World Environment Day atau Hari Lingkungan Hidup Sedunia pertama kali dirayakan pada 5 Juni 1974 dengan slogan “Only One Earth.” Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), melalui Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup Manusia yang berlangsung pada 5-16 Juni 1972 di Stockholm, Swedia, menetapkan tanggal 5 Juni sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Sejak dirayakan pada tahun 1974, Hari Lingkungan Hidup Sedunia telah berkembang menjadi media bagi masyarakat dunia untuk bertindak terhadap berbagai masalah lingkungan hidup, seperti pencemaran laut, pemanasan global, hingga kejahatan terhadap satwa.
Setiap tahunnya, Hari Lingkungan Hidup Sedunia selalu mengangkat tema khusus. Tema yang diangkat didasarkan pada isu lingkungan hidup yang sedang terjadi. Pada tahun 2018, Hari Lingkungan Hidup Sedunia memiliki tema “Beat Plastic Pollution” yang berfokus pada permasalahan pencemaran lingkungan akibat limbah plastik, sedangkan tema yang diangkat pada tahun 2019 adalah “Air Pollution.”
Tahun ini, Hari Lingkungan Hidup Sedunia memiliki tema “Biodiversity” atau “Keanekaragaman Hayati.” Peristiwa baru-baru ini, mulai dari kebakaran hutan, invasi belalang di Afrika Timur, hingga pandemi global, menunjukkan ketergantungan antara manusia dengan lingkungan di sekitarnya. Keanekaragaman hayati merupakan fondasi dari seluruh kehidupan di bumi. Setiap organisme memiliki perannya masing-masing. Apabila satu spesies saja punah, sistem kehidupan di bumi pun akan terpengaruhi. Melalui tema tahun ini, masyarakat dunia diajak untuk lebih peduli dalam melestarikan keanekaragaman hayati.
Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia diadakan di negara yang berbeda setiap tahunnya, dengan Kolombia menjadi tuan rumah tahun ini. Kolombia yang bermitra dengan Jerman berencana mengadakan aksi mengenai iklim dan konservasi keanekaragaman hayati. Ricardo Lozano, Menteri Lingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan Kolombia; Jochen Flasbarth, Sekretaris Negara Jerman untuk Lingkungan; dan Inger Andersen, Direktur Eksekutif Lingkungan PBB; menekankan bahwa satu juta spesies flora dan fauna tengah menghadapi kepunahan saat ini. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya bagi negara-negara untuk fokus menangani masalah keanekaragaman hayati.
Tulisan oleh Benedictus Valerian
Gambar oleh Gilbran Alif