Beranda Artikel Clapeyron, Alasanku Memulai Hal Baru

Clapeyron, Alasanku Memulai Hal Baru

oleh Redaksi

Aku telah menyusun berbagai macam rencana yang ingin kulakukan selama awal masa perkuliahan. Mengikuti beberapa Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang ada di kampus, bergabung dengan komunitas-komunitas lomba, dan berteman dengan banyak orang. Ini hanyalah bagian kecil dari rencana yang telah kususun dengan harapan kehidupan masa-masa kuliahku akan lebih menarik. Singkatnya seperti itu, tetapi setelah memulai masa kuliah semuanya terasa berbeda. Bahkan untuk bertanya saja suaraku sulit terdengar yang mengakibatkan minimnya respon dari lawan bicara sehingga aku lebih sering merasa terabaikan. Hal ini membuatku lebih memilih untuk diam. Maklum aku memang sedikit sensitif. Aku pun menjadi ragu untuk berorganisasi.

Sedikit flashback, aku banyak mengikuti organisasi sewaktu SMA dengan ekspektasi dapat menjadi bagian yang penting dan berkontribusi banyak bagi organisasi yang kuikuti. Tapi itu hanya ada di anganku saja karena pada dasarnya aku sudah berubah –sejak adanya insiden di sebuah organisasi sewaktu aku SMP- menjadi sedikit introvert dan tidak pandai bergaul dalam lingkungan organisasi. Alhasil dengan kepribadian tersebut, aku akhirnya memustuskan untuk berhenti di organisasi A, nonaktif di organisasi B, dan sedikit aktif di organisasi C.

Sebelumnya, aku pernah mencoba mendaftarkan diri di salah satu Badan Semi Otonom (BSO) yang ada di fakultas, formulir pendaftaran online sudah kuisi, tinggal kirim saja. Nahas, aku malah tertidur dan hari itu adalah hari terakhir pendaftaran. Tak ingin meratapi nasib, selanjutnya aku mencoba mengikuti rangkaian penerimaan anggota baru dari UKM Panahan. Tetapi akhirnya aku memutuskan untuk berhenti karena aku ingin membangun hubungan yang lebih dekat dengan warga satu jurusan karena menurutku lebih baik yang dekat daripada yang jauh.

Hampir satu bulan masa kuliah berlalu, BSO-BSO sudah mulai menyebarkan formulir pendaftaran dan aku masih bingung harus mencoba mendaftar di BSO yang mana karena aku memang tidak memiliki keterampilan yang mendukung untuk bergabung bersama BSO-BSO yang ada. Aku hanya ingat satu hal, warna korsa dari salah satu BSO yang pertama kali kulihat saat Infoday (pengenalan elemen-elemen Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan). Menurutku warna yang dipilih dapat mendeskripsikan BSO itu sendiri. Aku sedikit tertarik. Selain itu, aku juga ingin mencoba hal yang berbeda dan melenceng dari keseharianku. Maka pilihanku jatuh kepada Clapeyron –Pers Mahasiswa Teknik Sipil UGM-.

Pada masa akhir perekrutan, ada salah seorang teman yang menyebarkan kontak salah satu awak Clapeyron di grup angkatan, katanya bisa tanya-tanya tentang Clapeyron kalau masih bingung. Aku memutuskan mengirim pesan kepada awak tersebut dan mulai bertanya banyak hal mengenai Clapeyron. Sebenarnya aku belum memantapkan niat untuk ikut, tetapi awak itu malah menyuruhku untuk langsung mendaftarkan diri. Karena merasa tidak enak, akhirnya aku –sambil memantapkan niat- mendaftarkan diri dan mengikuti rangkaian oprec-nya. Aku juga tidak ingin mengulangi kesalahan sebelumnya dan berujung menjadi mahasiswa kupu-kupu.

Alasanku yang pada akhirnya memilih Clapeyron mungkin berbeda dengan awak lain yang ingin meningkatkan atau mengasah kemampuan yang telah mereka miliki. Sedangkan aku, memilih Clapeyron agar aku mulai membaca dan menulis. Agar aku bisa memulainya. Aku masih ingat, saat pertama kali calon awak baru dikumpulkan, suaraku masih hilang karena suporteran Tekniksiade –turnamen olahraga antarjurusan di Fakultas Teknik-, tetapi aku malah mendapat pujian. Saat itu, semua calon awak baru diberikan tugas secara berkelompok untuk membuat Clap Post –buletin berisi beberapa artikel yang berkaitan dengan ketekniksipilan- . Nasib kelompok kami bisa dikatakan kurang beruntung karena salah satu anggota kelompok kami memutuskan untuk mengundurkan diri yang besoknya juga diikuti oleh satu orang lagi. Meskipun kelompok kami mendapatkan anggota baru, tugas kami tetap berantakan karena sudah mendekati deadline. Untungnya masih bisa diselesaikan tepat waktu. Namun, masih ada Forum Group Discussion dan wawancara yang masih menunggu. “Belum tenang.” Batinku. Waktu pun terus berjalan sampai akhirnya seluruh rangkaian oprec selesai.

