Sejak 2006, 21 Februari ditetapkan oleh pemerintah sebagai Hari Peduli Sampah Nasional. Berbagai daerah menyelenggarakan aksi peduli sampah dengan kegiatan positif, seperti pemungutan sampah di pesisir Kesenden, Cirebon atau kerja bakti yang diikuti oleh warga, Dinas Pekerjaan Umum, Kodim 0732/Sleman serta komponen masyarakat lain di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada suasana peringatan Hari Peduli Sampah Nasional kali ini, Clapeyron akan mengulas inovasi hasil kerja sama Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Universitas Gadjah Mada (UGM).
Pada acara temu alumni Keluarga Alumni Gadjah Mada (KAGAMA) di Jakarta pada 2017, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono memberikan sebuah tantangan kepada UGM untuk menciptakan mesin perajang plastik dengan daya kecil yang mampu dioperasikan secara optimal oleh masyarakat. Mengutip dekan Fakultas Teknik UGM, Nizam, “Tantangan tersebut langsung kita jawab dengan menghasilkan desain produk yang sesuai dengan permintaan dan spesifikasi PUPR.”
Latar belakang dari pengembangan mesin perajang plastik adalah keprihatinan atas jumlah sampah yang menjadi masalah di Indonesia. Mengambil Yogyakarta sebagai contoh, berdasarkan Kajian Cepat Sampah Laut di Indonesia edisi April 2018, sampah yang dihasilkan DIY setiap harinya mencapai 359,1 ton, sedangkan 17,10% dari sampah tersebut belum dapat ditangani secara optimal. Hal ini juga tercermin di berbagai kota besar di Indonesia.
Pengembangan Mesin Perajang Plastik dilakukan oleh tim yang terdiri dari dua orang dosen Departemen Teknik Mesin dan Industri (DTMI), Muslim Mahardika dan Rachmat Wijaya, serta Nizam. Pengembangan ini diikuti pula oleh beberapa mahasiswa, yaitu Sigiet Haryo Pranoto dan Fajar Yulianto Prabowo dari DTMI. Alat ini akan digunakan untuk mengubah sampah plastik menjadi salah satu campuran aspal dalam pembuatan jalan.
Hasil penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) menunjukkan bahwa hal ini akan menghemat kebutuhan aspal hingga 15%. Syarat yang diperlukan agar plastik dapat digunakan sebagai campuran aspal hanyalah proses perajangan agar bentuk plastik menjadi butiran. Plastik sebagai polimer juga memberikan ketahanan lebih kepada aspal. Perkerasan dengan campuran 4-6% dari kadar aspal adalah lebih stabil 40% terhadap lelah fatik dan deformasi.
Produksi Mesin Perajang Plastik direncanakan akan ditangani oleh PT Barata yang merupakan perusahaan dengan lini usaha utama dalam mesin industri dan konstruksi. Menurut Nizam, kerja sama antara BUMN, Kementerian, dan UGM adalah manifestasi dari sinergi quadruple helix yang sangat baik. Quadruple helix yang dimaksud adalah kerja sama antara empat komponen masyarakat yang meliputi pemerintah, perusahaan, perguruan tinggi, dan masyarakat.
Adanya pengembangan Mesin Perajang Plastik menjadi wujud realisasi hasil penelitian perguruan tinggi, titik cerah atas masalah pembangunan jalan pemerintah, kegiatan yang berbuah produk dan profit bagi perusahaan, dan memberi manfaat bagi lingkungan, ekonomi, dan sosial untuk masyarakat. Mesin ini nantinya diharapkan membawa dampak positif yang besar bagi seluruh lapisan masyarakat serta solusi untuk permasalahan sampah di Indonesia.
Tulisan oleh Nizar AM
Poster oleh Reyhan Rahadian