Beranda Sipiloka Menilik Konstruksi Unik Banjarmasin, Jembatan Cable Stayed Lengkung Pertama Indonesia

Menilik Konstruksi Unik Banjarmasin, Jembatan Cable Stayed Lengkung Pertama Indonesia

oleh Redaksi

Tak lama lagi Kalimantan Selatan akan memiliki ikon infrastruktur baru. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tengah mengerjakan proyek pembangunan Jembatan Sei Alalak di Kota Banjarmasin. Jembatan yang berfungsi sebagai alur utama penghubung Kota Banjarmasin dengan berbagai wilayah di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah ini akan menggantikan Jembatan Kayu Tangi 1 yang telah berusia sekitar 30 tahun.

Jembatan ini memiliki rancangan bentuk yang unik. Jembatan Sei Alalak akan menjadi jembatan cable stayedlengkung untuk lalu lintas jalan raya pertama di Indonesia. Jembatan ini memiliki bentang total 850 meter dan lebar 20 meter yang berisi 4 lajur dua arah. “Proyek sudah berjalan ±1,5 tahun sejak akhir tahun 2018. Sampai saat ini, kami sudah menyelesaikan pengerjaan fondasi, approach way, dan pylon hingga 70%. Progress kita telah mencapai 70% dan akan selesai di pertengahan tahun 2021,” ujar Aria selaku Kepala Seksi Engineering Jembatan Sei Alalak dalam wawancara dengan Clapeyron, Sabtu (9/8/2020).

Metode perakitan dek Jembatan Sei Alalak menggunakan traveller dengan sistem kantilever karena tidak dimungkinkan adanya perancah di bawahnya. Secara garis besar, komponen struktural dek terdiri dari edge beam di sisi kiri dan kanan, cross beam di tengah, dan slab lantai jembatan di atasnya. Struktur dek jembatan ini mengombinasikan struktur precast dan cast in situ. “Struktur precast kami gunakan di edge beam, cross beam, dan setengah slab-nya untuk mempercepat pengerjaan. Kami merakit terlebih dulu seluruh segmen di bawah, lalu kami naikkan dan kami ereksi satu demi satu di posisi mainspan. Pemasangan dilakukan dari posisi counterweight atau belakang ke depan,” papar Yoga, Bridge Engineer Jembatan Sei Alalak.

Yoga mengakui adanya tantangan tersendiri dalam merakit jembatan lengkung ini. “Kalau merakit jembatan lurus, kami biasa memakai acuan gaya cable. Kalau merakit jembatan lengkung, selain kontrol gaya diperlukan geometri. Dengan bentuk yang asimetris ini, tingkat presisi alinemen menjadi tolok ukur keberhasilan pembangunan Jembatan Sei Alalak.”

Pylon pada Jembatan Sei Alalak juga menjadi sebuah tantangan tersendiri dalam pelaksanaannya karena berbentuk lengkung. Menurut paparan Aria, pengerjaan dilakukan dengan sistem segmentasi, yaitu pembagian pylon menjadi tiga belas segmen dengan kemiringan yang berbeda. Pengecoran dilakukan per segmen agar kelengkungan pylon bisa dikontrol sesuai rencana. “Kami memakai sistem guide frame, yaitu semacam frame baja sebagai alat bantu untuk guidance dan memonitor kemiringan setiap segmen. Guide frame juga menjadi posisi pemasangan guide pipe, tempat atau wadah di mana kabel tertanam,” kata Aria. “Kami menggunakan metode climbing form. Setelah menyelesaikan satu segmen, kami naik ke segmen berikutnya dan begitu seterusnya menggunakan crane. Dengan sistem climbing form ini, kami hanya membuat satu formwork atau bekisting untuk semua segmen dari bawah sampai atas, sehingga tidak harus membuat banyak formwork,” tambah Yoga.

Keunikan juga terletak pada komponen kabel. Jumlah strand yang digunakan pada jembatan ini paling sedikit 44 strand per kabel dan paling banyak 132 strand per kabel. Menurut Yoga, jembatan ini mencapai rekor dengan jumlah strand terbanyak, yaitu 132 strand per kabel. “Sepengetahuan saya, belum pernah ada kabel dengan jumlah strandsebanyak ini di Indonesia. Angkurnya saja sampai berdiameter 60 cm.” Proses pemasangan kabel diawali dengan penyusunan proposal stressing kabel. Di dalamnya terdapat pemaparan mengenai staging construction, yaitu urutan pemasangan kabel. Pemodelan staging construction juga dilakukan pada tahap kalkulasi. “Ketika kami memasang kabel nomor 1, kami sudah tahu tegangan yang harus ditarik, ada maksimal dan minimalnya terhadap jumlah strand. Jumlahstrand yang harus dipasang kami sertakan di proposal. Secara garis besar, kami memasang kabel di posisi backspandengan dua tahap penarikan per kabel, sedangkan di posisi mainspan ada 3 tahap penarikan kabel. Dalam tahap kalkulasi, kami juga memodelkan staging construction agar semakin akurat dan kami jadikan acuan pelaksanaan di lapangan,” ujar Aria.

Pembangunan Jembatan Sei Alalak sempat mengalami kendala semasa Lebaran. Banyaknya tenaga kerja lapangan yang memaksakan mudik ke Pulau Jawa tanpa izin direksi pekerjaan menyebabkan terjadinya kekurangan tenaga kerja. Kembalinya tenaga kerja ke proyek selepas Lebaran mengalami hambatan karena adanya serangkaian prosedur pada masa pandemi COVID-19. Selain itu, situasi pandemi juga menghambat kegiatan impor material. Proses pengiriman material yang dijadwalkan tiba dalam dua minggu mundur menjadi sekitar satu setengah bulan karena ada pembatasan penerbangan. “Untuk kondisi saat ini, kita sudah masuk ke era new normal dan kita sudah bisa beradaptasi dengan kondisi yang ada,” tutup Aria.

Tulisan oleh Benedictus Valerian

Data oleh Sultan Ibrahim

Gambar oleh Tiara Ramadhani

Artikel Terkait