Sejak zaman dahulu, manusia terus mengerahkan pikiran dan tenaganya untuk mengembangkan transportasi guna mempermudah segala urusannya. Seluruh penemuan dan pengetahuan tersebut semata-mata untuk mengentaskan permasalahan jarak dan waktu yang menjadi kodrat alam semesta. Sampai pada akhirnya, di zaman yang serba modern ini, berbagai jenis moda transportasi dapat ditemui dengan mudah. Moda transportasi pun terus berevolusi hingga akhirnya dapat digunakan untuk melintasi daratan, menyebrangi lautan, hingga merambah udara.
Di sisi lain, perkembangan moda transportasi yang baik harus didukung dengan fasilitas yang memadai pula. Fasilitas transportasi merupakan suatu sarana yang dibangun guna menyokong pelaksanaan fungsi dari moda transportasi terkait. Sebagai contoh, kereta api memerlukan stasiun sebagai titik awal dan akhir perjalanan serta jalan rel sebagai media kereta tersebut melaju.
Seluruh moda transportasi pasti memiliki fasilitas komplementer yang mengikutinya. Tak terkecuali dengan moda transportasi pesawat terbang. Agar dapat berjalan sebagaimana mestinya, pesawat terbang memerlukan bandar udara. Salah satu komponen penting yang harus ada dalam suatu bandar udara adalah runway. Namun, banyak orang yang masih asing dengan seluk-beluk fasilitas yang mirip dengan jalan aspal itu.
Runway Bukan Sembarang Jalan Aspal
Secara umum, jalan yang ada di bandar udara dibedakan menjadi dua jenis, yaitu runway dan taxiway. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-7095-2005, runway (landasan pacu) adalah daerah yang diperkeras berbentuk persegi panjang di bandar udara yang disediakan untuk lepas landas (take-off) dan pendaratan (landing) pesawat udara. Sementara itu, taxiway (landasan gelinding) adalah jalur tertentu di bandar udara yang disediakan untuk pergerakan pesawat udara dari suatu tempat lainnya di darat.
Dengan kata lain, runway adalah jalan yang dibuat dengan tujuan sebagai tempat pesawat melakukan lepas landas atau mendarat. Selain itu, tujuan dari dibuatnya sebuah runway adalah untuk memisahkan lalu lintas pesawat yang lepas landas dan pesawat yang mendarat.
Membedah Anatomi Runway
Secara kasat mata, runway memang terlihat seperti jalanan aspal pada umumnya. Akan tetapi, runway dibuat dengan beberapa bagian guna memenuhi standar yang ada. Terlebih lagi, pesawat merupakan salah satu moda transportasi yang memiliki risiko tinggi sehingga memerlukan prasarana runway yang terjamin mutu dan kualitasnya.
Pada umumnya, runway memiliki delapan bagian penting. Pertama, lapisan keras struktural (structural pavement) yang berfungsi untuk mendukung berat pesawat terbang. Kedua, runway memiliki bahu landasan (shoulder), yaitu bagian perpanjangan dari arah melintang perkerasan runway yang berfungsi untuk menahan erosi akibat air dan tenaga (blast) pesawat terbang. Shoulder juga dapat dijadikan sebagai ruang penempatan alat-alat pemeliharaan dan pengawasan landasan pacu.
Ketiga, runway end safety area (RESA) adalah suatu daerah simetris yang merupakan perpanjangan dari garis tengah runway dan membatasi bagian ujung runway strip. RESA memiliki fungsi untuk mengurangi risiko kerusakan pesawat yang sedang menjauhi atau mendekati runway saat melakukan kegiatan lepas landas atau mendarat.
Keempat, clearway, yaitu suatu daerah tertentu di ujung runway tinggal landas yang terdapat di permukaan tanah ataupun permukaan air di bawah pantauan operator bandar udara. Daerah ini dipilih dan ditujukan sebagai daerah yang aman bagi pesawat saat mencapai ketinggian tertentu. Clearway juga merupakan daerah bebas terbuka yang disediakan untuk melindungi pesawat saat melakukan manuver lepas landas ataupun lepas landas.
