Besakih dan Pesonanya

Bali, Maret 2022
Perjalanan pada pagi itu, ditemani petrichor dan embusan angin Bali, kami beranjak menuju suatu tempat suci penuh ketenangan. Tempat hamba meminta kepada Tuhannya. Pesonanya terhiraukan, laksana buih embun pagi. Dirinya menyapa kami yang datang dari jauh ini.

Satu setengah jam perjalanan dari Nusa Dua, tempat kami bermalam. Ditemani pesona alam Bali yang tidak perlu dimungkiri lagi, kami beranjak menuju lokasi. Pagi itu tidak lagi dingin, sebab kobaran semangat para pencari nafkah di sepanjang jalan tertular kepada kami.

Mendekati kawasan Besakih, jalanan menjadi cukup curam dan berkelok, khas daerah pegunungan. Panorama Bukit Jambul memberi daya tarik tersendiri selama di perjalanan.

Besakih menyimpan segala ceritanya. Wujudnya damai, seakan memperlihatkan jiwa Agung Sang Pencipta. Aromanya khas, menguar dari bakaran dupa umat yang sedang meringkuk, mengharap kasih Sang Hyang Widhi. Tanpa kebisingan, hanya suara langkah kaki mereka yang berjalan dari satu pura ke pura lainnya.

Begitu harmonis terasa hingga kepada kami. Begitu lebar mereka membuka pintu, bahkan menyambut dengan senyuman hangatnya. Kepercayaan kami mungkin tidak sama dengan mereka, tetapi di sinilah indahnya toleransi.

Panorama gunung tertinggi di Bali menjadi hal pertama yang menyambut kami. Dari kejauhan, Gunung Agung nampak menyapa dengan keagungan laksana namanya. Keberadaan Pura Besakih pada kawasan Gunung Agung memfilosofikan ketenangan dan kedamaian.

Tentu rugi rasanya jika berkunjung ke Besakih, tetapi tidak berkeliling di dalamnya. Pakaian sopan adalah suatu keharusan jika ingin berkeliling mengamati keindahan pura. Saat masuk ke dalam pura, terdapat batasan area yang boleh dikunjungi wisatawan, untuk menjaga ketenangan peribadatan.

Makna Keberadaan Pura Besakih
Pura Besakih menjadi lambang pemersatu umat Hindu, tidak hanya di Bali, tetapi juga di seluruh Indonesia. Setiap ada acara keagamaan, pura ini akan dipenuhi oleh umat Hindu yang hendak beribadat, menyucikan diri di tempat yang penuh keagungan.

Pura ini sebagai simbol keseimbangan berdasarkan konsep Tri Hita Karana yang merupakan gabungan spiritual, kearifan lokal, sekaligus falsafah hidup masyarakat Hindu Bali. Penataan bangunan disesuaikan dengan arah mata angin agar struktur bangunannya dapat mewakili alam. Pada arah timur, terdapat Pura Gelap yang merupakan tempat untuk memuja Dewa Iswara. Bergeser ke arah selatan, terdapat Pura Kiduling Kereteg yang merupakan tempat pemujaan Dewa Brahma. Keberadaan Pura Ulun Kulkul pada arah barat merupakan tempat pemujaan Dewa Mahadewa, sedangkan di sebelah utara terdapat Pura Batumadeg. Pura terbesar pada kompleks Pura Besakih adalah Pura Penataran Agung Besakih sebagai tempat pemujaan untuk Dewa Siwa.

Hiruk-Pikuk Pembangunan Infrastruktur Kawasan Suci Besakih
Setelah puas berkeliling di dalam pura, hal lain yang menjadi perhatian kami adalah perbaikan dan pembangunan yang sedang digarap. Pemandangan keluar masuknya alat berat seakan-akan menyapa kami.

