Pentingnya Eksistensi Vaksin bagi Antisipasi Penyebaran Covid-19

Pandemi Covid-19 telah banyak memakan korban dan hingga saat ini penyebarannya masih terus terjadi. Per Kamis (21/1), kasus positif Covid-19 di Indonesia bertambah sebanyak 11.703 menjadi 951.651 orang, pasien sembuh bertambah 9087 menjadi 772.790 orang, serta pasien meninggal bertambah sebanyak 346 menjadi 27.203 orang. Berbagai langkah pencegahan penyebaran virus telah dilakukan, mulai dari memakai masker, mencuci tangan, hingga menjaga jarak (physical distancing).

Kendati demikian, manusia harus hidup berdampingan dengan Covid-19. Hidup berdampingan bukan berarti menyerah, melainkan dapat kembali beraktivitas sembari beradaptasi dengan kebiasaan baru. Sosialisasi kepada masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan juga harus dikencangkan karena tak sedikit yang masih abai dan kurang mengindahkan langkah pencegahan tersebut.

Berbulan-bulan sudah dunia berada dalam getirnya masa pandemi. Masyarakat dihantui rasa takut dengan situasi yang penuh ketidakpastian. Terlebih lagi beredarnya kesimpangsiuran berita semakin menambah kecemasan yang dirasakan. Namun, adanya penemuan vaksin Covid-19 seakan memberi titik terang untuk keluar dari kondisi sulit ini. Memang bukan solusi tunggal, tetapi keberadaan vaksin menjadi penting dalam mengurangi transmisi virus.

-Penerimaan Vaksin Covid-19 di Indonesia-

Tak semua orang serta merta menyambut hangat kedatangan vaksin di Indonesia. Banyak yang masih mempertanyakan keamanan vaksin yang akan disuntikan ke dalam tubuh. Menurut data UNICEF yang bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan RI dan WHO di Jakarta, penyebab masyarakat Indonesia tidak mau divaksin adalah masalah keamanan dan keampuhan. Hal ini menyebabkan timbulnya berbagai pro dan kontra terhadap penerimaan vaksin di kalangan masyarakat.

Keberadaan vaksin Covid-19 yang masih tergolong baru memberikan kekhawatiran akan efek samping yang dapat ditimbulkan. Di Indonesia sendiri terdapat sejumlah laporan efek samping vaksin Covid-19 Sinovac yang diterima oleh Komnas Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). Ketua Komnas KIPI, Hinki Hindra Irawan Satari, mengatakan bahwa gejala efek samping yang terjadi, seperti pegal, nyeri di tempat suntikan, kemerahan, lemas, demam, mual, hingga perubahan nafsu makan, masih dalam kategori ringan dan tidak berbahaya.

Walaupun dapat menimbulkan efek samping, keberadaan vaksin dirasa penting karena dapat menurunkan probabilitas penularan virus Covid-19. Untuk meminimalkan penularan virus, maka terlebih dahulu dibentuk herd immunity atau kekebalan kelompok yang akan terbentuk apabila minimal 70% penduduk dalam suatu negara sudah divaksin.

-Kinerja dan Prasyarat Vaksinasi-

Adanya vaksin Covid-19 dalam tubuh dapat menciptakan respon antibodi untuk mengaktifkan sistem kekebalan tubuh terhadap virus. Sistem kekebalan ini berbentuk sel yang dikenal dengan nama sel B dan sel T. Saat vaksin masuk ke dalam tubuh, sel B akan menempel pada permukaan virus Covid-19 yang sudah dimatikan dan mencari fragmen yang cocok. Sel T membantu mencocokkan fragmen dengan sel B. Jika ada yang cocok, maka sel B akan berkembang biak menghasilkan antibodi untuk kekebalan tubuh.

Meskipun vaksin dirasa penting dalam memberikan kekebalan tubuh, tidak semua orang dapat disuntik vaksin. Beberapa orang yang justru akan berisiko jika divaksin adalah bayi, balita, lansia, serta penderita penyakit autoimun.

Terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi agar seseorang dapat diberikan vaksin. Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit nomor HK.02.02/4/4/2021 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Covid-19, syarat yang harus dipenuhi penerima vaksin antara lain yaitu tidak pernah terpapar Covid-19, suhu tubuh harus di bawah 37,5 °C, tekanan darah harus di bawah 140/90 mmHg, tidak menderita penyakit paru seperti asma dan TBC, serta tidak menderita HIV. Jika dalam kondisi hamil, menyusui, mengidap gejala ISPA dalam tujuh hari terakhir, memiliki riwayat alergi berat, penyakit ginjal, rematik, sakit saluran pencernaan kronis, serta menderita diabetes mellitus DM tipe 2 terkontrol dan HbA 1C di bawah 58 mmol/mol atau 7,5%, maka vaksin tidak dapat diberikan.

Perlu ditekankan bahwa eksistensi vaksin tak serta merta cukup untuk menyudahi pandemi jika diri sendiri masih abai dalam menerapkan protokol kesehatan dan upaya pencegahan penularan virus Covid-19. Kesadaran diri untuk tetap rajin mencuci tangan, menjaga jarak, serta menggunakan masker harus tetap dijalankan. Mari lawan pandemi dengan terus menerapkan gaya hidup sehat di keseharian kita.

Data oleh Baiq Ajeng Indira R
Tulisan oleh Baiq Melly Ciptayuni
Gambar oleh Muhammad Iqbal Baihaqi