Berjuta tahun silam di masa purba
Tanah ini menyatu satu daratan es benua
Panasnya magma menggerakkan lempeng-lempeng bumi
Panasnya matahari mencairkan gunung-gunung salju
Panasnya hati menjauhkan akal sehat diri
Terjadilah yang mesti terjadi
Bumi bergerak salju mencair, gunung menjulang laut tergenang
Jadilah rangkaian pulau-pulau khatulistiwa
Belum ada manusia
Belum ada kata bencana
Kini, manusia menghuni menyebutnya sebuah negeri
Bila bumi bergerak disebutlah gempa
Magma memuntah dibilang meletus
Ombak meninggi menerjang kaunamakan tsunami
Lalu
Muncul lah istilah bencana
Untuk menyebut keadaan buruk yang menyengsarakan dan memakan korban
Dan negeri ini punya berjuta bencana
Gempa bumi, tsunami, badai, banjir, tanah longsor, angin puting beliung, gunung api meletus, kekeringan panjang, lumpur menyembur, dan masih banyak lagi
Apakah alam sengaja hendak mencelakakan manusia?
Untuk apa ada bencana?
Ah, barangkali alam tidak punya motif pribadi seperti murka dan benci
Manusia pandai menyimpan marah dan benci di hati
Lalu dengan tenaga dendamnya kebencian dan amarah dibuat untuk melukai
Sesama manusia
Tapi alam, apakah karena marah lalu bumi bergetar, bumi bergerak, magma panas dimuntahkan, gelombang laut ditinggikan menyapu daratan?
Ataukah sebenarnya alam sedang mencari keseimbangan?
Seperti angin yang berhembus dari ruang bertekanan tinggi ke ruang bertekanan rendah
Saat perbedaan menjadi ekstrem berhembuslah maha kencang
Manusia menyebutnya bencana badai angin topan
Alam dan manusia
Seperti tubuh dan bayangannya
Manusia bisa menanam pohon dan bisa juga membabat habis isi hutan
Bila hujan besar airnya tak bisa ditahan akar lalu banjir, longsor
Apakah salah alam yang menurunkan hujan?
Bukankah keserakahan manusia membuat sebab terjadinya bencana?
Keserakahan, kemarahan, kebodohan, kesombongan, ketidakpercayaan bagai racun jiwa
Dan memang alam dan manusia itu dua tapi satu
Ya, bagai tubuh dan bayangannya
Rumah yang bersih, sehat, indah, nyaman
Cermin manusia penghuninya
Begitu pula desa dan negara beserta alam lingkungannya
Manusia berhati buruk membuat lingkungan rusak dan buruk
Manusia berhati indah membuat lingkungan asri nan indah
Negeriku berjuta bencana
Menyengsarakan sekaligus membuat kami kuat dan tangguh
Seharusnya pula membuat kami membuang rasa malas untuk bersiap diri menghadapinya
Bangunan disiapkan tahan bencana
Jalur-jalur evakuasi dan tempat pengungsi disiapkan sebelum datang bencana
Berlatih rutin penyelamatan menjadi kewajiban seluruh anak negeri
Karena kita sadar negeri kita berjuta bencana
Dan bukannya malah bermalas-malasan, tidak memikirkan persiapan
Sejak bencana jauh belum datang waktunya
Dan kita bisa mengetahuinya
Karena bencana selalu mengirim tanda-tanda
Sebelum bertubi-tubi bencana akan datang
Kita bercermin mengoreksi diri
Bersihkan racun jiwa yang tidak peduli
Kita persiapkan segalanya
Kita tegakkan ajarannya dan kuatkan doanya
Kita rombak negeri berjuta bencana
Menjadi negeri penuh asa, cinta, dan bahagia
Kita yang memulainya
Sekarang juga
Ditulis oleh Basuki Rahmat, lahir pada 1 Maret 1971, saat ini berdomisi di Jakarta Selatan. Alumnus F-KU UGM angkatan 1989.