Sepanjang tahun 2018, telah terjadi berbagai bencana alam yang meninggalkan duka dan cerita bagi rakyat Indonesia. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dalam kurun waktu satu tahun, tercatat 2.426 bencana alam telah terjadi di Indonesia, yang didominasi oleh bencana hidrometeorologi. Letak Tanah Air yang berada di rangkaian Cincin Api Pasifik memang mengharuskan kita selalu siap siaga meghadapi bencana alam.
Mengikuti eskalasi jumlah kejadian bencana alam, jumlah korban jiwa akibat bencana alam tahun ini ikut membumbung tinggi. Sebanyak 4.231 orang meninggal dunia dan hilang, meningkat hingga seribu persen dari tahun 2017.
Berikut kami sajikan kaleidoskop bencana alam yang terjadi di Indonesia sejak awal hingga menjelang akhir tahun 2018.
- Januari
Gempa bumi berkekuatan 6,1 SR terjadi pada 23 Januari yang berpusat di sebelah barat daya Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Total 8.467 unit rumah rusak akibat rentetan gempa yang terjadi sejak 23 hingga 26 Januari. Kerugian mencapai Rp250,76 miliar. BNPB menyalurkan bantuan logistik kepada korban gempa melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lebak
- Februari
Banjir melanda DKI Jakarta pada Selasa (6/2/2018) siang. Ribuan rumah di Jakarta Timur, Jakarta Selatan, dan Jakarta Barat tergenang oleh banjir. Sebanyak 6.532 penduduk mengungsi. Pemprov DKI kemudian menyediakan 450 unit pompa mobile dan stationer untuk mengatasi banjir.
Selain banjir, ada juga bencana longsor yang terjadi pada Kamis (22/2/2018) pagi di Desa Pasir Panjang, Kabupaten Brebes. Longsor disebabkan oleh kemiringan lereng yang curam, struktur tanah yang gembu, dan hujan sebagai pemicu longsor. Tercatat 11 orang meninggal dan 7 orang hilang. Kegiatan evakuasi korban oleh tim SAR terhambat dan tidak optimal dikarenakan medan yang berat dan cuaca buruk.
- Maret
Bencana longsor terjadi di Kota Sibolga, Provinsi Sumatera Utara, pada 26 maret pukul 19.00 WIB. Sebanyak 2 orang meninggal dunia dan 1 orang luka berat. Longsor mengakibatkan tiga rumah rusak berat.
- April
Gempa Bumi berkekuatan 4,4 SR mengguncang sebagian wilayah Kabupaten Banjarnegara. Terhitung korban gempa sebanyak 2 orang meninggal, 21 luka-luka, dan 2.125 terpaksa mengungsi. Gempa menyebabkan 465 rumah dan 10 fasilitas umum rusak. BPBD membentuk tim gabungan yang bertugas untuk mengevakuasi korban. Bangunan yang rusak segera ditangani oleh pemerintah.
- Mei
Gunung Merapi mengalami letusan freatik dengan tinggi abu kolom mencapai 5.500 meter pada jJmat (11/5/18) pagi. Letusan ini menyebabkan bandara Adi Sutjipto ditutup sementara akibat hujan abu vulkanik. Sepuluh hari kemudian (21/5/18), Merapi kembali meletus dan terjadi aktivitas kegempaan sepanjang hari itu. Akibatnya, status Merapi dinaikkan menjadi Level II (Waspada). Sejumlah 1.900 orang mengungsi akibat erupsi Gunung Merapi.
- Juni
Gempa tektonik berkekuatan 4.8 SR mengguncang wilayah Kabupaten Sumenep, Jawa timur pada 13 juni pukul 20.06 WIB. Terdapat tiga korban luka ringan akibat reruntuhan rumah. Terhitung 79 rumah dan 3 fasilitas umum rusak.
Gempa juga terjadi di Kabupaten Sarmi pada 15/6/2018 pukul 07.57 WIB. Gempa tektonik berkekuatan 5.7 SR menyebabkan tiga orang luka berat akibat reruntuhan rumah. Sebanyak 118 rumah rusak.
- Juli
Lombok diguncang gempa berkekuatan 6.4 SR pada 29 Juli pukul 05.47 WIB. Pusat gempa terletak di darat, yaitu 47 kilometer arah timur laut dari Kota Mataram. Hingga 31 Juli, tercatat 346 kali gempa susulan telah terjadi.
