Bus Listrik Bandung, Langkah Awal Kurangi Emisi dan Kemacetan

Dewasa ini, pemerintah sedang gencar-gencaran meningkatkan moda transportasi publik yang mulanya berenergi batu bara menjadi energi listrik, khususnya pada kendaraan bus. Setelah Surabaya, kini giliran pemerintah Provinsi Jawa Barat meluncurkan bus listrik sebagai langkah awal mereduksi emisi yang merugikan lingkungan.

Kemacetan masih menjadi masalah bagi banyak provinsi, termasuk Jawa Barat. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyebutkan 84% penduduk Bandung masih menggunakan kendaraan pribadi. Penggunaan kendaraan pribadi menjadi penyebab kemacetan yang tak terhindarkan. Salah satu solusi permasalahan ini adalah dengan menyediakan transportasi umum yang efisien.

Di sisi lain, polusi udara juga menjadi permasalahan Provinsi Jawa Barat sejak lama. Data yang dihimpun dari Global Forest Watch menunjukkan bahwa sejak 2001 hingga tahun 2020, sebanyak 1,20 kiloton emisi dilepaskan ke udara setiap tahunnya. Keadaan ini diperparah karena Kota Bandung kehilangan pembersih udara alami (baca: pohon) dalam jumlah besar. Diketahui dalam kurun waktu serupa, seluas 44 hektare kawasan tutupan pohon lenyap dari Kota Bandung. 

Penyediaan transportasi umum menjadi jawaban atas permasalahan yang ada. Dengan bantuan dana dari Bank Dunia atau World Bank, dana sebesar USD 264 juta (sekitar Rp4,1 triliun) diberikan untuk pembangunan Bus Rapid Transit (BRT) Bandung (dan BRT Medan). BRT memungkinkan terciptanya suatu sistem bus yang cepat, nyaman, terlindung, serta akurat waktu dilihat dari infrastruktur, kendaraan, dan jadwal. BRT Bandung menggunakan lajur right-of-way atau jalur khusus bus sehingga penumpang tidak akan terjebak macet. BRT Bandung mulanya dioperasikan menggunakan bus lama berbahan bakar batu bara. Namun, sejak 24 Desember 2022 bus lama resmi diganti oleh bus listrik.

BRT Bandung ini menggunakan bus listrik yang pernah digunakan pada KTT G20 2022 Bali. Pemerintah pusat menghibahkah bus listrik ini pada beberapa daerah di Indonesia, termasuk Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Bus listrik ini kemudian digunakan sebagai bus transportasi umum menggantikan bus diesel sebelumnya. Bus listrik berkapasitas 19 hingga 25 penumpang ini diproduksi PT Inka (Industri Kereta Api) Multi Solution Service. 

Dalam pengembangannya, bus listrik memiliki spesifikasi kapasitas baterai 138 kWh dan memerlukan waktu 1 hingga 3 jam untuk mengisi daya. Selain itu, bus ini dilengkapi charger dengan merek SETRUM (Sustainable Energy to Rejuvenate the Environment) dengan input voltage 380V ac dan daya output maksimum 120 kW. Pengisian daya bus listrik dilakukan di dua Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang berada di pool ‘tempat peristirahatan bus’  dan di Terminal Leuwipanjang, Kota Bandung.

Topografi Bandung Raya memiliki jalan yang menantang dan sukar dilewati oleh transportasi massal yang beroperasi. Hal itu karena topografi Bandung Raya yang kecil-kecil, berkelok-kelok, dan berbukit-bukit. Walaupun demikian, bus listrik ini telah disesuaikan dengan kondisi geografis setempat sehingga aman di berbagai kondisi jalan, seperti tanjakan, turunan, jalan raya, dan jalan tol. 

Bus listrik ramah lingkungan ini berjumlah delapan bus. Bus listrik ini menggantikan bus lama Trans Metro Pasundan Koridor 4 Leuwi Panjang – Dago (Dipati Ukur) yang melayani kawasan Kota Bandung. Selain rute tersebut, bus lainnya masih beroperasi menggunakan bus berbahan bakar diesel. Rute yang diambil, yaitu sebagai berikut:

Leuwipanjang – Dago

Terminal Leuwipanjang – Rumah Sakit Immanuel A – Taman Tegallega – Pintu Keluar Terminal Tegalega – Astana Anyar Eks RSKIA – Stasiun Bandung Pintu Selatan (St Hall) – Balai kota Bandung – BEC – Hotel 101 – Taman Radio A – Kartika Sari A – RS Santo Borromeus A – Unpad Dipatiukur.

Dago-Leuwipanjang

UNPAD Dipatiukur – RS Santo Borromeus B – Kartika Sari B – Taman Radio B – Hotel 101 B – BIP – Santa Angela – BI – Pasar Baru – Dalem Kaum – Jalan Ibu Inggit Garnasih – Pasar Tegalega – Simpang Mohammad Toha – RS Immanuel B – Terminal Leuwipanjang.

Fasilitas bus listrik ini dapat dinikmati secara gratis bagi lansia, disabilitas, dan anak sekolah. Sedangkan untuk penumpang umum hanya perlu membayar tarif Rp4.900. Tak ketinggalan, pembayaran pun sudah dapat dilakukan secara cashless melalui e-money atau QRIS. Bus listrik ini mulai beroperasi dari pukul 05.00 hingga pukul 19.30 WIB.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil berharap adanya bus listrik ini akan menarik perhatian dan minat masyarakat untuk menggunakan transportasi umum. Apalagi, mengingat bus listrik merupakan hal baru bagi masyarakat dan belum banyak digunakan sebagai bus transportasi umum. Poin plus itu membuat Kang Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil berpikir bahwa ini akan menekan angka penggunaan kendaraan pribadi dan akan berimbas pada berkurangnya kemacetan dan polusi.

Data oleh Firdanarestri Mahya Prabaningrum
Tulisan oleh Jannatul Qolbi Ash Shiddiqi
Ilustrasi oleh Alif Vivian