Kabar buruk bermunculan di media massa ketika pandemi Covid-19 mulai melanda dunia. Namun, di antara banyaknya kabar buruk tersebut, ada kabar baik yang memberikan kelegaan bagi umat manusia. Para peneliti di NASA melaporkan bahwa kondisi lapisan ozon di Benua Antartika pada awal Maret 2020 membaik jika dibandingkan dengan kondisi setahun sebelumnya. Kondisi ini terjadi akibat berkurangnya aktivitas industri secara global selama masa pandemi.
Lapisan ozon merupakan bagian dari atmosfer bumi dengan kandungan konsentrasi gas ozon yang relatif tinggi. Setiap molekul ozon terdiri dari tiga atom oksigen sehingga memiliki rumus kimia O3. Lapisan ozon berfungsi menyerap sebagian besar radiasi ultraviolet dari matahari yang sampai di bumi. Jika kondisi lapisan ozon di bumi sangat buruk, jumlah radiasi ultraviolet yang mencapai bumi akan sangat tinggi. Tumbuhan tidak dapat hidup dalam radiasi ultraviolet yang tinggi, begitu pula plankton yang berfungsi sebagai makanan bagi sebagian besar makhluk hidup di laut. Manusia juga akan lebih rentan terhadap kanker kulit, katarak, dan gangguan sistem imunitas tubuh.
Zat perusak ozon yang cukup dikenal karena jumlahnya yang besar adalah bahan kimia sintetis chlorofluorocarbons (CFC). Meskipun CFC adalah zat tidak beracun dan memiliki beragam kegunaan, bahan kimia ini dapat dipecah oleh paparan radiasi ultraviolet dan melepaskan atom klorin. Atom klorin bereaksi dengan ozon, yang menyebabkan molekul ozon hancur membentuk oksigen dan klorin monoksida. Selain CFC, beberapa zat yang dapat merusak ozo antara lain karbon tetraklorida yang digunakan dalam dry cleaning dan metil bromida yang digunakan sebagai insektisida.
Antarktika adalah daerah yang terkena dampak paling buruk jika dibandingkan dengan bagian bumi lainnya karena suhu dinginnya yang bertahan lama lebih memungkinkan terjadinya proses penipisan lapisan ozon. Para ilmuwan sering menyebut wilayah atmosfer dengan kandungan ozon yang lebih sedikit daripada tempat lain sebagai lubang ozon. Lubang ozon dengan kondisi terburuk bahkan mengandung enam puluh persen lebih sedikit ozon dari biasanya. Kehilangan ozon di tempat lain juga meningkat secara perlahan, meskipun tidak terjadi pada tingkat yang sama seperti di kutub.
Menghadapi permasalahan tersebut, sebuah perjanjian internasional dengan nama Protokol Montreal ditandatangani pada 16 September 1987. Perjanjian ini adalah perjanjian internasional yang direncanakan untuk melindungi lapisan ozon dengan mengurangi produksi zat-zat perusak lapisan ozon. Dalam perjanjian tersebut, disepakati bahwa semua produksi CFC di seluruh dunia akan dihentikan pada tahun 2010 dan pada tahun 2011, sekitar seratus zat perusak ozon telah dihapus produksinya secara bertahap. Dengan disepakatinya perjanjian tersebut, tanggal 16 September setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Ozon Sedunia.
Pemantauan laju hilangnya ozon terus dilakukan hingga saat ini dan konsentrasi CFC di atmosfer perlahan-lahan menurun. Namun, karena zat perusak ozon tidak dapat hilang begitu saja, zat-zat tersebut akan tetap bereaksi dalam waktu yang lama setelah produksi dihentikan. Diperkirakan, akan memakan waktu puluhan tahun untuk memulihkan secara total kondisi lapisan ozon. Meskipun begitu, para ilmuwan berharap lubang ozon terbesar akan pulih pada sekitar tahun 2040.
Peran kita saat ini dapat dimulai dengan cara-cara sederhana, seperti mengurangi penggunaan pupuk dan pestisida kimia dalam merawat tumbuhan dan mengurangi penggunaan kendaraan bermotor. Apabila tiap individu memiliki kesadaran dan berperan aktif dalam meningkatkan kondisi lingkungan, bukan tidak mungkin pulihnya lapisan ozon dunia akan terjadi lebih cepat.
Selamat Hari Ozon Internasional!
Tulisan oleh Nathanael Bimo
Ilustrasi oleh Ammar Fadhil