Mengerangnya di bawah naungan
terpal-terpal pengungsian.
Lampu jalan,
bangunan, dan bangunan,
terban.
Diarak banjir bandang.
Merapalnya doa
di antara lumpur bergenangan
“semoga ibu lekas ditemukan”
diulang, diulangi
hingga berkedut bibir
mengering air mata.
Bergemeretuk giginya
mengudara doa-doanya.
Di ujung matanya
samar sayup dilihatnya,
digotong ramai ibunya
yang tak lagi bersama nyawanya.
Ibu direguk banjir;
bandang hatinya getir.
—Klaten, 20 Februari 2021
Ditulis oleh Eva Rosita