Atasi Erosi dan Abrasi Pantai dengan PEGAR

Indonesia merupakan negara yang memiliki garis pantai sepanjang 108.000 km, terpanjang kedua setelah Kanada. Keadaan ini mengakibatkan abrasi dan erosi pantai kerap terjadi. Tingginya tingkat abrasi dan erosi pantai akibat pasang surut serta gelombang laut merupakan salah satu permasalahan utama di kawasan pesisir.

Semakin menipisnya sabuk hijau (hutan mangrove) mengakibatkan tingginya dampak kerusakan akibat erosi pantai. Penanganannya telah banyak dilakukan oleh pemerintah dengan menggunakan struktur keras seperti revetmen, pemecah gelombang, tembok laut, groin, atau kombinasi dari jenis pelindung pantai tersebut. Struktur keras tersebut terbukti berhasil mengatasi erosi pantai berpasir atau berkarang, tetapi kurang efektif untuk mengatasi erosi pantai khususnya pantai berlumpur. Biaya pembuatan struktur tersebut juga relatif mahal.

Pemecah Gelombang Ambang Rendah (PEGAR) adalah teknologi perlindungan pantai yang dicanangkan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian PUPR dengan biaya produksi yang relatif murah. PEGAR berfungsi untuk meredam energi gelombang laut dan meloloskan sedimentasi tersuspensi maupun sedimentasi pasir. Sedimentasi yang lolos akan tertahan oleh struktur PEGAR sehingga tidak kembali lagi ke laut dan secara perlahan mengendap di pantai.

Biaya untuk pembuatan PEGAR rangka bambu memerlukan sekitar dua juta rupiah. Jauh lebih murah dibandingkan pembuatan bangunan pelindung pantai struktur keras yang bisa mencapai empat puluh hingga lima puluh juta rupiah. Teknologi ini sudah diuji coba di Desa Timbulsloko, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan satu bulan setelah pemasangan PEGAR, terjadi penambahan 30 cm tinggi tanah. Jika diasumsikan sedimentasi yang terjadi 20 persen dari area seluas 50 hektar atau 500.000 meter persegi, maka volume sedimentasi yang terbentuk sebesar 30.000 meter kubik. Kemampuan teknologi ini cukup efektif untuk diterapkan mengingat biaya pembuatannya yang relatif murah.

Data dan teks oleh Andi Nursasongko
Ilustrasi oleh Afif Rachmadi