Beranda Infografik 36 Tahun Bendungan Serbaguna Wonogiri: Kemegahan Gajah Mungkur di Surakarta

36 Tahun Bendungan Serbaguna Wonogiri: Kemegahan Gajah Mungkur di Surakarta

oleh Redaksi

1

2

3

4

Tepat berumur 36 tahun, Bendungan Serbaguna Wonogiri (Wonogiri Multipurpose DAM) yang terletak di Kabupaten Wonogiri, Surakarta ini tetap berdiri tegak menstabilisasikan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya. Sejak awal diresmikan oleh Presiden RI saat itu, Soeharto, pada 17 November 1981, Bendungan ini mengkonservasi wilayah di sekitarnya dengan cara memasok air ke 160 desa. Dikenal masyarakat dengan nama Bendungan Gajah Mungkur, konon dahulu terdapat bukit yang terlihat seperti gajah yang sedang membelakangi (mungkur).
spasi
-Serbaguna untuk Masyarakat-
Sesuai dengan namanya, serbaguna, bendungan ini memiliki berbagai fungsi, mulai dari menanggulangi banjir, perikanan, memasok tenaga listrik menggunakan PLTA, menampung air baku, baik domestik maupun non-domestik, serta menjadi penyedia air irigasi yang melayani hingga 30.000 ha sawah di Kabupaten Sukoharjo, Karanganyar, Sragen, Klaten, dan Ngawi. Selain itu, bendungan dengan umur rencana 100 tahun ini juga kerap dimanfaatkan sebagai objek wisata.
 spasi
Walau begitu, Bendungan yang dirancang oleh perusahaan asal Jepang ini menemui beberapa masalah selama 36 tahun masa operasinya. Masalah yang paling umum terjadi adalah sedimentasi yang terjadi di sekitar bendungan. Laju sedimentasi melonjak naik semenjak era reformasi. Penebangan pohon yang berlebihan di sekitar bendungan menyebabkan erosi dan dari erosi tersebut sedimen-sedimen yang ada akan terbawa ke daerah sungai bagian hulu. Selain menyebabkan pendangkalan dan pengurangan volume tampungan bendungan, sedimen-sedimen tadi dapat menutupi bangunan-bangunan intake sehingga terjadilah penurunan efektifitas kerja dari bendungan.
 spasi
-Upaya Operasi dan Perawatan-
Sejak tahun 2001 segala kegiatan operasi serta perawatan telah menjadi tanggung jawab dari Perum Jasa Tirta I Wonogiri. Hingga saat ini perawatan rutin selalu dilakukan. “Tiap bulannya kami selalu mengontrol penyediaan air baku dari Gajah Mungkur, baik kualitas maupun kuantitasnya,” ungkap Kepala Sub Divisi III/I Perum Jasa Tirta I, Hermawan C Nugroho, saat ditemui awak Clapeyron pada Kamis (16/11).
Di samping kontrol air baku, pengerukan sedimen juga dilakukan secara berkala, yaitu dengan metode dredging menggunakan kapal keruk. Menurut keterangan Hermawan, metode ini dianggap paling efektif untuk dilaksanakan dan sekarang telah tersedia total enam unit kapal keruk dengan tiga di antaranya sedang dalam masa uji coba.
 spasi
Untuk penanganan jangka panjang, saat ini telah dilangsungkan pembangunan closure dike. Bangunan tersebut nantinya akan memisahkan Sungai Keduang yang merupakan penyuplai sedimentasi terbesar untuk Bendungan Gajah Mungkur sehingga sedimentasi tidak lagi masuk ke dalam waduk. Telah berlangsung satu tahun, proyek pemerintah yang melibatkan perusahaan Jepang ini direncanakan rampung pada 2019 mendatang.
 spasi
Hermawan berharap agar seluruh masyarakat dapat ikut serta dalam melestarikan dan merawat keberadaan dari bendungan ini, terutama dari segi lingkungan. “Harapannya yang pasti semoga waduk ini tetap lestari, baik secara fungsi maupun bangunannya,” tambahnya.
 spasi
Artikel: Raihan Prayogo
Infografis: Afif Rachmadi

Artikel Terkait