Kenapa Saya Masuk Clapeyron?

Sebagai mahasiswa, saat itu rasanya kurang asyik dan juga kurang gagah jika waktunya hanya diisi dengan kuliah dan belajar saja. Tentu sebagai anak kost sangat membosankan tanpa kegiatan tambahan. Pengalaman berorganisasi pastilah sangat penting, karena nantinya di dunia kerja dan di masyarakat itu juga semacam berorganisasi. Nah, kegiatan tambahan ini harus yang menyenangkan, tidak justru menambah stres karena beban tugas mata kuliah sudah bikin stres.

Lalu kegiatan apa yang bikin fresh my soul and mind? Tentu kegiatan yang cocok dengan minat dan bakat. Yaaa, semacam ekstrakurikuler lah kalau di zaman SMA dulu. Lalu yang mana yang mau dimasukin, kan ada banyak kegiatan di Teknik Sipil UGM dan belum satupun yang pernah dicoba. Harus disurvey dulu nih.

Bagaimana dengan Biro Penerbit (BP)? Kesibukan utamanya adalah menerbitkan diktat kuliah para dosen dan membuat soal penyelesaian. Wah, kurang asyik yang ini. Hampir sama dengan tugas utama seorang mahasiswa, yaitu belajar dan belajar. BP tidak masuk daftar keinginan.

Bagaimana dengan KMTS? Di sini orang-orangnya sibuk banget, tapi nggak jelas hasilnya (ups… maaf) dan terlalu eksklusif tampaknya. Yang menonjol dari KMTS adalah kegiatan pengabdian masyarakatnya, itu hampir sama dengan dunia kerja nantinya. Kurang asyik yang ini juga.

Nah, kalau Clapeyron bagaimana? Dari namanya saja sudah unik dan bikin penasaran. Setelah tanya-tanya kepada para senior, katanya kegiatannya sering keluar kota. Nah ini baru asyik saya pikir, bisa pelesiran dengan gratis. Apalagi saya suka menulis dan fotografi, ini baru cocok.

MISI BERSAMA CLAPEYRON

Sudah tak terhitung misi bersama Clapeyron sejak magang jadi reporter sampai jadi pemimpin redaksi. Hampir semua misi punya kesan tersendiri, mulai dari kehilangan sepatu di Semarang, jalan berkilo-kilo meter di Jakarta, wawancara dengan dosen senior dan kena marah, berkeliling mencari sponsor atau iklan ke beberapa BUMN konstruksi sampai hafal jalur bus kota di Jakarta.

Tetapi ada satu misi yang sampai sekarang masih saya ingat detailnya, karena sangat berkesan, yaitu misi ke Sulawesi Selatan (Sulsel). Misi ini terjadi atas undangan gubernur saat itu, yaitu Ahmad Amiruddin. Semua biaya ditanggung olehnya. Itulah pengalaman saya pertama kali naik pesawat bersama dua Awak Clapeyron. Menginap di mess gubernur dan diantar ke manapun kita mau. Jadilah waktu itu mengunjungi beberapa obyek wisata andalan Sulsel, antara lain Gua Leyang-leyang, Air Terjun dan Taman Kupu-kupu Bantimurung, dan Tana Toraja. Wawancara dengan gubernur juga diberikan waktu khusus. Ketika pulang, kami minta dibelikan tiket kapal laut, ingin merasakan pengalaman naik kapal laut karena sebelumnya belum pernah naik kapal laut.

BELAJAR DI CLAPEYRON

Apa yang saya pelajari dari Clapeyron adalah belajar berorganisasi dan mengurus organisasi yang sangat dinamis, mulai perencanaan misi, eksekusi, sampai monitoring dan evaluasinya. Hal yang mungkin jarang ditemui di organisasi lain adalah militansi memperjuangkan idealisme dengan sumber dana yang sangat terbatas, sehingga waktu itu tidak masuk kuliah adalah hal yang biasa. Mengerahkan segala sumber daya untuk memenuhi target waktu dengan kualitas yang tidak boleh ditawar. Kalau sudah demikian, lembur sampai pagi dan berhari-hari juga merupakan hal yang biasa.

Latihan tanggung jawab inilah yang memoles pribadi kita. Disiplin pantang menyerah dalam kondisi apapun dan semangat corp (korsa) yang positif karena saling melengkapi satu dengan lainnya.

MANFAAT DI DUNIA KERJA SAAT INI

Sebagai konsultan, saya harus memberikan advice kepada klien secara jelas. Laporan yang disusun terkadang banyak mengandungiIstilah teknik dan angka-angka yang bikin pusing. Di sinilah manfaatnya jadi Clapper (red: Awak Clapeyron). Laporan harus disampaikan atau ditulis dengan jelas, lengkap, enak dibaca, dan penyajian yang enak dilihat.

Itulah manfaat yang saya peroleh dari Clapeyron. Sudah terlatih di Clapeyron untuk menulis dan menyajikan data secara ilmiah populer, sehingga saat ini menulis laporan yang baik bukan masalah.

Tulisan oleh Tri Budi Utama (Awak Clapeyron angkatan 1986)

Disclaimer: Tulisan di atas murni pendapat milik penulis dan tidak mencerminkan posisi maupun pandangan Clapeyron sama sekali.