
Joglosemar (Jogja Solo Semarang) merupakan tiga kota besar di Indonesia yang menjadi pusat ekonomi di Jawa Bagian Tengah. Tak ayal, tiga kota tersebut memiliki daya tarik sendiri, baik dari sejarah, pariwisata, maupun kentalnya budaya di dalamnya. Selain itu, di tiga kota tersebut, tersebar banyak perguruan tinggi sehingga menjadikan tiga kota tersebut sebagai kota pelajar. Pemerintah membangun Jalan Tol Yogya–Bawen dengan harapan memaksimalkan potensi tiga kota tersebut atau biasa disebut Segitiga Emas Joglosemar dan daerah sekitarnya.
Berkenalan dengan Tol Yogya–Bawen
Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol Yogya–Bawen telah disetujui sejak 13 November 2021 antara Kementerian PUPR Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) dengan Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) PT Jasamarga Jogja Bawen. Setelah itu, pembangunan jalan tol ini dimulai dengan dilakukannya ceremonial groundbreaking atau peletakan batu pertama pada 30 Maret 2022 silam. Selain PT Jasamarga Jogja Bawen sebagai pemenang lelang pembangunan jalan tol, empat perusahaan pemegang saham lainnya adalah PT Adhi Karya, PT Pembangunan Perumahan, PT Waskita Karya, dan PT Brantas Abhipraya.
Alasan utama Jalan Tol Yogya–Bawen dibangun adalah mengurangi kemacetan dan lalu lintas yang padat di jalan arteri Yogya–Semarang. Tidak hanya itu, alasan lainnya adalah memperkenalkan dan menunjang perkembangan kawasan industri di koridor Ungaran–Bawen dan kawasan pariwisata Joglosemar ataupun sekitarnya. Beberapa kawasan pariwisata yang dimaksud adalah Candi Borobudur dan situs budaya lainnya serta daerah pegunungan yang pemandangannya memanjakan mata di sekitar Magelang, Temanggung, dan Boyolali. Apabila proyek ini sudah selesai dibangun, jarak tempuh Yogyakarta–Semarang yang sebelumnya memerlukan waktu sampai 3 jam dapat ditempuh hanya dalam 1,5 jam.
Kelak, tiga kota tersebut akan terkoneksi melalui jalan bebas hambatan. Tak hanya itu, jalan tol ini juga akan langsung terkoneksi menuju Yogyakarta International Airport (YIA). Mudah dan cepatnya akses Yogyakarta–Semarang–Solo akan menjadi keuntungan yang sangat besar mengingat potensi dari masing-masing kota tersebut. Oleh karena itu, kreativitas dan inovasi warga sangat dinanti untuk menarik simpul-simpul perekonomian dan menaikkan taraf hidup mereka.
Perkembangan Pembangunan Jalan Tol
Jalan tol ini direncanakan akan dibangun sepanjang 75,82 kilometer yang terbagi menjadi sepanjang 67,05 km terletak di Provinsi Jawa Tengah dan sepanjang 8,77 km di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kemudian, jalan tol tersebut akan didukung dengan dibangunnya empat simpang susun, yaitu Simpang Susun Banyurejo, Simpang Susun Magelang, Simpang Susun Temanggung, dan Simpang Susun Ambarawa yang rencananya akan beroperasi pada tahun 2023.

Dalam sesi talkshow mengenai Jalan Tol Yogya–Bawen dan Yogya–Solo yang diadakan di Solo, Ahmad Wahid selaku Direktur Keuangan dan SDM PT Jasa Marga Jogja Bawen menjelaskan bahwa per 15 Desember 2022, proses pembangunan proyek bernilai 14,26 triliun ini sudah mencapai 17% pada seksi 1. Pembangunan ini akan dilakukan secara bertahap dengan target pada tahun 2024 seksi 1 dan 6 sudah rampung digarap, disusul seksi 2, 3, dan 4 di tahun 2025, serta terakhir tahun 2026 untuk seksi 6 sekaligus peresmian pembukaan Tol Yogya–Bawen.
Lika-liku Pembangunan
Jalan tol yang dibangun melewati dua provinsi ini memiliki tantangan yang cukup besar dalam proses pembangunannya. Bagaimana tidak, mulai dari tuntutan untuk diselesaikan dalam waktu singkat dengan tetap menjaga kualitas. Dilanjutkan dengan harus melintasi daerah vital kental budaya dari dua provinsi yang mengakar kuat tradisinya sehingga pembangunan harus tetap memperhatikan keasrian alam dan situs budaya yang ada di sekitarnya.
Ditambah, syarat dari Sri Sultan Hamengkubuwono X yang meminta tol dibuat secara melayang (elevated) untuk menyesuaikan dan tidak mengubah tatanan Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal tersebut ditujukan untuk mengurangi dampak negatif pada kondisi sosial masyarakat akibat pembebasan lahan.
Bicara mengenai pembebasan lahan, faktor tersebutlah yang menjadi kesulitan dilakukannya pembangunan di daerah Jawa Tengah. Banyak alasan yang memengaruhi mengapa pemilik tanah sulit atau bahkan enggan untuk melepas tanah mereka, tak terkecuali adalah ketidakcocokan biaya ganti rugi tanah yang seringkali menjadi masalah dalam pembangunan proyek dan terjadi cekcok dalam pelaksanaannya.
Akan tetapi, untuk Tol Yogya–Bawen sendiri belum terdengar berita buruk yang biasa terdengar seperti ganti rugi belum cari ataupun nominal yang terlalu kecil. Malah, banyak tersurat dari berbagai sumber berita lain mengabarkan bahwa ganti rugi sudah cair. Bahkan, ada cerita unik dari seorang buruh pabrik yang menjadi seorang miliarder dari Desa Kandangan, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang.
Beralih ke permasalahan yang juga tak kalah serius, baru-baru ini, ada beberapa rumah warga di Kelurahan Tirtonadi, Sleman, yang retak-retak akibat getaran dari pengeboran dan alat berat. Warga mengaku kaca rumahnya bergetar padahal jarak dari proyek jalan tol menuju rumahnya berjarak sekitar 200 meter. Menanggapi persoalan tersebut, Humas PT Jasamarga Jogja–Bawen Danindra Ghuasmoro mengaku akan segera menindaklanjuti persoalan tersebut.
Harapannya, tidak ada kasus korupsi uang ganti rugi sehingga rakyat benar-benar menerima haknya dan uang ganti rugi tidak digunakan secara konsumtif. Akan lebih baik apabila ikan yang didapat dari ganti rugi tanah bisa disulap sedemikian rupa menjadi “alat pancing” untuk memancing ikan-ikan lainnya.
Ditambah lagi, melihat fenomena retaknya rumah warga, pembangunan proyek ini diharapkan tetap selalu memperhatikan aspek lingkungan supaya tidak merusak ekosistem sekitarnya. Selain itu, akan lebih baik apabila bisa mengganti penyuplai oksigen dari lahan yang dibebaskan dengan menanamnya kembali di daerah lain atau dengan mengusung jalan tol ramah lingkungan.
Data oleh Gregorius Richardo Juan Saleh
Tulisan oleh Taufik Rosyidi
Ilustrasi oleh Ambrosius Bowo Laksono