Kelima, stopway, yaitu tempat berhenti pesawat saat terjadi pembatalan kegiatan lepas landas. Keenam, turning area sebagai tempat pesawat melakukan gerakan memutar saat di darat. Ketujuh, runway strip sebagai area tanah yang diratakan dan dibersihkan tanpa adanya benda-benda yang berpotensi mengganggu kelancaran kegiatan pesawat terbang.
Terakhir, runway memiliki bantal hembusan (blast pad) yang merupakan suatu daerah yang berfungsi mencegah erosi pada permukaan landasan akibat hembusan tenaga dari pesawat. Bagian ini terletak di ujung-ujung landasan yang diperkeras atau dapat juga ditanami tumbuhan sebagai stabilisator.
Mengenal Macam-Macam Runway
Runway dapat dibedakan menjadi dua macam klasifikasi berdasarkan ketetapan yang ada. Pertama, klasifikasi runway berdasarkan kelengkapan alat bantu navigasi penerbangan pada bandar udara. Terdapat tiga jenis runway pada klasifikasi ini, yaitu visual runways yang merupakan landasan pacu tanpa adanya prosedur pendekatan instrumen, non-precision instrument runways yang memiliki prosedur pendekatan instrumen tetapi hanya menggunakan alat bantu panduan horizontal atau lateral, dan precision instrument runways yang juga memiliki prosedur pendekatan instrumen dengan menggunakan sistem yang lebih presisi dibandingkan dengan jenis non-precision instrument runways.
Klasifikasi runway yang kedua ditetapkan berdasarkan dimensinya. Terdapat empat jenis runway dalam klasifikasi ini, yaitu Code Number 1 dengan panjang runway kurang dari 800 meter, Code Number 2 dengan panjang runway berkisar antara 800 meter hingga 1200 meter, Code Number 3 dengan panjang runway berkisar antara 1200 meter hingga 1800 meter, dan Code Number 4 dengan panjang runway lebih dari 1800 meter.
Penentuan penggunaan jenis runway disesuaikan dengan kapasitas pelayanan dan kegiatan operasional bandar udara. Menurut Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, bandar udara dibedakan menjadi lima jenis berdasarkan hierarkinya, yaitu bandar udara pengumpul (hub), bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan primer, bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan sekunder, bandar udara pengumpul dengan skala tersier, dan bandar udara pengumpan (spoke). Berdasarkan data dari Kementerian Perhubungan pada tahun 2021, Indonesia memiliki 287 bandara dengan 60 bandara Code Number 1, 66 bandara Code Number 2, 72 bandara Code Number 3, dan 89 bandara Code Number 4.
Mengekstrak Informasi Dari Sebuah Runway
Runway juga memiliki marka yang melengkapinya. Tidak seperti jalan pada umumnya, banyak informasi yang dapat diketahui hanya dengan membaca marka dan simbol yang ada pada sebuah runway. Pada umumnya, marka-marka ini dibuat dengan tujuan untuk memudahkan pilot dalam menerbangkan ataupun mendaratkan pesawat terbang.
Marka pertama yang dapat dijumpai pada sebuah landas pacu adalah runway designation marking, yaitu garis berwarna putih dalam angka (kombinasi dua angka dan satu huruf tertentu) yang terletak pada kedua ujung runway. Marka ini berfungsi untuk mengidentifikasi arah kompas dari runway.
Kedua, marka selanjutnya adalah runway centerline marking yang merupakan garis putus-putus berwarna putih yang terletak di tengah sepanjang runway. Tiap garis memiliki panjang 120 kaki dengan jarak antar garis 80 kaki. Marka ini berfungsi sebagai identitas fisik garis tengah runway serta panduan untuk menyelaraskan pesawat ketika lepas landas dan mendarat.
