Sabtu (30/10), Panitia Kerja-Pembangunan Fasilitas Kemahasiswaan (Panja-PFK) yang beranggotakan empat lembaga, yakni Forum Komunikasi Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (FORKOM UKM UGM), Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) UGM, Forum Advokasi (FORMAD) UGM, dan Majelis Wali Amanat (MWA) UGM bersama dengan Aliansi Mahasiswa UGM menggelar aksi nyata pengawalan pembangunan Gelanggang UGM. Aksi ini berisikan serangkaian kegiatan, mulai dari aksi mural hingga penanaman tanaman di lahan bekas Gelanggang Mahasiswa UGM.
Pelaksanaan Festival Kebun Raya Gelanggang timbul akibat keresahan yang dirasakan oleh UKM dan beberapa entitas di luar UKM. Diawali pada tahun 2020 ketika Gelanggang Mahasiswa UGM dirubuhkan, mahasiswa yang bergabung dalam Majelis Wali Amanat memberikan dokumen usulan mengenai pembangunan gelanggang. Namun, hingga kini isu pembangunan yang sudah mencuat sejak setahun silam masih juga belum menuaikan hasil.
Bak manisnya janji yang tak ditunjukkan lewat perbuatan nyata, seperti itulah kondisi pembangunan gelanggang yang tak kunjung dibangun meski sudah dijanjikan sejak lama. Hingga kini, desain dari gelanggang baru masih tak kunjung selesai. Bahkan, perkembangan pembangunan gelanggang baru pun dinilai tidak transparan. Hal tersebut terlihat dari tenggat waktu pembangunan yang tak jelas dan terus diundur. Melihat hal tersebut, mahasiswa yang tergabung dalam UKM lantas menyayangkan tindakan kampus yang dinilai tidak membersamai kebutuhan mahasiswa dan juga kegiatan kemahasiswaan.
Deretan mural yang terpampang di sepanjang Jalan Terban pun menjadi suara ungkapan dari para mahasiswa. Pembuatan mural ini dilakukan oleh mahasiswa yang bergabung dalam Unit Seni Rupa UGM dan juga mahasiswa-mahasiswa UGM non-UKM yang terpanggil untuk ikut bersuara. Karya mural pada seng-seng pembatas lahan mangkrak gelanggang mahasiswa ini pun telah menjadi wajah baru di sepanjang Jalan Terban-Bundaran UGM setelah sebelumnya digunakan sebagai sasaran aksi vandalisme oleh oknum tak bertanggung jawab.
Kini seng-seng tersebut telah dihiasi dengan gambar-gambar kreatif sarat makna. Gambar tulisan gelanggang, kalender, dan jam dinding yang rusak menandakan tindakan kampus yang terus menunda-nunda waktu pembangunan gelanggang. Gambar uang disertai tanda tanya menjadi ungkapan yang meminta kampus untuk lebih terbuka dan transparan mengenai dana pembangunan gelanggang baru.
Selain itu, beragam aspirasi yang tertuang melalui tulisan juga turut mewarnai seng-seng di lahan bekas gelanggang mahasiswa UGM. Mulai dari “Hilih iming tik”, hingga kumpulan tagar penanda keresahan seperti #PemberiHarapanPembangunan dan #UniversitasGemarMangkrak.
Pemilihan judul Festival Kebun Raya Gelanggang ini sendiri pun bukan dibuat tanpa arti. Judul ini menarasikan aksi kreatif yang diwujudkan dalam pengalihfungsian lahan bekas gelanggang untuk kemudian disulap menjadi sebuah kebun produktif. Rerumputan pada hutan gelanggang mahasiswa dibabat dan kemudian diisi dengan tanaman-tanaman yang nantinya akan dipanen untuk asas kebermanfaatan.
Ragam kegiatan di Festival Kebun Raya Gelanggang menjadikan aksi ini sebagai sebuah aksi ikonik nan kritis yang berbeda dengan aksi-aksi lainnya. Penanaman yang dilakukan di “kebun” gelanggang ini sendiri telah dimulai dari beberapa waktu yang lalu. Hal itu terlihat dari kondisi tanaman di atas tanah “kebun” yang sudah cukup tinggi.
Lebih lanjut, rangkaian aksi lanjutan lainnya apabila kampus masih terus bergeming pun telah dipersiapkan. Mulai dari propaganda-propaganda yang telah dipersiapkan oleh Panja-PFK hingga penyerahan hasil panen tanaman sawi, kangkung, dan timun dari proses penanaman ini saat acara Dies Natalis Kampus nantinya.
Sebagai informasi tambahan, aksi pemakaian “kebun” gelanggang ini telah melalui izin dan pemberitahuan kepada pihak Pusat Keamanan, Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lingkungan (PK4L) UGM. Oleh sebab itu, daripada dibiarkan terlantar tanpa adanya kegiatan pembangunan apapun yang berguna, akan lebih baik jika lahan mangkrak ini menjadi media untuk melakukan kegiatan bertanam yang berpotensi menghasilkan hasil panen.
Dengan adanya aksi seperti itu, Panja-PFK dan mahasiswa yang bergabung dalam UKM UGM berharap pihak kampus mau mendengar, mau bergerak, dan mau membersamai kepentingan dan keinginan mahasiswa serta memberikan “rumah” bagi mahasiswa untuk dapat beraktivitas sebagaimana seharusnya.
Ke Umbulharjo beli sepatu, eh ketemunya baliho
Udah tahun 2021, masih belum dibangun lho!
Tulisan oleh Giovanni Serena Siahaan
Data oleh Crysanda Faza Kinanti dan Muhammad Ammar Fadhil Adfa
Gambar oleh Davina Fairuz Zain