin bangsa dari Aceh yang membawa perubahan yang baik untuk Indonesia. Kuliah umum tersebut bertajuk “Peluang dan Tantangan Masyarakat Jasa Konstruksi di Indonesia dalam Menghadapi era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)”.
Pada kuliah umum yang di hadiri civitas akademika Universitas Syiah Kuala, Yusid Toyib menjelaskan mengenai persiapan Indonesia untuk menghadapi persaingan konstruksi di era MEA. Salah satu persiapan menyambut MEA adalah mencetak tenaga kerja konstruksi yang handal dan kompeten. “Disinilah peran perguruan tinggi sangat penting, karena melaluinya akan lahir tenaga ahli konstruksi yang berkualitas”, ujar Dirjen Bina Konstruksi.
“Saya berharap, para insinyur ini punya spesialisasi keahlian serta para lulusan teknik nantinya dapat bekerja sesuai bidang kuliahnya, sehingga dapat memenuhi jumlah kebutuhan insinyur di Indonesia”, tambah Dirjen Bina Konstruksi.
Sejalan dengan hal tersebut, DJBK Kementerian PUPR juga terus mengupayakan peningkatan kompetensi masyarakat jasa konstruksi. Pola ekstensifikasi ditempuh melalui breakthrough training dengan memperluas jangkauan pelatihan, memperpendek jarak pelatihan serta memperpendek waktu pelatihan melalui Mobile Training Unit (MTU) dan distance learning (pembelajaran jarak jauh).
Kemandirian dan daya saing global berbasis Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan arah yang dituju untuk insinyur Indonesia. Selain itu, sistem insinyur yang berbasis tata kelola yang baik diharapkan dapat menciptakan insinyur Indonesia yang dapat lebih baik dari insinyur asing. (cha/tw)
Informasi Lebih Lanjut,
Hubungi: Kristinawati Pratiwi Hadi
Kepala Sub Bagian Komunikasi Publik
Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Telp.+62-21-72797847