Semangatku sempat menurun di kala aku mengingat bagaimana aku saat wawancara dan Forum Group Discussion. Aku tidak paham semua hal yang ditanyakan, aku asal menjawab apa yang muncul di benakku saat itu, terlebih lagi saat ditanya mengenai isu-isu yang sedang hangat, aku tak tahu apa-apa karena aku memang tidak doyan membaca. Aku pasrah.

Hari pengumuman pun tiba dan aku tak menyangka dari 25 foto yang ada di poster, ternyata salah satunya adalah foto hasil crop dari fotoku bersama teman-teman. Aku diterima menjadi awak baru Clapeyron tepatnya di Divisi Penelitian dan Pengembangan. Aku tidak heran karena memang pilihan pertamaku adalah divisi itu. Meskipun sebenarnya aku berharap masuk Divisi Redaksi, tetapi aku sadar aku tidak berkompeten di bidang itu dan aku tetap bersyukur, mungkin ini adalah permulaan dari rencana Tuhan yang indah untukku. Jadi, aku memutuskan untuk tetap semangat dan banyak belajar selama menjadi awak Clapeyron.

Seperti organisasi pada umumnya, awak Clapeyron juga memiliki tugas pelatihan yakni membuat Clap Post lagi beserta video mengenai Clap Post tersebut. Setiap kelompok memilki anggota dari tiap-tiap divisi dan dilengkapi satu awak lama sebagai pemandu. Selain Clap Post, kami juga mendapat tugas lain seperti mengumpulkan database seluruh awak Clapeyron, srawung ke sekre Clapeyron, dan beberapa tugas kecil lainnya. Menurutku tugas ini bertujuan agar awak baru bisa lebih akrab dengan awak lama dan cepat membiasakan diri dengan suasana di Clapeyron. Akan tetapi, aku masih tidak berani untuk memulai pembicaraan atau hanya sekedar menyapa awak lainnya yang membuatku terus menunda-nunda.

Sebenarnya waktu yang diberikan untuk mengerjakan tugas magang sudah lebih dari cukup. Apalagi kami sebagai mahasiswa baru masih terbilang gabut. Namun, kami terlalu lalai dan santai sehingga baru mulai bergerak beberapa hari sebelum deadline yang membuat pekerjaan kami keteteran dan berantakan sampai kami harus pergi menemui narasumber pada malam harinya. Kami pun sempat meminta tambahan waktu pengerjaan, tetapi aku lupa keputusannya saat itu. Pada akhirnya tugas tetap selesai melewati deadline dan beberapa tugas kecil lainnya pun tidak selesai. Aku sangat menyesalinya, tapi selalu ingat bahwa ada pelajaran yang bisa dipetik. Dari sini aku menyadari banyak hal penting yang diperlukan seperti rajin berkomunikasi, kerja sama, berani memulai, dan tidak menunda-nunda. Aku pun terus memotivasi diri agar dapat bertahan sampai semuanya selesai.

Satu hal yang benar-benar aku syukuri selama satu semester perkuliahan yakni keputusanku untuk bergabung bersama Clapeyron. Awalnya, aku berpikir meskipun aku ikut suatu organisasi mungkin aku tetap tidak menonjol dibandingkan anggota lainnya. Bisa dibilang hanya sebagai pelengkap, kasarnya cadangan seperti yang biasanya aku rasakan. Ternyata aku salah, di Clapeyron aku merasa dianggap ada –ditambah stiker oke- dan di situ aku bisa mendapatkan teman-teman dan kakak-kakak yang tidak bisa aku dapatkan di lingkungan kuliah biasa karena aku memang orang yang cenderung menutup diri dan enggan bergaul.

Selama seratus hari pertamaku di Clapeyron bisa dibilang sangat berwarna. Meskipun masih terbilang gabut, setidaknya aku pernah dua kali ikut liputan dan merasakan pusingnya menulis artikel dengan waktu yang begitu singkat dan deadline yang begitu dekat. Ada rasa bersalah karena aku terlalu sering beralasan jika ada yang meminta bantuan untuk liputan. Untuk ke depannya, aku ingin lebih aktif dan produktif baik di Clapeyron maupun keseharianku dan terus membantu sebisaku. Terlepas dari semua itu, aku masih tidak menyangka bisa menjadi bagian dari Clapeyron, bertemu dengan orang-orang hebat, dan tentunya berusaha menjadi hebat. Aku berharap suatu saat bisa berkontribusi –dalam hal apapun- untuk Clapeyron yang lebih baik.

Baca artikel rehat lainnya disini

Teks oleh Galuh
Poster oleh Ayumna Uzlifati

Artikel Terkait