Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI DAN PEMBANGUNAN BANGSA

Dilihat dari artinya yang penting sebagai sumber devisa dan sebagai dasar untuk perindustrian, energi dan sumber-sumber alam merupakan suatu sektor penting di mana ilmu pengetahuan dan teknologi perlu dikembangkan di Indonesia. Akan tetapi, energi dan sumber-sumber alam hanya merupakan suatu bagian dari seluruh spektrum bidang-bidang di mana infrastruktur ilmu pengetahuan dan teknologi sedang diperkuat. Dan, karena motivasi dasar dan mekanisme utama dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi di bidang energi dan sumber-sumber alam tidak berbeda jauh dari motivasi dan mekanisme pengembangannya dalam sektor-sektor lain, –motivasi utamanya adalah pembangunan bangsa dan mekanisme utamanya adalah rencana-rencana produksi progresif– maka saya tidak akan membicarakan hanya soal energi dalam uraian saya hari ini.

Saya mengartikan pembangunan bangsa sebagai suatu proses kompleks yang ditempuh suatu ataupun bahkan berbagai bangsa dalam suatu negara dalam mengembangkan identitas bersama serta falsafah hidupnya, dan atas dasar ini, menumbuhkan cara-cara khas dalam hidup-bersama dan berusaha bersama sebagai suatu sistem serta mengembangkan potensi bersamanya sebagai suatu kesatuan nasional yang nyata. Potensi ini dapat berwujud potensi ekonomi, potensi kultural dan sebagainya; pendeknya dapat berupa potensi apa saja yang mungkin dimiliki manusia dan yang ingin dicapainya. Dalam pengertian ini, ada perbedaan antara kehadiran suatu kelompok manusia sebagai suatu negara dalam arti formal yang ditandai oleh kemerdekaan politik, pemilikan suatu undang-undang dasar, suatu wilayah yuridiksi formal serta suatu pemerintah formal pada satu pihak, dan kehadiran mereka sebagai suatu bangsa yang ditandai oleh kesanggupan berdiri sendiri secara ekonomis, kemampuan untuk mempertahankan identitas kulturalnya serta kekuatan untuk mempertahankan kemerdekaan politiknya. Dalam konsep yang saya gunakan, kebangsaan ditandai oleh kemandirian nyata sebagai lawan dari kemerdekaan formasi. Berpegang pada ukuran ini rakyat suatu negara baru dapat dinamakan suatu bangsa jika ia telah sanggup berdiri sendiri secara ekonomis, politis dan kultural dan atas dasar ini menjalin hubungan yang saling menguntungkan dan yang karena itu saling memuaskan dengan bangsa-bangsa lain. Karena semua negara dan rakyatnya harus menempuh proses ini dengan cara-caranya sendiri masing-masing, maka tidak semua negara merdeka telah berkembang menjadi negara-negara sesuai istilah yang saya pergunakan itu. Untuk banyak negara-negara seperti Amerika Serikat, Jepang dan berbagai negara Eropa, proses pembentukan bangsa itu memakan waktu bertahun-tahun, malahan berabad-abad, kadang kala diselingi dengan berbagai revolusi. Dan sebagai suatu catatan penting, perlu saya kemukakan di sini bahwa perjuangan negara-negara sedang berkembang dari Selatan untuk mencapai berbagai macam tatanan baru internasional pada dasarnya adalah suatu perjuangan melunakkan kondisi-kondisi historis yang pada saat ini mengurangi kecepatan ataupun menghambat kemungkinan tercapainya sukses dari usaha-usaha mereka dalam pembangunan bangsa dalam arti yang saya uraikan tadi.