Tahun 2021–2022 ini, Besakih mendapat perhatian lantaran pembangunan pada lokasi tersebut. PT Waskita Karya (Persero) Tbk. diberikan kesempatan untuk melakukan pembangunan infrastruktur pelindung kawasan suci Besakih. Jadi bukan puranya yang dibangun, melainkan infrastruktur di sekitarnya yang ditambah sehingga pembangunan ini sama sekali tidak mengganggu peribadatan yang berlangsung.

Kalaupun harus ada peribadatan atau upacara besar yang dilakukan, dari sisi proyeklah yang akan mengalah. Proses pembangunan ditiadakan agar upacara dapat berlangsung lebih tenang.

Besakih sebagai pusat peribadatan—tidak pernah sepi oleh umat sehingga tidak jarang masalah fasilitas menjadi utama. Oleh karena itu, penertiban perlu dilakukan demi tertatanya kawasan tersebut.

Kami mengunjungi kantor Waskita Karya di Besakih dan bertemu dengan narasumber yang bersedia membawa kami untuk melihat pembangunan yang sedang berlangsung. Dengan melalui serangkaian screening dan tentunya menggunakan APD lengkap, kami dibawa menyusuri hiruk-pikuk lokasi konstruksi.

Daerah pembangunannya relatif luas. Pembangunan dilakukan untuk membuat akses jalan dan sirkulasi pergerakan lebih efisien di sekitar kawasan. Pembangunannya mengutamakan kearifan lokal dengan sentuhan ciri khas arsitektur Bali yang menawan. Targetnya, pembangunan ini akan selesai pada akhir tahun 2022.

Selain pembangunan, penataan ulang kawasan menjadi salah satu proyek yang dikerjakan. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kenyamanan pengunjung dalam beribadah ataupun berwisata.

Dua area di sekitar Besakih yang menjadi target penataan adalah area Manik Mas dan area Bencingah. Akan dilakukan penataan gedung parkir 5 lantai, 20 kios besar, 36 kios kecil, Bale Pesandekan, Pura Melanting, Anjung Pandang, toilet, serta jalan akses pada area Manik Mas. Sementara pada area Bencingah, akan dilakukan pembangunan 194 kios besar, 140 kios kecil, Bale Pesandekan, Bale Gong, pelataran, area bermain anak, toilet, serta area parkir.

Salah satu hal yang menarik adalah pembuatan ruang audio visual. Pengunjung nantinya akan diputarkan video historis Bali sebelum memasuki kawasan pura.

Berjalan di lokasi proyek membuat kami bertanya-tanya, apakah terdapat kendala dalam proses pembangunan yang berlangsung. Tentu seperti pembangunan pada umumnya, masalah cuaca menjadi variabel utama.

Kondisi Besakih dengan curah hujan tinggi sedikit menyulitkan pekerja. Jika hujan turun, pekerjaan terpaksa ditiadakan. Oleh karena itu, pekerjaan akan optimal dikerjakan pada saat cuaca mendukung.

Selain itu, lokasi pembangunan yang dilakukan di tengah permukiman juga menjadi salah satu tantangan. Oleh karena itu, sosialisasi dengan warga sekitar dan juga pemangku adat telah dilakukan sebelumnya. Kesan baik diberikan sehingga masyarakat pun sangat kooperatif.

Pesonanya Membekas di Ingatan
Dari kamera kami menangkap potret indah pura agung nan megah. Parasnya rupawan, sejuknya terasa dengan nuansa embun sisa semalam. Memorinya terkenang dari potret dan juga ingatan.

Tidak ada yang lebih berharga dari kesempatan yang diberikan untuk berkeliling mengamati Besakih dan segala pesonanya. Keindahannya, budayanya, spiritualnya, hingga pembangunannya, semua memberi sensasi dan pengalaman mengesankan.

Tulisan oleh Baiq Melly Ciptayuni Asmarani
Data oleh Nadya Khailifa
Dokumentasi oleh Crysanda Faza Kinanti
Tim Liputan Clapeyron (Baiq, Nadya, Kinan)