Hydroseeding: Solusi Penanggulangan Erosi

Mari kita mengenal apa itu hydroseeding

Pada mulanya, hydroseeding berkembang di Amerika Serikat sebagai solusi dari penanaman tumbuhan secara manual yang membutuhkan waktu sangat lama di area lahan yang luas. Teknik ini berkembang pesat dan menyebar secara cepat di Eropa pada awal tahun 1960. Apabila kita ulik lebih dalam, hydroseeding kerap dilakukan di area top soil yang kondisinya buruktidak ada atau minimnya unsur hara dalam tanahdimana dapat memunculkan potensi masalah pertumbuhan tanaman sampai dengan potensi tanah mengalami erosi dan sedimentasi.

Hydroseeding terdiri dari dua kata yang digabung, yaitu hydro yang memiliki arti air dan seeding yang berarti benih. Oleh karena itu, hydroseeding adalah sebuah campuran antara air dan benih (berupa biji) yang dikombinasikan dengan material lain seperti pupuk, mulsa, dan perekat. Mulsa pada campuran berfungsi untuk menjaga kelembapan tanah, pelindung benih dari erosi, dan berperan dalam mendukung kondisi perkecambahan, sedangkan fungsi pupuk adalah sebagai pendukung pertumbuhan tanaman.

Bagaimana sih cara menerapkan teknik hydroseeding?

Langkah awal penerapan teknik ini adalah persiapan tanah berupa pemecahan dan pengerukan untuk memastikan tingkat kelekatan tanah cukup baik. Setelah itu, larutan yang sudah siap digunakan pun diangkut dalam sebuah tangki di atas truk atau trailer. Apabila truk atau trailer sudah berada di area tanah yang membutuhkan metode hydroseeding, larutan yang diangkut tersebut disemprotkan di atas lapisan tanah dengan rata dan seragam. Cukup mudah, bukan?

Apakah prosedur pelaksanaan hydroseeding ini selalu sama?

Metode pelaksanaan hydroseeding ini bisa berbeda-beda menyesuaikan dengan syarat, kondisi, dan kegunaannya. Beberapa contoh jenis pelaksanaan hydroseeding adalah sebagai berikut,

  1. Optimalisasi sifat tanah

Jenis hydroseeding ini biasanya dilakukan pada kondisi tanah atau lahan yang memiliki pH merugikan, kandungan nutrisi dan kapasitas penyimpanan air yang rendah, serta minimnya kadar humus dalam tanah.

  1. Optimalisasi kandungan hara di tanah

Dalam optimalisasi kandungan hara tanah dengan hydroseeding, diperlukan campuran menggunakan pupuk yang diharapkan menutrisi kembali tanah dalam jangka pendek ataupun panjang. Zat hara terdiri dari nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, dan magnesium dimana fungsi dari zat hara adalah untuk memaksimalkan pertumbuhan vegetasi.

  1. Perlindungan terhadap cuaca ekstrem

Pada kondisi ini, penting untuk memilih jenis mesin untuk melaksanakan pekerjaan hydroseeding. Untuk melindungi tanah dari cuaca ekstrem, dapat diterapkan lapisan mulsa yang mencakup serat organik seperti serat kayu, selulosa, kapas, dan jerami. Lapisan mulsa akan melindungi benih dan bibit dari cuaca ekstrem, contohnya hujan deras dan kemarau panjang.

  1. Optimalisasi Pengendalian Erosi

Fokus dari optimalisasi kondisi tanah khususnya pengendalian erosi adalah pada bahan pengikat tanah pada campuran hydroseeding. Pengikat tanah berfungsi sebagai stabilisator dan pengendali erosi yang tidak merusak lingkungan. Pengikat tanah ini nantinya, tidak hanya melekat di biji saja, tetapi juga pada partikel-partikel tanah sehingga antarpartikel tanah tersebut akan melekat.

Lantas, mengapa harus hydroseeding? Apa saja kelebihan dan kekurangannya?

Pada umumnya, layaknya sebuah teknologi tentu memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Adapun kelebihan dari teknologi hydroseeding ini adalah sebagai berikut,

  1. Waktu untuk mengatasi permasalahan di area tanah yang luas menjadi lebih efektif dan efisien.
  2. Hydroseeding terbukti bekerja efektif pada lereng dan dapat menekan potensi terjadinya erosi.
  3. Vegetasi yang tumbuh di area tersebut mengalami pertumbuhan yang seragam, dan dengan campuran yang disemprotkan turut menunjang tingkat perkecambahan yang terjadi.
  4. Dalam faktor kecepatan dan keamanan, teknik ini tidak memakan banyak waktu, hasilnya berkualitas, dan sangat aman karena tidak mengandung racun pada campuran.

Tentunya teknik hydroseeding ini juga memiliki beberapa kekurangan, yaitu

  1. Sangat bergantung pada cuaca. Keberhasilan metode ini bergantung pada kondisi idealnya, yaitu suhu sedang dan kelembaban konsisten.
  2. Kebutuhan air yang cukup besar. Dimulai dari campurannya dan penyiraman rutin terhadap benih yang dibutuhkan pada tahap awal sehingga akan memakan biaya yang cukup besar.
  3. Kurang praktis apabila diaplikasikan ke kawasan terpencil.
  4. Umur mulsa serat kayu cenderung pendek. Oleh karena itu, kondisi mulsa harus dijaga tetap kering selama 24 jam sebelum hujan turun.

Setelah membaca tentang hydroseeding, apakah teman-teman tertarik untuk menggunakan metode ini?

Sumber referensi: