Rabu (20/1), Kereta Rel Listrik (KRL) rute Jogja-Solo mulai diuji coba dengan tarif Rp1. Uji coba KRL dilaksanakan pada 20-31 Januari 2021 secara terbatas untuk instansi terkait, awak media, pegiat media sosial, dan komunitas. Setelah itu, terdapat uji coba untuk masyarakat umum pada 1-7 Februari 2021.
KRL akan mulai beroperasi penuh secara resmi untuk masyarakat umum pada Rabu (10/2). KRL akan berhenti di 11 stasiun, yaitu Stasiun Yogyakarta, Lempuyangan, Maguwo, Prambanan, Srowot, Klaten, Ceper, Delanggu, Gawok, Purwosari, dan Solo Balapan. Penumpang dapat menggunakan aplikasi KRL Access untuk dapat melihat jadwal keberangkatan kereta dari setiap stasiun.
Berbeda dengan sistem tarif KRL Jabodetabek yang menggunakan sistem tarif progresif, KRL Yogya-Solo akan beroperasi dengan sistem tarif flat atau tarif seragam untuk semua jarak tempuh. Penumpang akan dikenakan tarif yang sama seperti KA Prameks, yaitu Rp8.000. Untuk dapat menggunakan KRL, penumpang dapat bertransaksi menggunakan Kartu Multi Trip (KMT), Commuterpay, dan uang elektronik bank (e-money). Kedepannya, pembayaran juga bisa dilakukan menggunakan aplikasi yang menyediakan pembayaran dengan kode QR.
Cara menumpang KRL Jogja-Solo berbeda dengan KA Prameks. KA Prameks masih memakai tiket yang dapat dibeli melalui KAI Access, sedangkan KRL Jogja-Solo menggunakan sistem tap in dan tap out. Tap in maupun tap out harus dilakukan secara berpasangan. Apabila penumpang tidak melakukan tap out, maka KMT tidak akan bisa digunakan untuk perjalanan selanjutnya.
Ketika memasuki gate KRL, penumpang melakukan tap in dengan tangan kiri karena tap sensor berada di sisi kiri badan. Untuk keluar gate KRL, penumpang melakukan tap out dengan tangan kanan karena tap sensor berada di sisi kanan badan. Ketika tap in atau tap out, KMT/kartu elektronik tidak perlu disentuhkan pada tap sensor. Kemudian, penumpang dapat langsung melewati gate besi tanpa perlu mendorongnya dengan tangan. Kedua hal tersebut bertujuan untuk meminimalkan terjadinya sentuhan atau kontak fisik.
Dalam sehari, total perjalanan KRL direncanakan sebanyak 20 perjalanan dengan waktu tempuh masing-masing sekitar 68 menit dan waktu transit di masing-masing stasiun sekitar 1 menit. Guna memenuhi kebutuhan penumpang, KRL akan dirancang dengan formasi rangkaian 4 kereta. Dengan asumsi satu kereta berkapasitas 200 orang, maka KRL dapat melayani kurang lebih 800 penumpang sekali jalan.
Namun, selama masa Pandemi Covid-19, PT Kereta Cepat Indonesia menerapkan protokol kesehatan dengan membuat tempat duduk berjarak di dalam kereta. Sehingga, satu kereta hanya dapat digunakan oleh 84 penumpang. Untuk dapat menggunakan KRL, penumpang tidak perlu menunjukkan surat keterangan rapid test tetapi harus tetap mematuhi protokol kesehatan yang berlaku.
Berdasarkan pengalaman Awak Clapeyron, KRL menawarkan fasilitas yang memanjakan penumpang, mulai dari adanya gate khusus bagi penumpang KRL, pendingin ruangan, akurasi waktu kedatangan, serta waktu tempuh yang lebih cepat dan kapasitas yang lebih besar dibandingkan dengan KA Prameks. Saat memasuki KRL, suasana bersih dan rapi menjadi kesan pertama yang muncul. KRL dilengkapi dengan kursi yang disusun berhadap-hadapan dan handgrip kuning bagi penumpang yang berdiri. Namun, KRL tidak dilengkapi dengan running text yang menginformasikan stasiun pemberhentian. Sebagai gantinya, petugas akan melakukan pemberitahuan melalui pengeras suara dan menyebutkan nama stasiun pemberhentian. Sehingga, penumpang tidak perlu khawatir kelewatan stasiun yang dituju.
Dengan adanya KRL Jogja-Solo, diharapkan mobilitas masyarakat sepanjang Jogja-Solo nantinya meningkat sehingga dapat memulihkan roda perekonomian wilayah Yogyakarta dan Solo yang selama ini masih terdampak oleh adanya pandemi Covid-19.
Tulisan oleh Candra Kusumasari W.M. dan Alkansa Jesiro S
Gambar oleh Nabila Alifiyya Husna