Seratus Hari Pertama: Apakah Api Itu Terus Menyala?

PicsArt_01-09-02.29.41

Menjadi mahasiswa baru tak semudah dan sesenang yang aku bayangkan. Banyak yang harus dipelajari, dimengerti dan diubah. Ya, perubahan yang membuat kita bebeda dari masa sekolah dulu. Mungkin dasar inilah yang membuat aku mantap untuk mencoba kegiatan baru di dunia perkuliahan. Tahun pertama tak banyak yang berubah. Seperti halnya orang lain di lingkungan baru, aku berusaha membaur, mencari banyak teman dan menemukan kesenanganku. Hobi baruku saat masuk ke dunia perkuliahan adalah fotografi, saat melihat karya foto teman-temanku yang lain aku semakin terpacu untuk belajar memotret. Menurutku Clapeyron adalah salah satu wadah untuk mengembangkan minatku. Sebenarnya aku tidak terlalu suka dunia kejurnalistikan dan aku termasuk baru dalam bidang ini, tapi dipikiranku saat itu, jika aku mendaftar divisi multimedia aku tidak akan bergelut dengan artikel dan penulisan. Jadi, kumantapkan diriku untuk mendaftar.

Aku cukup percaya diri saat mendaftar sebagai divisi multimedia awak baru Clapeyron, karna kukira bakat fotografiku saja bisa meloloskan aku di bidang yang aku inginkan. Tugas pertama calon awak Clapeyron adalah membuat sebuat buletin yang biasa disebut Clappost. Aku yang masih awam tentang dunia jurnalistik dan kemultimediaan mencoba merangkak pelan-pelan dan ternyata bidang multimedia lebih kompleks dari perkiraanku. Aku harus membuat layout majalah, design poster, dan ini adalah kali pertamaku menggunakan aplikasi pengolah gambar dan sejenisnya. Yah, setidaknya aku mencoba.

Saat itu, Kantor Pusat Fakultas Teknik (KPFT) dipenuhi calon awak Clapeyron yang dikejar deadline pembuatan Clappost, kusempatkan untuk melihat-lihat sejenak karya tim lain. Seketika nyaliku menciut. Ternyata mereka lebih berpengalaman dalam pembuatan layout dan mendesain daripada aku. Perlahan semangat menjadi awak mulai pupus. Aku takut tidak bisa masuk ke divisi yang aku inginkan. Sudah sejauh ini, apa aku menyerah saja? Ah tak apa, aku memang baru belajar dan menurutku layout tim yang kubuat tidak terlalu jelek.

Perlahan kucoba untuk memungut kembali semangatku yang sempat tercecer. Tinggal sedikit lagi, kumantapkan diriku saat melakukan Forum Group Discussion (FGD). Pada sesi ini, kami diberikan kasus-kasus sesuai divisi yang kami pilih. Sejujurnya saat mendaftar aku memilih Divisi Perusahaan menjadi pilihan keduaku. Akan tetapi, aku tetap percaya diri dengan pilihan pertamaku dan tidak terlalu memikirkan pilihan keduaku. Namun, saat aku mengikuti FGD divisi perusahaan, aku berfikir ulang. Aku merasa senang saat harus memberi contoh bagaimana caranya mempromosikan produk. Bahkan aku mendapat sepotong roti bakar karna aku mencontohkan cara memasarkan roti tersebut.

Semangatku mulai bangkit lagi, walau tidak sebesar awal saat kumendaftar. Tak apa, kemungkinannya hanya dua, masuk sebagai divisi perusahaan atau tidak masuk sama sekali, pikirku kala itu. Dan hipotesisku benar, aku diterima di divisi perusahaan. Senang karna jadi awak Clapeyron, sedih karna bukan divisi yang kumau. Tapi bisa apa aku, toh ini juga pilihanku, walau pilihan kedua. Tak apa, aku bersyukur. Dan yang membuatku lebih semangat lagi, ternyata salah satu teman baikku, Sativa , juga masuk ke divisi yang sama.

“Anak Magang” , menurutku inilah julukan yang tepat bagi kami saat pertama kali menjadi awak Clapeyron. Sebagai anak magang kami harus mengikuti dan melaksanakan rangkaian pelatihan untuk membekali kami dengan ilmu kejurnalistikan dan salah satu tugas tersebut adalah membuat Clappost untuk kedua kalinya. Namun, Clappost kali ini lebih kompleks dan mendekati bagaimana cara membuat majalah kelak. Jenuh rasanya, apalagi saat itu bersamaan dengan pengerjaan tugas besar. Memang tugas besar tidak bisa dijadikan alasan untuk tidak mengerjakan Clappost, tapi pada kenyatannya kami kesulitan membagi waktu. Kami kesulitan menentukan waktu yang tepat untuk berunding menentukan tema, mencari bahan untuk artikel, atau sekedar mengobrol santai. Sampai akhirnya kami keteteran saat tugas mendekati tanggal pengumpulan dan hasil yang kami berikan jauh dari kata maksimal.

Seratus hari pertamaku, terhitung semenjak aku resmi menjadi awak, tidak sesibuk yang aku kira. Tugasku di divisi perusahaan tidak terlalu banyak: mendata dan membuat korsa, menginventarisasi barang-barang, bersih-bersih markas clap, dan hampir semua kegiatan divisi perusahaan dilakukan di markas clap yang membuatku lebih kenal awak clap lainnya terutama kakak tingkat. Akan tetapi, aku sedikit minder. Aku belum mendapat tugas membuat artikel saat yang lain sudah sibuk dan bingung harus menulis apa. Entah aku harus senang atau sedih tidak mendapat kesempatan menulis. Disisi lain aku bisa melakukan aktifitas lain seperti persiapan Porsenigama, pertandingan seni dan olahraga UGM, dan kegiatan perlombaan antarangkatan di jurusanku, Civil Games. Liputan pertamaku, aku berkesempatan untuk memotret dan membuat artikel untuk salah satu acara konser di UGM, yang berkerja sama dengan Clapeyron di bidang media partner, bersama Ayumna. Walaupun artikel yang kami buat tidak sespektakuler artikel teman-teman lainnya tapi aku bangga karena hasil foto yang kudapat cukup bagus.

Dari awal aku mendaftar sampai sekarang, kesanku jatuh pada Mas Hutama, Pemimpin Umum (PU) Clapeyron saat ini. Entah mengapa aku sampai berfikir tak lengkap rasanya Clapeyron tanpa Mas Hut. Pembawaannya yang friendly tapi tegas selalu membuat kami, terutama awak baru, segan. Sosok PU yang mengayomi awak-awaknya tapi tidak menggurui. Aku banyak belajar dari Mas Hut, terutama tentang menjaga semangatku menghadapi tuntutan perkuliahan maupun tuntutan organisasi, karena aku tipe orang yang gampang bosan.

Harapanku, semua awak Clapeyron bisa menjaga semangat dari awal sampai akhir, bisa saling bantu membantu. Hilangkan kata malas, karna sejatinya kalau kita tidak mencoba maka tidak akan pernah tahu. Semangat seperti api, tidak selamanya membara, kadang redup bisa juga padam. Temukan cara kita agar dapat menjaga api itu tetap ada. Bagiku, membangun relasi, memperoleh banyak teman, serta menghabisakan waktu bersama mereka adalah salah satu caraku menjaga api tersebut. Jadi, bagaimana cara kalian menjaga api tersebut?

Teks oleh Sekar Aulia
Poster oleh Ayumna