Mengintip Peran Infrastruktur dalam Perkembangan Indonesia Timur

Pulau-pulau di Indonesia Timur terkenal dengan keindahan alam bahari dan biota lautnya yang beragam, salah satunya adalah Pulau Morotai. Morotai menawarkan berbagai tempat wisata yang indah, seperti Pantai Dodola, Pulau Zumzum, dan Museum Trikora. Morotai menyajikan keindahan pantai dan panorama bawah laut dengan 28 titik penyelaman yang menawarkan keindahan berbagai biota laut dan sisa kapal perang suasana sejarah Perang Dunia ke-2. Oleh sebab itu, Morotai ditetapkan sebagai salah satu Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN). Selain itu, Morotai juga memiliki potensi komoditas perdagangan yang beragam, seperti plywood, kopra, kakao, rotan, kelapa, dll.

Pulau Morotai memiliki potensi begitu besar untuk dikembangkan. Peran Morotai harus dimaksimalkan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia. Melalui Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2014, areal seluas 1101,76 hektare di Pulau Morotai ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). KEK Morotai memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategis. Keunggulan geoekonomi yang dimiliki adalah letaknya yang berada di pulau terluar pada sisi Timur Laut Indonesia dan berdekatan dengan negara-negara di Asia seperti Jepang dan Taiwan serta berada pada jalur imigrasi ikan tuna. Keunggulan geostrategis Morotai adalah adanya kebijakan untuk menghidupkan kembali dan memaksimalkan peran bandar udara Pitu sebagai penghubung Internasional.

Sejak ditetapkan sebagai KEK, Morotai terus berbenah untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi persaingan global. Beberapa infrastruktur seperti akses jalan ke tempat wisata mulai diperbaiki karena Morotai dirancang untuk menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia Timur. Pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan memiliki peran yang begitu penting untuk mendukung pengembangan Morotai. Dengan meningkatnya pembangunan infrastuktur, maka perekonomian di Morotai akan tumbuh.

Salah satu infrastruktur pendukung yang dibangun adalah Jalan Lingkar Morotai. Berdasarkan Peraturan Presiden No. 56 Tahun 2018, Jalan Lingkar Morotai ditetapkan sebagai salah satu Program Strategis Nasional (PSN). Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menghabiskan dana sebanyak Rp273,86 Milyar untuk pembangunan jalan dan jembatan pada Ruas Lingkar Morotai.

PUPR menunjuk Direktorat Jenderal (Ditjen) Bina Marga sebagai pelaksana pembangunan. Ditjen Bina Marga membagi pekerjaan pembangunan menjadi beberapa proyek, yaitu:
1. Pembangunan jalan baru ruas Sofi – Wayabula sepanjang 6 kilometer dengan biaya Rp32 Milyar.
2. Peningkatan jaringan jalan di ruas batas kota Daruba – Daeo atau Sanowo – Bere Bere – Sofi – Daruba – Wayabula dengan panjang 195,29 kilometer dengan biaya Rp10,43 Milyar.

Keberadaan ruas jalan dengan total panjang 201,89 kilometer ini bertujuan untuk peningkatan aksesibilitas antarwilayah. Konektivitas jaringan jalan dimaksudkan untuk memberikan kenyamanan, keamanan, kelancaran, dan keselamatan perjalanan wisatawan menuju ke berbagai destinasi wisata di Pulau Morotai. Sehingga, potensi wisata dan KEK yang ada di Pulau Morotai dapat berkembang dengan baik serta dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia.

Tulisan oleh Candra Kusuma
Gambar oleh Ayumna Uzlifati