Jembatan Merah Putih (JMP) merupakan salah satu jembatan bentang panjang di Indonesia. Dengan panjang total mencapai 1.140 meter, JMP yang terletak di Ambon menjadi jembatan dengan bentang terpanjang di Indonesia Timur. Jembatan ini terdiri dari jembatan pendekat di sisi Galala sepanjang 320 meter, jembatan di sisi Poka sepanjang 520 meter, dan jembatan utama sepanjang 300 meter.
Jembatan ini diberi nama Merah Putih karena pada 1999 hingga 2002 terjadi konflik horizontal antarumat beragama yang melibatkan “Golongan Merah”, sebutan untuk golongan agama Kristen, dan “Golongan Putih”, sebutan untuk golongan agama Islam. Oleh karena itu, jembatan ini diberi nama Merah Putih sebagai lambang persatuan, perdamaian, dan kebersamaan antarwarga Maluku.
Peran dan Hambatan Pembangunan JMP
Pembangunan JMP bertujuan memangkas waktu tempuh dari Ambon ke Bandara Pattimura dan sebaliknya, sehingga biaya operasi kendaraan dapat berkurang. Semula, jarak antara Bandara Pattimura dan Ambon yang sepanjang 35 kilometer itu ditempuh dalam dua jam, tapi semenjak Jembatan Merah Putih beroperasi, pengguna hanya menghabiskan waktu sekitar 30 menit.
Keberadaan JMP berpengaruh signifikan terhadap perkembangan penduduk wilayah Maluku, khusunya Kota Ambon. Persebaran penduduk yang semula hanya terkonsentasi di sisi kota Ambon mulai beralih ke wilayah Poka yang berada di sisi utara Teluk Ambon. Keadaan ekonomi masyarakat juga semakin meningkat karena aksesibilitas transaksi barang semakin mudah dan cepat.
Jembatan ini sempat mengalami beberapa kendala yang menyebabkan terlambatnya proses pengerjaan. Kendala tersebut antara lain adalah pemasangan salah satu tiang pondasi yang tidak dapat didukung tanah karena kondisi tanah yang tidak stabil, sehingga perlu diberi perlakuan khusus terhadap satu tiang tersebut. Hambatan ini membuat proyek terlambat empat bulan.
Selain itu, saat pemasangan segmen terakhir jembatan pada 29 Desember 2015, terjadi gempa bumi yang mengakibatkan pergeseran 4 cm dari desain rancangan. Kejadian ini membuat pengerjaan jembatan berhenti, hingga pada 21 Januari 2016 pekerjaan jembatan dapat diteruskan setelah mendapat rekomendasi dari Komisi Keamanan Jembatan.
Sensor Jembatan Merah Putih
Dalam tahap pascakonstruksi, JMP menggunakan sensor untuk membantu pengawasan dan pemeliharaan. Sensor yang terpasang di JMP bermanfaat untuk memantau perilaku dan kondisi fisik jembatan. Penggunaan sensor mempermudah pemantauan jembatan karena dapat diakses jarak jauh. Terdapat 152 instrumen sensor yang terpasang di jembatan kebanggaan masyarakat Maluku ini. Instrumen Sensor Jembatan Merah Putih terdiri dari:
- Anemometer Biaxial, berfungsi mengukur kecepatan arah angin dalam dua dimensi
- Anemometer Triaxial, berfungsi mengukur kecepatan dan arah angin, serta sudut putranya
- Tiltmeter, berfungsi mengukur kemiringan pylon
- Accelerometer, berfungsi mengukur getaran dan frekuensi di jembatan
- Electromagnetic, berfungsi mengukur gaya kabel
- Seismic, berfungsi mengukur getaran gempa
- Strain Gauge, berfungsi mengukur regangan struktur
- Sensor temperatur, berfungsi mengukur suhu struktur
- Air Temperature and Relative Humidity (ATRH), berfungsi mengukur suhu dan kelembaban struktur dari luar
- Sensor pengukur lendutan jembatan
- Closed Circuit Television (CCTV) yang terpasang untuk memantau aktivitas di jembatan
- Warning light, menampilkan data kecepatan angin serta aman-tidaknya jembatan untuk dilewati kendaraan
Penyaluran data dari jembatan ke monitoring room menggunakan kabel dan wireless. Data bacaan dari tiap sensor dikirimkan ke Data Acquisition Unit (DAU) untuk diproses menjadi sebuah data dalam kotak panel yang berada di pylon. Kemudian data-data tersebut dikirim meggunakan Wi-Fi ke server atau ruang pengawasan yang nantinya akan disimpan dan ditampikan dalam web interface. Khusus untuk sensor seismik, perangkat tersebut sudah dilengkapi sistem DAU, sehingga data dari sensor langsung dikirim menggunakan Wi-Fi ke server.
Sensor-sensor yang terpasang di jembatan memiliki threshold sebagai batasan aman-tidakanya jembatan untuk dilewati. Apabila terdapat bacaan sensor yang melewati threshold, maka lampu peringatan yang berada di ujung jembatan akan menyala. Lampu peringatan berfungsi layaknya lampu lalu lintas; apabila lampu menyala merah maka dilarang melintasi jembatan karena berbahaya.
Mobile Bridge Inspection Unit (MBI)
Mobile Bridge Inspection Unit (MBI) adalah truk canggih yang dibuat khusus untuk mengamati bagian bawah suatu jembatan. Truk ini memiliki lengan yang dapat dilipat dan diperpanjang, serta dapat diputar 180 derajat di bagian bawah jembatan. Dengan kemampuan khususnya ini, pengguna dapat dengan mudah melihat kondisi fisik jembatan bagian bawah, serta memastikan jembatan dalam kondisi baik. Apabila sensor menerima sebuah sinyal yang menunjukkan keadaan tidak normal di jembatan, maka petugas dari kantor pemeliharaan akan menggunakan MBI untuk melihat keadaan jembatan secara langsung. Selain digunakan dalam keadaan darurat di jembatan, pengecekan rutin sebulan sekali terhadap keadaan jembatan juga dilakukan dengan MBI.
Truk dengan harga delapan miliar rupiah ini juga memerlukan perawatan khusus. Setiap akan melakukan pemeriksaan di jembatan, lengannya harus diberi pelumas hidraulis terlebih dahulu agar dapat bekerja dengan baik. Sampai saat ini, di Indeonsai hanya Jembatan Merah Putih yang memiliki MBI dalam sistem pengawasannya.
Fasilitas Pendukung Jembatan Merah Putih
JMP juga memiliki kantor pemeliharaan berisi peladen dari semua sensor-sensor yang terpasang di jembatan. Monitoring Room untuk pemantauan jembatan juga berada di dalam gedung ini. Gedung ini menjadi pusat kendali dalam pengontrolan jembatan, sekaligus sebagai tempat MBI dan alat-alat berat dalam memerbaiki apabila ada kerusakan di Jembatan Merah Putih.
Pada 2019 mendatang, museum yang berisikan sejarah dibangunnya JMP akan dibangun. Museum ini akan menjelaskan JMP mulai dari awal gagasan, perencanaan, selama masa pelaksanaan, hingga perawatannya. Hal ini dimaksudkan untuk mengedukasi masyarakat mengenai Jembatan Merah Putih.
Masyarakat Maluku patut berbangga, karena hingga saat ini, Jembatan Merah Putih menjadi satu-satunya jembatan dengan sistem monitoring paling lengkap di Indonesia. JMP memiliki system sensor, Mobile Bridge Inspection Unit, dan kantor pemeliharaan jembatan dalam satu lokasi.
Tulisan oleh Dean Aristya Nugraha