Sejak kasus COVID-19 pertama di Indonesia pada 2 Maret 2020 lalu, penyebaran virus tersebut terus meningkat tanpa ada tanda-tanda perlambatan. Per 27 Juli 2020, jumlah kasus COVID-19 di Indonesia sudah mencapai 100.303 kasus. Selain penerapan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan social distancing, cara yang paling ampuh untuk mencegah penyebaran virus tersebut adalah dengan mencuci tangan dan menjaga sanitasi lingkungan di sekitar kita.
Mencuci tangan menggunakan sabun atau hand sanitizer dengan benar dapat membunuh virus COVID-19 sebelum mereka dapat menyebar ke permukaan lainnya. Walaupun begitu, tidak semua orang memiliki kemewahan tersebut. Kurangnya persediaan air bersih dan rendahnya tingkat sanitasi merupakan masalah yang sangat besar, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2018, hanya sekitar 74% penduduk Indonesia yang memiliki akses terhadap air bersih. Angka tersebut semakin menurun untuk penduduk di luar daerah metropolitan. Tanpa adanya persediaan air bersih, kegiatan higienis seperti membersihkan tubuh, makanan, dan pakaian tidak dapat dilakukan.
Selain terbatasnya persediaan air bersih, tingkat sanitasi di Indonesia juga mengkhawatirkan. Laporan sanitasi ASEAN Key Figure menempatkan Indonesia di peringkat terakhir di antara negara anggota ASEAN pada tahun 2018. Menurut laporan tersebut, penduduk Indonesia yang memiliki akses terhadap sanitasi yang layak hanya sebesar 69,3% dari total penduduk. Rendahnya tingkat sanitasi tidak hanya mempercepat penyebaran virus COVID-19, tetapi juga meningkatkan resiko komplikasi bagi para pasien.
Dengan curah hujan tinggi dan sumber air alami yang melimpah, mengapa akses air bersih di Indonesia masih terbatas?
Penyebab terbatasnya air bersih di Indonesia bermacam-macam. Untuk daerah pedalaman yang jauh dari pusat pemerintahan, musim kemarau dan sumber air yang mengering merupakan penyebab utamanya. Terbatasnya bantuan dari pemerintah menyebabkan para warga terpaksa untuk mencari bantuan kepada komunitas dan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) setempat.
Untuk daerah metropolitan seperti Jakarta, kepadatan penduduk dan swastanisasi air memiliki peran yang besar. Tingkat permintaan serta harga air yang tinggi merupakan masalah yang mengkhawatirkan, terutama bagi kelompok masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
Salah satu upaya pemerintah untuk memberikan akses air bersih dan sanitasi adalah dengan menjalankan Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS). PAMSIMAS adalah program penyediaan air bersih pedesaan terbesar di Indonesia yang telah memberikan akses fasilitas air bersih kepada 19 juta penduduk dan juga akses sanitasi kepada 15,5 juta penduduk di Indonesia.
Selain memberi akses fasilitas, PAMSIMAS juga ikut serta dalam program edukasi serta sosialisasi kepada masyarakat untuk mencapai keberlangsungan jangka panjang. Program tersebut juga memberikan bantuan finansial dan manajemen air bersih untuk pemerintah setempat. Namun, dengan keadaan pandemi COVID-19, beberapa program PAMSIMAS tidak dapat dilaksanakan, terutama jika lokasi desa sasaran terletak di pusat persebaran COVID-19. Kegiatan sosialisasi juga terpaksa dilakukan secara door to door untuk menghindari kerumunan.
Dengan pengalihan fungsi lahan dan perubahan iklim yang tak menentu, masa depan sumber air Indonesia tidak menjanjikan. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memprediksi Pulau Jawa akan kehilangan sebagian besar sumber airnya pada tahun 2040, terutama di wilayah sekitar Pantai Utara Jawa. Oleh karena itu, kita harus mencari sumber air alternatif.
Salah satu sistem sumber air alternatif yang dapat digunakan adalah rainwater harvesting system atau sistem penampung air hujan. Dengan sistem ini, kita dapat memanfaatkan curah hujan Indonesia yang tinggi dan menggunakan air hujan untuk keperluan sehari-hari. Sistem ini terdiri dari beberapa barel hujan yang dapat dilengkapi dengan pompa serta sistem purifikasi tambahan. Selain rain harvesting system, alternatif lain yang dapat digunakan adalah sistem desalinasi untuk memisahkan garam dan mineral dari air laut agar air aman untuk dikonsumsi.
Apa yang dapat kita lakukan untuk membantu krisis air Indonesia di tengah pandemi ini?
Kita dapat membantu dengan melakukan langkah-langkah kecil seperti menghemat air, memberi donasi, dan menumbuhkan kesadaran terhadap sesama mengenai pentingnya peran air bersih dan sanitasi di saat pandemi. Kita juga tidak boleh lupa untuk menggunakan masker, menerapkan social distancing, dan mencuci tangan dengan benar untuk membantu mencegah penyebaran virus COVID-19.
Tulisan dan gambar oleh Tim Liputan Clapeyron