Negara-negara seperti negara saya, yang baru diberi kesempatan kurang dari 50 tahun untuk secara bebas menentukan sendiri identitasnya dan mengembangkan sendiri potensinya sebagai suatu kesatuan ekonomi, kultural dan politik, tidak bisa diharapkan dapat berdiri atas dasar yang sama dengan negara-negara yang telah meliwati ratusan tahun dalam pembangunan bangsanya. Persoalannya ialah apakah kita lebih menyukai dan akan merasa lebih enak hidup dalam suatu dunia yang penuh dengan ketidaksamaan, ketidakpastian dan ketidakamanan atau apakah kita akan merasa lebih aman hidup dalam suatu dunia yang terdiri dari negara-negara yang merasa dirinya mantap, kurang lebih sama kuat dan yang saling berhubungan satu sama lain dalam jalinan ekonomi, politik dan kultural yang saling menguntungkan.

Satu hal jelas : untuk dapat menjadi suatu negara bangsa yang merdeka secara ekonomis, negara itu harus mampu menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa yang diperlukannya sendiri atau yang diperlukan oleh dunia pada umumnya sehingga kelebihan produksinya dapat ditukarkannya dengan barang-barang dan jasa-jasa yang diperlukannya tapi tidak mampu dihasilkannya sendiri. Pemilikan sumber-sumber daya alam seperti energi, mineral, lahan, sumber-sumber hasil pertanian, dan lain-lain, sangat berguna untuk mengembangkan kemampuan ini. Tetapi ini bukanlah kuncinya. Tanpa kemampuan untuk mendapatkan, memiliki serta mengembangkan teknologi, pemilikan sumber-sumber alam dalam jumlah yang berlimpah-limpah pun tidak merupakan jaminan tercapainya kedudukan sebagai suatu bangsa. Sebaliknya, jika kemampuan untuk memperoleh dan mengembangkan teknologi itu ada, maka langkahnya sumber-sumber alam bukanlah merupakan halangan dalam pembangunan bangsa. Inilah yang dibuktikan oleh Jepang. Sebagaimana semakin dipahami oleh kita di Indonesia, Jepang adalah suatu bukti nyata dari kemampuan suatu negara yang sangat kekurangan dalam sumber-sumber alam untuk menjadi suatu kekuatan ekonomi karena mempunyai tenaga kerja yang berkeahlian tinggi, yang sangat tekun dan rajin dan yang mampu menyerap dan mengembangkan teknologi-teknologi yang diperlukan untuk menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa yang diperlukan di seluruh dunia.

Oleh karena itu, ilmu pengetahuan dan teknologi adalah kunci untuk pembangunan bangsa.

Hanya melalui ilmu pengetahuan dan teknologi sesuatu bangsa dapat berkembang menjadi sumber daya manusia terbaharukan yang mempunyai potensi ekonomis. Hanya melalui ilmu pengetahuan dan teknologi sesuatu bangsa akan berguna untuk dirinya sendiri dan untuk bangsa-bangsa lain dan tidak hanya menjadi beban pada dunia serta menjadi sumber ketegangan sosial dan pertikaian.

Mengalihkan, menyesuaikan dan mengembangkan lebih lanjut teknologi dalam proses pembangunan bangsa serta menjadikan teknologi suatu dasar penting kebudayaan bangsa lebih mudah diuapkan daripada dilakukan. Keseluruhan prosesnya sangat kompleks dan hingga sekarang masih belum seluruhnya dimengerti.

Walaupun begitu, nampaknya ada beberapa hal tertentu yang minimal diperlukan.

