
Selasa (20/9), awak Clapeyron berkesempatan menghadiri kuliah umum yang diselenggarakan oleh UGM EXPO di Ruang 225 Gedung Diploma Teknik Sipil Sekolah Vokasi UGM. Dengan tema “Infrastruktur MRT”, kuliah umum yang dimulai pukul 09.00 tersebut menghadirkan Bapak Mursyid selaku Project Manager PT. Wijaya Karya sebagai pembicara. Tak hanya dihadiri oleh mahasiswa teknik sipil, kuliah umum tersebut juga dihadiri oleh mahasiswa dari departemen lain, teknik mesin misalnya.
Meski ruangan tidak dapat menampung semua peserta sehingga beberapa peserta tidak berkesempatan untuk duduk di kursi yang telah disediakan, tidak menghilangkan semangat para peserta yang hadir untuk mengikuti jalannya perkuliahan dengan khidmat. Diselingi dengan berbagai video berkaitan dengan pembangunan MRT Jakarta, membuat suasana perkuliahan semakin menarik.
“MRT ialah tonggak kemajuan sistem transportasi Indonesia.” Kata Mursyid membuka perkuliahan pada pagi itu. Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta merupakan sistem transportasi massal cepat terpadu yang sedang dibagun di Jakarta dan dinilai dapat menjadi solusi permasalahan transportasi di kota terpadat di Indonesia tersebut. Pembangunan MRT sudah dimulai sejak tahun 2013 dengan PT. MRT Jakarta sebagai organisasi yang bertanggungjawab penuh terhadap engineering service, konstruksi, operasional, dan pemeliharaan. MRT Jakarta akan dibangun sepanjang 110,8 km yang terdiri dari koridor selatan-utara sepanjang 23,8 km dan koridor timur-barat sepanjang 87 km.
Pembangunan koridor selatan-utara yang membentang diantara Lebak Bulus dan Kampung Bandan akan dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama akan menghubungkan Stasiun Lebak Bulus dan Bundaraan HI sepanjang 15,7 km dengan 7 stasiun layang dan 6 stasiun bawah tanah. Tahap kedua akan menghubungkan Stasiun Bundaran HI dan Kampung Bandan sepanjang 8,1 km.
Pembangunan MRT Jakarta tahap pertama yang terdiri dari 6 paket sudah dimulai sejak tiga tahun yang lalu. Paket CP 101 dan CP 102 yang merupakan paket layang akan menghubungkan Stasiun Lebak Bulus, Fatmawati, dan Cipete Raya sepanjang 5.95 km, dimana PT. Wijaya Karya ikut bertanggungjawab terhadap pembangunan paket tersebut. Paket layang selanjutnya ialah paket CP 103 yang akan menghubungkan Stasiun Haji Nawi, Blok A, Blok M, dan Sisingamangaraja sepanjang 3,84 km. Menggandeng Shimizu Obayashi Corporation dari Jepang dan Wijaya Karya serta Jaya Konstruksi dari Indonesia (SOWJ) dalam pembangunan paket selanjutnya, paket CP 104 dan CP 105 merupakan paket bawah tanah yang terdiri dari daerah transisi, Stasiun Senayan, Istora, Bendungan Hilir, dan Setiabudi sepanjang 3,89 km. Paket bawah tanah terakhir adalah CP 106 yang menghubungkan Stasiun Dukuh Atas dan Bundaran HI sepanjang 2,02 km.
Paket CP 101, 102, dan 103 adalah konstruksi layang yang seluruh stasiun penumpang dan lintasannya dibangun di atas permukaan tanah. Tipe struktur layang yang akan digunakan adalah Tiang Tunggal (Single Pier) pada bagian bawah serta Gelagar Persegi Beton Pracetak (Precast Concrete Box Girder) pada bagian atas.
Paket CP 104, 105, dan 106 merupakan konstruksi bawah tanah yang lingkup kerjanya berupa struktur terowongan, daerah transisi, dan stasiun. Strukur terowongan terdiri dari dua jalur, yaitu Down Track atau South Bound dan Up Track atau North Bound. Tunnel Borring Machine (TBM) adalah suatu alat yang digunakan untuk membangun fasilitas tersebut, dengan jenis TBM yang digunakan yaitu Earth Pressure Balance Shield Machine. Terowongan ini akan menggunakan struktur beton sebagai struktur penunjang terowongan.
