Cisumdawu, Tol Penembus Bukit Pertama Di Indonesia

Sebagai negara berkembang, mobilitas barang, jasa, dan manusia di Indonesia haruslah cepat dan efisien. Salah satu cara pemerintah untuk mewujudkan kelancaran mobilitas tersebut adalah dengan memperlancar jalur transportasi, baik darat, laut, maupun udara.

 

Salah satu proyek guna meningkatkan mobilitas di Pulau Jawa adalah dengan pembangunan Tol Trans Jawa. Tol yang membentang dari ujung barat hingga ujung timur Pulau Jawa ini diharapkan mampu mewujudkan mobilitas yang cepat dan efisien. Namun dengan kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari banyak perbukitan, terdapat kendala tersendiri dalam perancangan serta pemilihan trase yang paling efisien. Kendala ini terjadi saat pemilihan trase tol cisumdawu, dimana trase paling efisien mengharuskan adanya terowongan.

 

Terowongan Tol Cisumdawu terletak pada seksi 2 Tol Cisumdawu (Rancakalong-Sumedang) dari STA 12+628 hingga STA 13+100. Terowongan tersebut terdiri dari dua terowongan yang menembus bukit sepanjang 472 meter dan dengan diameter masing-masing terowongan 14 meter. Dalam tiap terowongan nantinya terdapat 1 jalur jalan yang terdiri dari 2 lajur jalan dengan badan jalan selebar 11 meter. Proyek ini dikerjakan oleh konsorsium yang terdiri dari Metallurgical Corporation of China Ltd (MCC), PT Wijaya Karya (Persero), PT Nindya Karya (Persero), dan PT Waskita Karya (Persero)‎. Terowongan seharga sekitar Rp 700 miliar ini dilaksanakan dengan menggunakan metode New Austrians Tunneling Method (NATM) dengan Backhoe sebagai alat penggali. Untuk saat ini terowongan kiri cisumdawu (rancakalog-sumedang) telah digali sepanjang 103 meter dan terowongan kanan (sumedang-rancakalong) sepanjang 33 meter.

New Austrian Tunneling Method

 Pada potongan melintang, terowongan dibagi menjadi 4 bagian, yaitu Upper, Middle, Lower, dan lantai terowongan. Penggalian dimulai dengan menggali bagian upper sedalam 1,5 meter lalu dinding terowongan dilapisi steel fiber reinforced shotcrete setebal 20-25 cm dan dengan steel arches dan wire mesh sebagai tulangan. Penyemprotan shotcrete tersebut dilakukan dengan metode wet spraying. Setelah selesai dilakukan penggalian bagian upper, dilakukan penggalian pada bagian middle dengan langkah yang sama seperti bagian upper, kemudian dilanjutkan pada bagian lower. Setelah terowongan tergali secara penuh, pada dinding terowongan dipasang lapisan geomembran untuk menangkal rembesan air lalu dicor dinding layan (lining concrete) dengan beton setebal 50 cm. Di saat yang sama pada bagian lantai terowongan dipasang inverted steel arches dan dicor dengan beton untuk lantai kerja serta untuk pondasi jalan saat masa layan. Begitu seterusnya hingga terowongan berhasil menembus bukit. Setelah terowongan berhasil menembus bukit barulah dilakukan pelapisan perkerasan jalan.

 

Sebelum penggalian, tanah yang akan digali selalu diselidiki untuk mengetahui keadaan di dalamnya dengan cara dibor sedalam 3 meter pada titik-titik tertentu serta pada dinding terowongan dilakukan penyuntikan air semen untuk memperkuat dinding. Penggalian dibatasi hanya sepanjang 1,5 meter untuk sekali penggalian, dan pada satu hari dapat dilakukan 3 sampai 4 kali penggalian dengan interval 4 sampai 5 jam.

 

Desain Terowongan

 Terowongan cisumdawu terletak pada titik-titik gempa sehingga mengharuskan terowongan didesain dengan konstruksi yang tahan gempa dengan umur rencana 100 tahun. Ada perbedaan pada desain mulut terowongan kiri dan kanan di mana mulut  terowongan kanan menggunakan steel ribs sebagai tulangan sedangkan mulut terowongan kiri hanya menggunakan steel bar. Karena mulut terowongan kiri hanya mengunakan steel bar, metode yang digunakan pada area mulut terowongan sepanjang 20 meter ke dalam terowongan adalah cut and cover dengan lining concrete setebal 80 cm. Mahalnya steel ribs menjadi alasan mengapa jenis tulangan mulut terowongan kiri berbeda dengan terowongan kanan yang telah dibangun lebih dulu.

 

Bolder dan Air tanah

Menurut Mohamad, seorang ahli geologi dalam proyek ini, tanah pada terowongan merupakan tanah lempung pasiran yang cukup bagus serta aman dari patahan sehingga tidak mudah runtuh saat digali. Kendala terbesar pada proses penggalian terowongan cisumdawu sejauh ini adalah saat ditemukan bolder (batu besar) pada bagian middle yang menonjol ke terowongan sehingga bolder tersebut harus diambil agar tidak runtuh. Pada terowongan juga terjadi rembesan air, tetapi air rembesan bukan berasal dari akuifer melainkan dari tanah di atas terowongan. Debit rembesan saat basah sekitar 1 liter permenit sedangkan saat kering hanya 0,05 liter permenit sehingga masalah ini dapat diatasi dengan dipasang geomembran pada dinding terowongan dan pipa berpori pada dasar terowongan untuk mengeluarkan air dari terowongan.

 

“Sebagai terowongan tol pertama di Indonesia, Terowongan Cisumdawu ini merupakan pilot pembangunan terowongan-terowongan selanjutnya di Indonesia,” ujar Dadang, Kepala Pengawas Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Bebas Hambatan Cisumdawu.

 

 

Tim Liputan Clapeyron

Artikel: Wildan Hero

Foto: Wildan Hero & Sativa Dwipuspa