Marka ketiga adalah runway threshold marking, yaitu garis-garis putih sejajar yang terletak di awal runway yang digunakan sebagai tanda awal untuk melakukan pendaratan. Selain itu, jumlah garis marka ini menunjukan lebar runway dan umumnya dapat dijumpai pada runway dengan instrumen pendekatan.
Keempat, runway aiming point marking yang merupakan dua garis putih yang terletak pada kedua sisi garis tengah runway dengan tujuan sebagai panduan visual untuk melakukan pendaratan.
Marka yang kelima adalah runway touchdown zone marking, sebuah garis putih yang terdiri dari kelompok dengan jumlah garis sebanyak satu sampai tiga garis yang disusun berpasangan sepanjang garis tengah runway. Garis-garis tersebut menunjukkan zona pendaratan roda pesawat serta menunjukkan informasi sisa runway yang tersedia saat pendaratan.
Keenam, sebuah runway juga memiliki side stripe marking yang merupakan garis putih sepanjang tepi runway dengan fungsi untuk memberikan perbedaan visual antara batas runway dengan medan di sekitarnya serta mempertegas lebar runway.
Selanjutnya, ada beberapa marka lain yang tidak boleh disepelekan, yaitu runway threshold bar, demarcation bar, dan arrows and arrowshead. Runway threshold bar adalah garis putih di ujung runway yang berfungsi untuk menunjukkan awal ruang yang tersedia pada runway saat melakukan pendaratan. Demarcation bar adalah garis berwarna kuning yang terletak pada blast pad, stopway, atau pada persilangan runway dengan taxiway yang bertujuan sebagai indikator ambang batas runway. Arrows and arrowheads adalah garis panah berwarna putih sebagai penanda ruang henti pesawat ataupun sebagai panduan pesawat saat lepas landas. Terakhir, chevrons adalah garis berwarna kuning untuk menunjukkan area perkerasan yang tidak dapat digunakan oleh pesawat dalam suatu runway.
Serba-Serbi Lain Tentang Runway
Permukaan suatu runway memiliki kriteria yang telah ditetapkan. Mengacu pada Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP 39 Tahun 2015, permukaan runway pada bandar udara dapat menggunakan perkerasan lentur (flexible pavement), perkerasan kaku (rigid pavement), maupun rumput alami atau tanah liat. Pemilihan bahan suatu runway disesuaikan dengan jenis pesawat yang akan dioperasikan pada runway tersebut. Kebanyakan runway di Indonesia memakai perkerasan jenis lentur (flexible) karena dinilai mudah dalam pembuatan serta pemeliharaannya.
Runway juga memerlukan suatu prosedur khusus dalam perawatan dan pemeliharaannya. Biasanya, inspeksi reguler akan dilakukan untuk mengetahui kondisi dari permukaan runway. Apabila ditemui suatu kerusakan, perbaikan kontur perkerasan akan dilakukan pula secara berkala. Selain inspeksi, pembersihan berkala juga dilakukan untuk membersihkan runway dari sisa-sisa karet ban pesawat terbang atau benda lain (runway deposit) yang berpotensi dapat mengganggu aktivitas operasi pesawat terbang.
Fakta unik tentang runway: Bandar Udara Qamdo Bamda yang terletak pada Kota Qamdo, Provinsi Tibet, Republik Rakyat Tiongkok memegang rekor sebagai runway terpanjang di dunia dengan panjang mencapai 5500 meter. Dalam negeri, Bandar Udara Internasional Hang Nadim di Kepulauan Riau memegang rekor sebagai runway terpanjang di Indonesia dengan panjang mencapai 4025 meter.
Data oleh Shafa Arkan Athalla
Tulisan oleh Syafiq Hilmy Ardani
Ilustrasi oleh Fauzan Helmi Ramadhan