Pada masa kuliah, saya secara pribadi ingin masuk dan terlibat banyak hal di dalam pergaulan teknik sipil secara umum untuk membuka jaringan dan pertemanan dengan banyaknya orang. Lebih khusus, saya memilih mendaftar Clapeyron saat menurut salah satu senior tertarik dengan desain logo Civil Games 2011 yang saya buat. Menurutnya, desain logo yang saya buat cukup menarik dan akan cocok bila saya bergabung dengan Clapeyron. Sesederhana itulah awal mula saya mendapat informasi tentang Clapeyron dan cukup untuk membuat saya ingin bergabung dengan organisasi ini, selain adanya motivasi untuk mengembangkan keahlian desain grafis dan softskill keorganisasian saya.
Saat saya menjadi Awak Clapeyron, Clapeyron sedang berjuang untuk kembali menjadi Badan Semi Otonom (BSO) yang eksis melalui produksi kegiatannya. Dari perkuliahan tahun pertama, kedua, dan ketiga, saya yakin Clapeyron masih dalam tahap perjuangan ini. “Misi” belum kembali menjadi format kegiatan yang pasti dirasakan oleh semua awak Clapeyron pada saat itu, sehingga saya salah satu yang cukup beruntung mendapatkan kesempatan untuk melakukannya lagi di tengah periode vakum Clapeyron.
Sejatinya, kapasitas saya saat itu bukan sebagai Awak Clapeyron, melainkan sebagai Ketua Panitia Eco House pada 2012. Saat itu saya berkesempatan untuk beraudiensi dengan Menteri Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Gubernur DKI Jakarta pada periode itu, yaitu Bapak Djoko Kirmanto dan Joko Widodo. Kami berdiskusi tentang hunian vertikal yang menjadi tema kegiatan kami dan meminta dukungan mereka untuk terselenggaranya kegiatan kami. Secara bersamaan, tak lupa kami juga mengambil materi untuk penulisan majalah Clapeyron edisi 57 (majalah pertama yang terbit setelah cukup lama vakum).
Secara personal, saya menyukai pengalaman melakukan perlobian yang dibantu oleh dosen, sebelum akhirnya kami bisa membuat janji dan bertemu dengan orang-orang penting tersebut. Cukup intens menghubungi banyak orang, membuat bargaining position dan strategi-strategi untuk bertemu; rasanya perasaan optimis dan pesimis saling bergantian mengisi hari-hari kami saat itu. Semua terbayar ketika kami memasuki ruangan kerja beliau berdua, berjabat tangan, dan memulai diskusi. Rasa cemas dan rasa tidak menentu pada masa persiapan hilang seketika.
Clapeyron membuka jalan bagi para awaknya melalui misi-misi yang dilakukan untuk lebih mengenal dunia ketekniksipilan secara mendalam. Mereka dapat melihat proyek secara langsung di lapangan dan mengenal seluk beluk dunia kerja melalui para praktisi yang diajak kolaborasi.
Clapeyron juga memberikan perspektif jurnalisme bagi mahasiswa yang sedang menempuh studi, tentang dorongan memberikan opini dan pendapat, menulis dan mengutip, serta etika melindungi dan menghargai hak intelektual. Tidak tertinggal, Clapeyron mengajarkan cara mempraktikan etika dalam berinteraksi dengan para profesional secara profesional.
Tulisan oleh Catrapatti R. Anuraga (Awak Clapeyron angkatan 2011)