Pada Sabtu (27/8), berlangsung acara Pelepasan Tukik di Pantai Pelangi yang diinisiasi oleh Organisasi Konservasi Lingkungan 4K Yogyakarta atau Aksi Konservasi Yogyakarta. Bapak Kamri Hadi sebagai Perwakilan Pengelola Wisata Pantai Pelangi sekaligus Dukuh Grogol IX juga turut hadir dalam acara tersebut. Daru selaku Ketua 4K Yogyakarta menyampaikan bahwa acara ini diselenggarakan sebagai bentuk apresiasi kepada relawan yang telah mengorbankan waktu dan tenaganya untuk membantu melakukan patroli susur pantai dalam rangka konservasi penyu. Selain itu, acara ini juga bertujuan untuk menumbuhkan rasa peduli terhadap pentingnya konservasi penyu yang populasinya kini terancam punah.
Langkah Melindungi Kelestarian Hidup Penyu
Penyu, satwa liar yang sering kali bermigrasi dengan jarak ribuan kilometer di sekitar kawasan Samudera Pasifik, Samudera Hindia, dan Asia Tenggara. Di seluruh dunia, terdapat 7 jenis penyu dan 6 di antaranya ada di Indonesia, yaitu penyu tempayan, penyu sisik, penyu ridel, penyu belimbing, penyu hijau, dan penyu lekang. Sementara di Yogyakarta sendiri, terdapat empat jenis penyu yang sering mendarat di Pantai Selatan Yogyakarta. Empat jenis penyu tersebut ialah penyu sisik, penyu lekang, penyu hijau, dan penyu belimbing.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, semua jenis penyu di Indonesia termasuk satwa yang dilindungi. Oleh karena itu, kegiatan konservasi penyu sangat diperlukan untuk mencegah punahnya penyu akibat manusia ataupun predator alaminya. Daru mengatakan bahwa konservasi penyu dilakukan dengan memberikan perlindungan mulai dari sarang, telur, hingga penyu dewasa.
Langkah kecil pertama ialah mencari lokasi pendaratan penyu laut. Setelahnya, perlu untuk memindahkan telur penyu yang berada di bibir pantai ke tempat penangkaran penyu. Hal ini dilakukan untuk menghindarkan telur penyu dari predator dan perburuan manusia serta untuk menjaga telur dari ancaman abrasi ataupun ombak di daerah pantai. Selanjutnya, perlu adanya tempat penetasan telur atau sarang semi-alami agar risiko kegagalan menetas dan telur penyu dapat menetas secara sempurna. Setelah menetas, tukik dipindahkan ke kolam pembesaran tukik. Selama di kolam pembesaran, tukik dirawat dan dipelihara sebelum dilepasliarkan kembali ke lautan bebas.
Ikhtiar dalam Menjaga Penyu dan Lingkungan di Pantai Selatan
Acara yang berada di Pantai Pelangi ini berlangsung selama kurang lebih tiga jam. Rangkaian acara dimulai dengan sambutan oleh Perwakilan Konservasi Penyu Pantai Pelangi. Selanjutnya, terdapat games yang diikuti oleh seluruh peserta acara. Games ini dikemas sebagai sarana perkenalan dan juga bonding antarpeserta ataupun dengan panitia. Acara ketiga ialah pembuatan ecobrick.
Pembuatan ecobrick dilakukan untuk mengelola sampah laut yang cukup banyak. Bank sampah saat ini sudah mulai mengurangi penerimaan jenis sampah plastik. Maka dari itu, perlu adanya pengelolaan sampah plastik lebih lanjut. Rencana jangka panjangnya, hasil pembuatan ecobrick nantinya dapat digunakan untuk membangun tulisan Pantai Pelangi di pintu masuk.
Sebagai acara puncak sekaligus penutup, terdapat kegiatan pelepasan tukik ke habitat aslinya. Pelepasan tukik dilakukan oleh semua peserta dan juga panitia. Tukik yang dilepas berjumlah kurang lebih 84 ekor.
Sebelum acara pelepasan, dilakukan edukasi bagaimana cara melepas tukik ke habitatnya yang tepat. Beberapa poin penting dalam melepas tukik ialah sebaiknya melepasnya tidak langsung menggunakan tangan, tetapi harus dilakukan dengan batok kelapa. Hal ini dilakukan agar tukik tidak tertarik dengan bau tangan dan bisa beradaptasi dengan bau laut. Sebenarnya, dalam melepas tukik boleh menggunakan tangan asal tidak pada bagian telapak tangan serta arah melepasnya tidak menghadap langsung ke laut agar melakukan pembiasaan dan penyesuaian diri di ekosistem laut. Bila menggunakan batok, arah melepas tukik bisa langsung menghadap ke laut.
“Dengan adanya acara ini, diharapkan nantinya dapat melahirkan semangat baru dalam dunia konservasi penyu tidak hanya di Pantai Selatan, tetapi juga di daerah lain,” tutur Daru. Selain itu, juga dapat membuka pandangan baru bahwa kawula muda harus dapat meng-influence masyarakat terkait pentingnya konservasi penyu untuk keseimbangan ekosistem laut ke depannya.”
Daru, Ketua 4k Yogyakarta
Tulisan oleh Alkansa Jesiro Syam
Dokumentasi oleh Reiner Arya M.P.A
Tim Liputan Clapeyron (Alkansa Jesiro, Reiner Arya, Nada Gitalia, Choirunnisa Qurratu, Muhammad Haekal, Liveta Nissi)