Pendidikan dan latihan baik di dalam negeri maupun di luar negeri dalam ilmu-ilmu yang mendasari teknologi serta dalam berbagai teknologi itu sendiri, pasti diperlukan. Ini memang merupakan suatu permulaan yang sangat penting. Selain itu, manusia yang ingin merubah dirinya menjadi suatu bangsa harus mempunyai suatu konsep yang jelas, realistis dan yang selalu dipraktekkan mengenai masyarakat yang ingin dikembangkannya dan mengenai teknologi-teknologi yang perlu dan berguna untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam usahanya mencapai konsep masyarakat itu. Teknologi-teknologi yang tepat untuk keperluan ini tidak selalu merupakan teknologi yang sangat primitif. Sebaliknya, dalam berbagai hal teknologi yang diperlukan mungkin malahan merupakan yang termaju didunia. Ukuran yang benar untuk menguji tepat tidaknya teknologi ialah apakah penggunaannya dapat memecahkan problema-problema yang dihadapi secara efektif dan efisien. Ketiga, dan mungkin inilah yang paling penting, adalah bahwa teknologi-teknologi hanya dapat dipindahkan, disesuaikan dan dikembangkan lebih lanjut melalui penggunaannya. Teknologi hanya dapat dipindahkan melalui bekerja: bekerja dalam mengatasi problema-problema konkrit melalui penerapan berbagai teknologi yang ingin dipindahkan dan disesuaikan. Untuk memindahkan, menyesuaikan dan mengembangkan lebih lanjut teknologi produksi beras sudah tentu sangat penting dipelajari ilmu pertanian dan teknologi produksi beras pasti juga sangat penting untuk diketahui apa sebabnya beras perlu untuk masyarakat yang ingin dikembangkan. Akan tetapi yang paling penting adalah berproduksi beras. Untuk memindahkan dan menyesuaikan teknologi pembuatan kapal, orang harus membuat kapal-kapal. Hanya dengan bekerja memecahkan problema-problema nyata dalam berproduksi dapat dimengerti bekerjanya teknologi bersangkutan dan dapat dimungkinkan pemanfaatan pengertian ini sebagai dasar penyesuaian teknologi itu terhadap kondisi-kondisi sebenarnya.

Ini mempunyai suatu akibat penting.

Untuk dapat memindahkan dan menyesiakan teknologi secara berhasil, manusia harus memecahkan sendiri persoalan-persoalannya. Tidak mungkin manusia akan dapat berkembang dengan membiarkan persoalan-persoalan mereka dipecahkan oleh orang-orang dari negara lain yang teknologinya lebih maju. Melakukan hal ini mungkin merupakan jalan yang paling cepat untuk memecahkan persoalan yang bersangkutan.Tetapi cara ini sangat tidak berguna untuk mengembangkan kemampuan suatu bangsa merealisasikan potensi ekonominya. Suka tidak suka, satu-satunya pihak yang mampu mengembangkan manusia menjadi suatu bangsa besar adalah mereka itu sendiri, melalui usaha-usaha sendiri menyelesaikan problema mereka dengan penggunaan teknologi apa saja yang telah dikembangkan dan dipakai oleh bangsa-bangsa lain di dunia ini.

Di lain pihak, pemaksaan swasembada mutlak dalam produksi dan teknologi juga sukar dibenarkan secara ekonomis dan politis. Berusaha mengembangkan sendiri setiap metodologi dan setiap teknologi untuk semua keperluan sangat mahal dilihat dari sudut waktu dan sumber-sumber daya. Dan walaupun rakyat negara bersangkutan dapat berkembang menjadi suatu bangsa yang ekonomis berdiri sendiri, strategi mengisolasi diri seperti ini sangat tidak membantu jalan menjadi hubungan mesra dan bersahabat dengan bangsa-bangsa lain di seluruh dunia.

