Tahun 2015 silam, Universitas Gadjah Mada (UGM) dan PT Infineon Technologies, Batam menjalin kerja sama di bidang pengembangan sumber daya manusia, kegiatan riset, dan pengembangan. Isi kerja sama tersebut mengemuka setelah kedua belah pihak sepakat menandatangani Nota Kesepahaman Bersama yang dilakukan oleh Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Alumni UGM, Paripurna dan Presidents and Managing Director PT Infineon Technologies Batam, Lee Chee Hong, Jumat (28/8) di Kantor Pusat UGM. Laboratorium ini merupakan tidak lanjut dan realisasi nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) antara Infineon Technologies dan UGM yang telah disepakati saat itu.
UGM dan perusahaan asal Jerman yang bergerak di bidang semikonduktor ini sepakat menjalin kerja sama dalam bidang penelitian khususnya pengembangan electronic power yang banyak dipakai untuk mobil listrik. Ide untuk menjalin kerjasama antara PT Infenion dengan UGM ini diprakarsai oleh Eka Firmansyah, Dosen Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi (DTETI) sejak tahun 2005. Latar belakang dijalinnya kerja sama antara kedua belah pihak karena Kepala Unit Pengembangan SDM dan Komite Kurikulum ini sedang mengembangkan produk inverter. Eka akhirnya berinisiatif untuk membangun laboratorium yang menggunakan produk inverter guna membantu mahasiswa dalam melakukan riset, baik untuk pelaksanaan tesis, disertasi, praktikum, Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), maupun untuk mahasiswa magang. Untuk tahap awal ini kerja sama tersebut ditandai dengan peresmian Infineon-Gadjah Mada Research and Engginering Lab atau disebut dengan Laboratorium i-Green, di DTETI Fakultas Teknik UGM, Senin (28/8).
Peresmian secara simbolis dengan penandatanganan plakat oleh Rektor UGM, Panut Mulyono, dan Head Development Center Infineon Asia Pasifik, Tjia Jerome. Bagi UGM kerja sama ini guna meningkatkan materi kurikulum di DTETI, khususnya untuk keterampilan dan kompetensi mahasiswa di bidang elektronika daya sehingga diharapkan bisa menjadi ahli elektronika yang berkualitas di masa depan. Sedangkan, bagi Infineon Technologies investasi tersebut adalah salah satu wujud dukungan industri terhadap penguatan pendidikan dan riset di lingkungan perguruan tinggi, terutama UGM. Investasi Infenion dalam pembuatan Laboratorium i-Green berupa ruangan yang berasal dari container, desain laboratorium, sampai dengan peralatan laboratorium.
UGM untuk Energi Terbarukan
Laboratorium i-Green akan fokus pada pelatihan proyek kerja mahasiswa program sarjana dan pascasarjana Fakultas Teknik di bidang elektronika daya untuk peningkatan dan pengembangan riset dalam dua bidang. Bidang pertama pada bidang sistem elektronik untuk aplikasi kendaraan listrik, daya tarik, dan aplikasi industri generik lainnya. Sedangkan, bidang kedua mengenai sistem tenaga elektronik untuk tenaga yang diperbaharui, seperti power inverter dan power stabilizer.
Inverter merupakan alat yang berguna untuk mengubah arus DC (searah) menjadi arus AC (bolak-balik). Dalam Laboratorium i-Green, inverter berguna untuk mengubah energi matahari (solar panel) menjadi arus listrik AC. Power Inverter digunakan sebagai basis dalam laboratorium, baik desain maupun aplikasi dalam Laboratorium i-Green. Dengan adanya riset tersebut, diharapkan mahasiswa dapat menghasilkan berbagai produk penelitian yang dapat dihilirkan agar memberikan manfaat bagi masyarakat luas.
Pengembangan Inverter untuk Riset Kendaraan Listrik
Pengembangan riset kendaraan listrik memang sedang digencarkan oleh DTETI dan hal ini menjadi salah satu faktor mengapa UGM dengan sigap menggandeng perusahaan Jerman tersebut untuk membangun Laboratoium i-Green. Sarjiya selaku Ketua DTETI mengatakan bahwa kendaraan listrik yang sedang dikembangkan yaitu motor dan mobil listrik. “Aplikasi lain untuk kendaraan listrik, apalagi Fakultas Teknik termasuk DTETI merupakan anggota dari konstruksi nasional pengembangan mobil listrik,” ujarnya. Tak kalah dengan mobil listrik, DTETI menggaet brand Viar yang baru saja meluncurkan motor listrik berkolaborasi dengan BOSCH dalam sistem penggeraknya (inverter) pada Rabu (7/6). Selain itu, UGM juga bekerja sama dengan PT Industri Kereta Api (INKA), satu-satunya produsen kereta di tanah air, yang juga mengembangkan sayapnya dalam produksi kereta rel listrik AC.
Aplikasi inverter tersebut tentunya bisa diminati oleh masyarakat dari berbagai kalangan. Untuk masyakarat kecil, khususnya petani, aplikasi inverter ini diwujudkan dalam bentuk pompa listrik mandiri energi. Sebelumnya petani menyirami sawah menggunakan pompa yang digerakaan oleh mesin diesel. Pompa listrik mandiri energi menggunakan energi yang berasal dari panel surya. Fungsi inverter dalam pompa ini adalah untuk mengubah energi panel surya menjadi sistem listrik AC.
Perusahaan teknologi asal Jerman ini, berinvestasi lebih dari Rp 500 juta untuk mendanai pembangunan Laboratorium i-Green yang terdiri dari kontainer sebagai tempat laboratorium, peralatan laboratorium, contoh produk yang dibutuhkan dalam proses pendidikan serta penelitian bidang elektronika daya, dan paket yang dibutuhkan untuk pelatihan akademik, research, serta pengembangan. Dalam kesepakatan kerja sama itu, pihak UGM juga akan menggabungkan produk-produk chip semikonduktor yang digunakan Infenion dan informasinya ke dalam proses pendidikan dan penelitian pada bidang yang disepakati.
“Dari power electronics di mata kuliah juga ada sehingga mahasiswa yang mengambil mata kuliah tersebut dapat melakukan praktikum. Laboratorium i-Green ada untuk memfasilitasi mahasiswa UGM dalam penelitian skripsi, tesis, sampai PKM,” ujar Sarjiya. Laboratorium ini juga nantinya diharapkan mampu memperkuat posisi UGM dalam menghasilkan insinyur profesional dan menghasilkan berbagai terobosan baru yang bermanfaat bagi masyarakat Indonesia serta dunia.
Dyah Muharomah K.P
Naswahatin M