Pada tanggal 25–30 Mei 2021, Keluarga Mahasiswa Teknik Arsitektur (KMTA) Fakultas Teknik (FT) UGM menyelenggarakan Wiswakharman Expo (WEX) 2021 secara daring bertemakan “Rasa Menuai Rupa”. WEX merupakan pameran arsitektur dan seni yang diadakan dengan tujuan mengajarkan masyarakat tentang isu-isu arsitektural. Tidak hanya pameran yang memukau, acara ini juga dimeriahkan dengan adanya beberapa acara menarik lainnya, seperti Sayembara Arsitektur, Symposium Arsitektur, dan WEX Photography Competition.
Pameran tentu menjadi sorotan utama dalam WEX. Pameran WEX menampilkan presentasi dan hasil studi mahasiswa tahun ketiga Program Studi S1 Arsitektur yang melakukan Kuliah Kerja Arsitektur (KKA), koleksi individu mahasiswa, karya dosen Arsitektur UGM, ataupun partisipan lainnya.
Kegiatan WEX dimulai pertama kali pada tahun 2012. Pameran kali ini memiliki segmentasi alur dengan ciri khas istimewa berdasarkan beberapa ekspresi dasar manusia, yaitu senang (joyful), damai (peaceful), dan sedih (sadness).
Sayembara Arsitektural tahun 2021 ini bertajuk “Reka, Rupa, Rasa” serta mengusung tema “Kembali Susuri Arti”. Sayembara WEX ini bertujuan untuk menghidupkan kembali makna dari sebuah karya arsitektural melalui proses pengolahan rupa desain arsitektur.
Sayembara Arsitektural kali ini dinilai oleh juri Wiendu Nuryanti selaku Dosen Program Studi Arsitektur UGM, Ahmad Saifudin Mutaqi selaku dosen Universitas Islam Indonesia, dan Effan Adhiwira selaku pendiri Eff Studio. Lomba karya arsitektural ini dimenangkan oleh kelompok peserta WEX21_010 yang dipresentasikan oleh Siraj Mumtaz dengan karya G30SPKI Memorial Park.
Ahmad menilai karya ini penuh dengan makna dan representasi dari tokoh Sukitman. Konsep narasi desainnya sangat baik dalam menggambarkan Sukitman sebagai salah satu saksi mata penculikan serta pembunuhan tujuh pahlawan revolusi dalam peristiwa G30SPKI. Effan juga memberikan penilaian yang positif terhadap penggunaan tokoh Sukitman dalam karya arsitektural ini.
Selain Sayembara Arsitektural, terdapat juga WEX Photo Competition dalam WEX 2021. Acara ini dapat diikuti oleh seluruh kalangan tanpa dipungut biaya. Tema yang dipilih untuk tahun ini adalah Ekspresi. Melalui tema tersebut diharapkan seluruh kalangan masyarakat dapat menunjukkan kebebasan berekspresi dan cakupannya tidak hanya terbatas dalam ranah arsitektur. Lomba fotografi WEX kali ini akhirnya dimenangkan oleh pemilik akun Instagram @kqrinar, @kawamiu, @rifqitsania, @claedthr, dan @rianovitaw.
Symposium Wiswakharman Expo 2021 dilaksanakan pada hari Sabtu (29/5) dengan mengangkat tema “One Mind, Two Stories”. Dengan memberikan dua sudut pandang dalam kebebasan berekspresi pada karya arsitektural, webinar ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat agar dapat memperdalam pemahaman tentang isu yang diangkat pada WEX.
Narasumber dalam webinar ini adalah Budi Lim selaku Founder dari PT Budi Lim Arsitek dan Yu Sing selaku Founder dari Studio Akanoma. Sesi pemaparan narasumber dimoderatori oleh Nur Zahrotunnissa Zagi selaku dosen Program Studi Arsitektur UGM.
Webinar dibuka oleh MC lalu dilanjutkan dengan sambutan dari Muhammad Adyaksa selaku ketua Wiswakharman Expo 2021 dan Harry Kurniawan selaku ketua program studi Teknik Arsitektur UGM. Setelah sesi sambutan, acara dilanjutkan dengan sesi pemaparan materi oleh Budi Lim.
Materi oleh Budi diawali dengan penyampaian arti dari menjadi seorang arsitek yang profesional. Budi menegaskan bahwa kerja sama tim seharusnya tidak hanya dilakukan oleh pihak internal saja, tetapi juga dengan pihak luar seperti kontraktor dan konsultan yang ikut terlibat dalam pembangunan sebuah proyek. Setelah itu, Budi menceritakan beberapa pengalaman, permasalahan, serta solusi yang telah dilakukannya.
Selanjutnya, pemaparan materi juga diisi oleh Yu Sing. Dalam sesi materi kali ini, Yu Sing menyampaikan materi berjudul “Eksplorasi Desain dalam Batasan”. Rumah Rempoa merupakan salah satu karya yang dimasukkan dalam buku karya Yu Sing, yaitu Mimpi Rumah Murah.
Yu Sing juga memaparkan materi terkait pembangunan gedung Leadership Training Center yang harus menggambarkan sebuah kepemimpinan. Yu Sing menggali ciri khas ke-Indonesiaan dan mengambil konsep-konsep kepulauan. Gedung tersebut terdiri dari lima “pulau” atau bangunan utama hingga mengangkat tokoh wayang Semar (Sang Hyang Ismaya) sebagai wujud tampak atas dari keseluruhan gedung.
Sesi pemaparan materi berjalan kurang lebih selama dua jam. Sesi tersebut membahas mulai dari batas studi permasalahan (why, how, and who), tantangan, solusi dalam pembangunan infrastruktur yang ramah lingkungan, hingga siasat dalam menghadapi stigma masyarakat terkait kelayakan bangunan dari bahan bekas. Acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dan foto bersama peserta simposium kemudian ditutup oleh MC sekitar pukul 11.50 WIB.
Dalam sebuah rancangan, perancang dituntut agar bisa merefleksikan sebuah identitas yang bisa diwadahi oleh seorang arsitek sehingga rancangan yang telah ditangani dapat memiliki nilai tambah. Batasan bukanlah hal buruk bagi seorang arsitek, tetapi justru menjadi kekuatan dan bisa diselesaikan dengan solusi yang kreatif.
Data, gambar, dan tulisan oleh Fahmi Muhammad Gibran