Tahun 2016 dinyatakan sebagai tahun terpanas dalam sejarah berdasarkan data NASA’s Goddard Institute for Space Studies (GISS). Suhu atmosfer bumi rata-rata dalam setahun naik 1,02 derajat Celsius di atas suhu rata-rata tahun 1951-1980. Selanjutnya, besar kenaikan suhu dalam tiga tahun terakhir adalah 0,92°C (2017), 0,85°C (2018), dan 0,99°C (2019). NASA menyatakan bahwa sebagian besar hal ini terjadi (probabilitas lebih dari 95%) akibat aktivitas manusia sejak periode pra-industri tahun 1950-an dan akan terus berlanjut dengan kenaikan suhu yang lebih cepat selama beberapa dekade hingga ribuan tahun. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), salah satu bagian dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dalam laporannya di tahun 2018 menyatakan bahwa ada kemungkinan bagi suhu bumi untuk naik hingga 1,5 derajat Celsius pada masa yang akan datang.
Naiknya suhu bumi menjadi pemicu banyaknya bencana alam yang terjadi akhir-akhir ini, dimulai dari perbedaan suhu ekstrem di berbagai belahan bumi, curah hujan yang cukup tinggi, hingga badai hebat yang terjadi di berbagai penjuru dunia. Selain itu, NASA juga menyatakan bahwa dampak pemanasan 1,5 derajat Celsius dapat menyebabkan beberapa kepunahan pada serangga, tumbuhan, dan vertebrata serta berkurangnya eksistensi terumbu karang. Pemanasan ini turut menyebabkan pengurangan biomassa hutan hujan, adanya ketidakstabilan di lapisan es Antartika dan Greenland, serta turunnya tingkat oksigen di dalam laut.
Lantas, apa sebetulnya penyebab kenaikan suhu bumi ini? Beberapa ilmuwan menghubungkan kejadian kenaikan suhu bumi dengan tren pemanasan global yang terjadi. Hal ini sudah diamati sejak pertengahan abad ke-20 di mana mulai terjadi adanya efek rumah kaca, yaitu ketika panas yang memancar dari bumi ke luar angkasa terperangkap oleh atmosfer. Gas-gas yang berkontribusi pada efek rumah kaca meliputi gas N2O, H2O, CH4, dan CO2. Dilansir dari NASA, sekelompok 1300 ahli ilmiah independen dari negara-negara di seluruh dunia yang berada di bawah naungan PBB menyimpulkan ada lebih dari 95% probabilitas bahwa aktivitas manusia selama 50 tahun terakhir menjadi penyebab menghangatnya planet kita. Kegiatan industri yang menjadi tempat bergantung peradaban modern telah meningkatkan tingkat karbon dioksida di atmosfer dari 280 bagian per juta menjadi 414 bagian per juta dalam 150 terakhir. Selain adanya kegiatan industri, masih banyak lagi kebiasaan dari masyarakat yang turut mendukung terjadinya pemanasan. Lalu, bagaimana dengan energi matahari yang diterima oleh bumi? Apakah matahari ikut menjadi salah satu alasan adanya kenaikan suhu bumi? Berdasarkan grafik yang dilansir dari NASA, jumlah energi matahari yang diterima bumi sejak tahun 1950-an senantiasa teratur mengikuti siklus tiap 11 tahun. Oleh karena itu, sangat tidak mungkin bahwa energi matahari yang menyebabkan kenaikan suhu bumi.
1,5 derajat Celsius memang terdengar seperti angka kecil. Namun, siapa sangka bahwa kenaikan suhu sekecil itu dapat berdampak sangat buruk bagi bumi. Maka dari itu, langkah-langkah yang kita lakukan sekarang menjadi penentu akan keadaan bumi di masa depan nanti. Berikut ini adalah lima hal yang bisa kita lakukan untuk turut membantu menyelamatkan bumi versi World Wide Fund for Nature:
1. Berani berbicara, selalu mencari informasi baru, dan kritis mengenai masalah lingkungan
Sebagai generasi yang sadar akan adanya kenaikan suhu di bumi, salah satu hal yang bisa kita lakukan adalah selalu mencari fakta dan mengikuti berita terbaru mengenai isu tersebut. Selanjutnya, jangan lupa untuk menyebarkan informasi tersebut kepada teman, keluarga, serta rekan kerja kita. Kemudian, cari tau apa yang bisa kita lakukan untuk membuat perubahan.
2. Bepergian dengan bertanggung jawab
Salah satu cara efektif untuk mengurangi dampak kenaikan suhu bumi adalah dengan berkendara secara ramah lingkungan. Selalu berusaha untuk meminimalkan jejak karbon perjalanan kita dengan mengurangi penggunaan kendaraan yang berbahan bakar fosil.
3. Memilih bahan makanan yang berkelanjutan
Makanan yang kita pilih menjadi penyumbang sekitar seperempat emisi gas rumah kaca global dan turut bertanggung jawab atas hampir 60% hilangnya keanekaragaman hayati global. Menjauhi diet “dominasi-daging” dan mendekati diet “dominasi-sayur” akan berdampak lebih rendah terhadap lingkungan.
4. Mengurangi produksi sampah
Setiap produk yang kita beli memiliki dampak tersendiri terhadap lingkungan dan bisa jadi hanya berakhir pada tempat pembuangan akhir sampah. Tak hanya produk yang kita beli, diestimasi bahwa sepertiga dari hasil makanan yang diproduksi juga akan berakhir dibuang. Yuk, mulai melakukan daur ulang bahan bekas, mengurangi sampah sisa makanan, dan mulai menyadari bahwa sampah yang kita hasilkan juga merupakan tanggung jawab kita.
5. Selalu memerhatikan apa yang kita beli
Mengurangi belanjaan akan membuat kamu lebih hemat serta turut mengurangi limbah. Menjalani gaya hidup yang tidak konsumtif akan berdampak baik bagi kita maupun bumi. Dengan turut mendukung produk eco-friendly atau produk ramah lingkungan, kita ikut mendorong perusahaan untuk memproduksi produk mereka dengan cara berkelanjutan.
Tulisan oleh Salma Putri Afida
Data oleh Fikri Rizal
Gambar oleh Ammar Fadhil Adfa