Daerah transisi atau Cut & Cover terletak di Jalan Sisingamangaraja hingga Bundaran Senayan sepanjang 460 m. Daerah ini merupakan daerah perpindahan dari struktur layang menuju strukur bawah tanah yang akan dibangun dengan metode Soldier Piling. H Beam akan digunakan sebagai material utama pada metode ini. Tiang akan dimasukan dengan Vibrator Hammer Unit ke dalam tempat yang sudah ditentukan, tapi sebelum memasukannya posisi dan orientasi tiang harus diperhatikan terlebih dahulu. Setelah proses Soldier Piling selesai, dilakukan proses penggalian lapisan pertama. Kemudian akan dilakukan pemasangan Temporary Deck dan Whirler Streak. Setelah itu, dilanjutkan dengan penggalian lapisan kedua dan ketiga. Pada lapisan paling akhir akan dilakukan pengecoran dan pemasangan lapisan dasar.
Bagian stasiun akan dibangun dengan metode Top-Down. Untuk menjaga tekanan air dan tanah akan dibangun dinding diafragma yang digali dengan Mechanical and Hydraulic Clamshell. Kemudian rangka-rangka besi dimasukan dan diisi dengan beton. Proses ini dilakukan untuk membangun dinding diafragma disetiap sisi stasiun. Dinding diafragma ini berfungsi sebagai dinding penahan sementara pada saat konstruksi dan dinding permanen untuk struktur stasiun. Sebelum memulai proses penggalian, King Post harus dipasang terlebih dahulu sebagai penahan sementara untuk pelat atap dan lantai. Setelah itu akan dilakukan penggalian dan pengecoran pelat atap. Setelah dilakukan penggalian kedua, dilanjutkan dengan pembuatan pelat beton dan kolom beton. Kemudian dilakukan penggalian ketiga. Proses terakhir dari pembangunan stasiun adalah dengan menutup kembali daerah galian dengan tanah dan memadatkannya.
Tak hanya bercerita tentang pembangunan MRT Jakarta, terutama tentang konstruksi bawah tanahnya. Mursyid juga bercerita tentang beberapa proyek besar di Jakarta yang tengah ditangani oleh PT. Wijaya Karya. Diantaranya proyek pembangunan Light Rapid Transit Jakarta (LRT) dan revitalisasi Jembatan Semanggi. Pembangunan LRT Jakarta, menggunakan metode yang hampir sama dengan pembangunan konstruksi layang MRT Jakarta. Berbeda dengan MRT yang merupakan angkutan massal yang dapat membawa banyak penumpang dalam sekali angkut, LRT memiliki kapasitas angkut yang lebih kecil. Hal ini dikarenakan LRT hanya terdiri dari maksimal tiga kereta. Tidak seperti MRT, yang dapat mencapai enam rangkaian kereta. Selain itu, LRT hanya melayani perjalanan dalam satu koridor.
Revitalisasi Jembatan Semanggi atau Simpang Susun Semanggi yaitu berupa penambahan ruas jalan layang. Penambahan ruas tersebut akan melayani pengendara kendaraan bermotor yang melakukan perjalanan dari Grogol di Jakarta Barat menuju Kebayoran Baru di Jakarta Selatan, dan dari Pancoran di Jakarta Selatan menuju Monumen Nasional di Jakarta Pusat, serta pengendara mobil dari arah Cawang menuju Bundaran HI dan dari arah Slipi menuju Blok M dapat langung belok di Semanggi melalui jembatan layang yang berbentuk lingkaran tersebut.
Turut pula dua mahasiswa D3 Teknik Sipil UGM yang bercerita tentang pengalamannya ketika melakukan proses magang di MRT Jakarta. Setelah dilakukan sesi tanya jawab dengan empat orang penanya, kuliah umum “Infrastruktur MRT” pun berakhir. Peserta keluar dari ruangan dan melakukan foto bersama dengan pembicara.
Tim Liputan Clapeyron
Luthfia Ayunani
Lintang Mei N