Korban terhitung 555 meninggal dan lebih dari 390 ribu warga mengungsi. Gempa mengakibatkan puluhan ribu rumah warga rusak.
Pemerintah menerapkan konsep teknologi Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA) dan Rumah Instan Konvensional (RIKO) untuk relokasi warga terdampak.
- Agustus
Hampir seluruh wilayah Indonesia sudah memasuki musim kemarau pada Agustus. Kekeringan melanda 11 provinsi dan menyebabkan 4,87 kuta jiwa terdampak. BNPB menyalurkan dana hingga 50 miliar rupiah untuk mengatasi kekeringan. Bantuan berupa pengadaan tandon air, pembangunan bak penampung air, sewa mobil tangki air, dan pembangunan sumur bor.
- September
Jumat (28/9), gempa berkekuatan M6 mengawali rangkaian bencana yang terjadi di Palu dan sekitarnya. Kemudian gempa-gempa dengan kekuatan lebih kecil terus terjadi, hingga sore hari pada pukul 17.02 WIB gempa berkekuatan M7,4 mengguncang wilayah Palu dan sekitarnya.
Dampak gempa terakhir memicu terjadinya likuifaksi dan tsunami di wilayah pantai. Jumlah korban jiwa mencapai 2.081 jiwa. Di perumahan Balaroa, Kota Palu, sekitar 1.700 rumah tertelan bumi setelah gempa menyebabkan tanah menjadi cair (likuifaksi). Ratusan hingga ribuan orang diyakini terkubur.
- Oktober
Banjir bandang melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara pada 12 Oktober. Berdasarkan keterangan dari BMKG, banjir bandang disebabkan jebolnya bendungan air yang terbentuk karena longsor beberapa waktu sebelumnya. Penyebab jebolnya material longsor ini sendiri diduga karena tingginya intesitas hujan di daerah tersebut. Banjir menyebabkan pelajar SD 235 Desa Muara Saladi Kecamatan Ulu Pungkut terseret arus banjir ketika sedang belajar. Sebanyak 12 dari 17 siswa meninggal dunia.
- November
Memasuki musim hujan, November didominasi oleh bencana puting beliung, tanah longsor, dan banjir bandang. Longsor terjadi di Kabupaten Negekeo, Nusa Tenggara Timur. Longsor menimbun tiga rumah. Tercatat tiga orang meninggal dunia.
Longsor juga terjadi di Desa Sukamayu Mohili, Kecamatan Gomo, Kabupaten Nias Selatan ,Provinsi Sumatera Utara. Peristiwa ini terjadi pada 10 November pukul 08.45 WIB dan mengakibatkan tujuh orang tertimbun.
- Desember
Angin puting beliung menerjang wilayah Bogor, Jawa Barat pada Kamis (6/12) sore. Puting beliung mengakibatkan 1 orang meninggal, 3 orang luka-luka, 942 mengungsi, dan 1.700 rumah rusak.
Belum selesai tahun 2018 bagi Indonesia, tsunami kembali melanda wilayah pantai di sekitar Selat Sunda. Proses evakuasi dan pendataan korban saat ini masih berjalan. Hingga Minggu (23/12) pukul 23.30 WIB, tercatat jumlah korban sebanyak 229 orang meninggal dunia, 408 orang hilang, 720 orang luka-luka dan 4.411 orang mengungsi. Diduga tsunami disebabkan aktivitas vulkanik Anak Gunung Krakatau.
BNPB saat ini sedang berusaha mengembalikan akses jalan beberapa daerah di lokasi bencana yang belum bisa dilewati untuk proses evakuasi.
Tahun 2018 menjadi catatan penting sebagai tolak ukur pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Betapa mahalnya harga yang harus dibayar untuk menyadarkan kita semua bahwa Indonesia masih jauh dari kata siap dalam menanggulangi bencana alam. Sungguh ironi bahwa berulang kali kekurangan pada pencegahan bencana terjadi karena keegoisan manusianya sendiri.
BNPB memprediksi jumlah bencana pada tahun 2019 mencapai 2.500 kejadian. Bencana masih akan didominasi oleh banjir, longsor, dan puting beliung, sementara gempa bumi dan tsunami masih sulit untuk diprediksi saat ini.
Tulisan oleh Bagas Muhammad
Data oleh Hayfa Amirah
Gambar oleh Gilbran Alif