Beranda Berita Pasar Kangen: Wujud Modernisasi Kebudayaan Klasik

Pasar Kangen: Wujud Modernisasi Kebudayaan Klasik

oleh Redaksi

Kerumunan Pasar Kangen Jogja (PKJ) 2022 yang bertempat di Taman Budaya Yogyakarta resmi berakhir pada Sabtu (27/8). Pasar Kangen telah diadakan selama 10 hari, terhitung sejak tanggal 18 Agustus 2022. Pengunjung dapat mendatangi Pasar Kangen mulai pukul 13:00 WIB –21:00 WIB. Hari libur menjadi pengecualian karena jam operasional menjadi lebih awal, yaitu pada pukul 10:00 WIB.

Acara tahunan ini telah digagas semenjak tahun 2007 hingga saat ini, tetapi sempat mengalami vakum selama dua tahun pada masa pandemi lalu—mau tak mau harus dilaksanakan secara daring baik kegiatan jual beli maupun Gelar Seni Tradisi.

Antusiasme masyarakat dan kaum milenial dalam menyambut Pasar Kangen terbilang cukup tinggi. Dalam satu hari, jumlah pengunjung yang hadir berkisar antara 3000–5000 orang. Puncak kerumunan terjadi pada malam hari, dengan kehadiran pengisi acara yang cukup digandrungi khalayak muda. Meskipun dilaksanakan pascapandemi, Pasar Kangen dilandasi oleh Instruksi Gubernur yang menjelaskan bahwa Taman Budaya Yogyakarta dapat menampung 100% kapasitasnya.

“Kapasitas yang ada di Taman Budaya semisal 8.000 orang dapat dipenuhi, didasari Instruksi Gubernur yang telah ditandatangani oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta dan itu sudah jadi pegangan kita,”

Wahyu Prasetya, Staf Taman Budaya Yogyakarta

Tahun 2022, Pasar Kangen mengangkat tema Kumandhange Pasar Ora Cucul Ora Ngebul. Tema ini diangkat berdasarkan kondisi pandemi yang mengakibatkan banyak sektor kehidupan terpaksa berhenti bagaikan Pasar Ilang Kumandhange. Eksistensi Pasar Kangen akan membawa para pengunjungnya untuk bernostalgia ke era tempo dulu.

Acara ini dicetuskan oleh sosok seniman perupa, pertunjukan, dan aktivis kebudayaan Yogyakarta yang kemudian difasilitasi oleh Taman Budaya Yogyakarta bertepatan setelah fenomena Gempa Bumi Yogyakarta 2006. PKJ 2022 menjadi suatu sarana kreativitas dan produktivitas masyarakat dalam mengelola pangan menggunakan bahan pangan dan tentunya nilai-nilai lokal.

Apabila dihitung, terdapat kurang lebih 1.300 peserta pendaftar Pasar Kangen Jogja 2022, tetapi yang terseleksi hanya sebanyak 277 stan untuk para pelaku UMKM. Ada 177 stan di antaranya menjual kuliner, makanan, dan minuman, 107 lainnya menjual berbagai macam kerajinan dan barang antik. Penyelenggaraan PKJ 2022 dibiayai penuh oleh Pemerintah DIY. Orisinalitas produk menjadi kriteria utama dalam seleksi Pasar Kangen.

Pengunjung dimanjakan dengan berbagai macam kuliner jadul, di antaranya cenil, es goyang, bir pletok, dan makanan jadul lainnya. Di samping itu, terdapat pula berbagai koleksi barang antik, uang rupiah lama, perangko, gramofon, dan radio yang menambah nuansa tempo dulu dalam PKJ 2022.

Tak hanya kuliner dan barang antik, terdapat pula agenda Gelar Seni Tradisi yang diisi oleh berbagai macam penampilan seni. Acara ini juga disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube Taman Budaya Yogyakarta. Penampilan seni yang disajikan selain musik dan tari di antaranya adalah Nini Thowong, Trengganon, Kubro Siswo, dan Jathilan. Berbagai bintang tamu yang menarik juga diikutsertakan dalam Gelar Seni Tradisi, salah satunya adalah Jogja Hip-Hop Foundation yang menjadi pengisi acara pada penutupan Pasar Kangen.

“Kami tempatkan kesenian-kesenian yang unggulan. Seperti keroncong yang kita hadirkan dalam versi anak muda, bukan yang lawas. Jadi memang disajikan kesenian klasik tetapi kita modernisasi dan pasti punya magnet tersendiri,”

Wahyu Prasetya

PKJ 2022 juga menghadirkan serangkaian kegiatan workshop dengan tajuk Pasar Kangen Berbagi Ilmu. Kegiatan dibuka untuk umum tanpa dipungut biaya. Terdapat berbagai macam aktivitas yang dapat diikuti, di antaranya yaitu bikin gerabah, masak bothok, nggoreng gedhang, ecoprint, rambut nenek, gawe jamu, ajar basa jawa, dan masih banyak lagi.

Di sela-sela perkembangan zaman yang amat cepat dan pesat, kebudayaan tradisional mulai luntur dan digantikan dengan budaya-budaya luar yang masuk. Pasar Kangen menjadi salah satu sarana bagi berbagai lapisan masyarakat untuk mempertahankan kebudayaan orisinal bangsa Indonesia.

Tulisan oleh Aizna Syachkalita
Dokumentasi oleh Aizna Syachkalita dan Firdanarestri Mahya Prabaningrum
Tim Liputan Clapeyron (Aizna Syachkalita dan Firdanarestri Mahya)

Artikel Terkait