Pagelaran tonton film bersama Pers Mahasiswa UGM telah dilaksanakan di XXI Plaza Ambarrukmo pada Jumat (2/11) lalu. Pers yang bergabung antara lain Clapeyron, BPPM Equilibrium, Balairung, SKM Bulaksumur, dan Psikomedia. Film yang ditonton merupakan film fiksi ilmiah karya Sekolah Vokasi (SV) UGM berjudul Tengkorak. Disutradarai oleh Yusron Fuadi, seorang dosen SV UGM, Tengkorak menampilkan kondisi kemanusiaan yang cenderung tidak acuh ketika dihadapkan kepada suatu konflik yang tidak dipahami.
Pemilihan genre fiksi ilmiah ini didasari atas keinginan Yusron untuk memberi warna baru di industri perfilman Indonesia yang didominasi film horor dan romansa. Atas keberaniannya dalam mendobrak industri perfilman Indonesia, Tengkorak berhasil meraih nominasi Best Film di CINEQUEST Film Festival 2018 di Amerika Serikat, meraih OFFICIAL SELECTION di JAFF Film Festival 2017 (Tingkat Asia), dan BALINALE Film Festival 2018 (Tingkat Internasional).
Walaupun bermodal dana yang terbilang kecil, Tengkorak mampu membuktikan dirinya dapat bersaing di skala internasional. Tengkorak pun disebutkan merupakan salah satu film Indonesia dengan waktu produksi yang terlama, yaitu dengan durasi 127 hari. “Tim animasi kami juga dipilih Hanung Bramantyo untuk mengerjakan 50% special effect filmnya mendatang, yaitu Sultan Agung,” terang Wikan Sakarinto, dosen SV UGM sekaligus executive producer Tengkorak, soal prestasi lain yang diperoleh tim produksi.
Usai pemutaran film, kru Clapeyron berkesempatan untuk berbincang-bincang langsung dengan Yusron, Wikan, serta Eka Nusa Pratiwi yang memerankan tokoh Ani (tokoh utama). Lebih lanjut, Yusron menyampaikan bahwa ia ingin menciptakan film yang membuat penonton bertanya-tanya dengan meninggalkan sedikit informasi kepada penonton. Harapannya, penonton dapat turut berpartisipasi dengan mengolah informasi tersebut sesuai interpretasi mereka.
Lewat Tengkorak, Sekolah Vokasi UGM berhasil memasarkan dirinya dalam dunia perfilman. Ke depannya, Wikan berkeinginan untuk menciptakan film dengan genre yang tidak jauh dari fiksi ilmiah dan semakin mengembangkan aspek-aspek yang dirasa kurang dari Tengkorak, misalnya teknologi yang digunakan dalam pengolahan animasi film.
“Produksi Tengkorak bukan ditujukan untuk meraup keuntungan. Namun, film ini bertujuan sebagai wadah bagi para mahasiswa SV UGM belajar lewat metode Teaching Industry,” tutup Wikan.
Tulisan oleh Heningtyas dan Alvinson
Gambar oleh Satria Bagas S.
————————
Dapatkan informasi lainnya dengan mengikuti media sosial kami:
Line: https://line.me/R/ti/p/%40asx6449h
Instagram: @clapeyron.ugm
Laman: clapeyronmedia.com
Surel: humas@clapeyronmedia.com
————————
#wartagadjahmada #nobar #tengkorak #sv #perfilman #clapeyron #persma #ugm #jogja