Satu-satunya jalan yang benar yang dapat ditempuh rakyat suatu negara dalam proses pembangunan bangsa menurut paham saya adalah untuk sejak semula meletakkan dasar-dasar hubungan dengan rakyat negara-negara lain di dunia, baik mereka yang telah lebih maju dalam proses pembangunan bangsanya maupun dengan yang masih sama-sama dalam fase-fase permulaan dari proses itu. Dengan bertindak demikian, negara bersangkutan akan bebas mencari ke seluruh dunia teknologi-teknologi yang cocok untuk pemecahan masalah-masalah yang dihadapinya dan dengan begitu dapat memperceoat proses perubahannya menjadi suatu bangsa yang kuat. Dengan demikian dunia kita di masa depan akan dapat terdiri dari bangsa-bangsa yang kuat dan yang percaya pada diri sendiri, masing-masing berkepribadian sendiri dalam kebudayaan dan sistem politiknya akan tetapi semuanya sama-sama berpartisipasi serta memberikan sumbangannya pada pertumbuhan ekonomi dunia sehingga terciptalah suatu proses pemakmuran di seluruh dunia yang saling menunjang. Hanya melalui proses pembentukan suatu sistem internasional yang terdiri dari kesatuan-kesatuan yang sama-sama berhasil dengan caranya masing-masing membangun bangsanya dan yang dalam proses itu mampu menyerap teknologi-teknologi bangsa lain serta berhasil menjalin hubungan yang saling menguntungkan dengan bangsa-bangsa itu, dapat dijamin pertumbuhan suatu ekonomi dunia yang senantiasa berkembang.

Sampai di mana kita dapat berhasil mencapai pertumbuhan bersama ini banyak tergantung dari volume informasi yang mengalir antara negara-negara kita, besarnya hubungan ekonomis, besarnya dan mendalamnya pengertian politik, meluasnya hubungan kultural, tingkat pertukaran teknologi, volume kerjasama ilmu pengetahuan, pendeknya, pada besarnya seta mendalamnya hubungan antara negara-negara di seluruh dunia.

Jika dalam uraian di atas saya memusatkan perhatian pada konsep-konsep dan dalil-dalil kebijakan umum yang bersangkutan dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan pembangunan bangsa, maka sekarang saya ingin meminta perhatian Anda terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia dalam rangka usaha-usaha negara saya membangun suatu bangsa Indonesia yang kuat.

Selama 15 tahun terakhir ini telah terdapat kemajuan-kemajuan yang berarti di bawah pimpinan Presiden Soeharto.

Dibandingkan dengan 15 tahun sebelum pembentukan Pemerintah sekarang ini, stabilitas politik pada waktu sekarang kiranya telah terjamin, baik dilihat dari sudut terdapatnya suatu mayoritas formal, pendukung Pemerintah dalam parlemen maupun yang lebih penting, diukur dari menyeluruhnya dukungan masyarakat pada Pemerintah.

Selama 10 tahun terakhir ini, ekonomi telah bertumbuh dengan laju pertumbuhan rata-rata tahunan sebesar 7,5 prosen. Dalam tahun 1980 pertumbuhan riil ekonomi Indonesia adalah 9,6 prosen. Produk Domestik Bruto meningkat lebih dari 12 kali lipat semenjak 1969. Walaupun Indonesia tidak kebal dari pengaruh inflasi dunia, dalam tahun 1981 nilai inflasi dapat ditekan pada tingkat yang sangat layak sebesar 7 prosen. Perbandingan antara cicilan hutang luar negeri ditambah bunga dengan nilai hasil ekspor Indonesia pada waktu sekarang adalah 11 prosen sedangkan cadangan netto devisa adalah seharga jumlah impor selama 7 bulan.

Hasil-hasil ini merupakan landasan untuk pola pembangunan Indonesia di masa depan. Jika di tahun-tahun yang lampau pertumbuhan ekonomi Indonesia terutama didasari pada ekspor bahan-bahan mentah, maka pada tingkat selanjutnya pembangunan ekonomi harus semakin ditopang oleh industri, baik industri untuk pasaran dalam negeri maupun untuk ekspor. Memang terdapat berbagai alasan untuk memasuki tingkat pembangunan berikutnya secepat mungkin. Pertama, nilai tambah dalam perindustrian sesungguhnya lebih besar dari nilai tambah dalam eksploitasi sumber-sumber daya alam. Kedua, peningkatan produksi pertanian telah mengakibatkan kenaikan pendapatan penduduk pedesaan serta perluasan yang cepat dari pasaran domestik untuk para industriawan. Ketiga, dengan pertumbuhan angkatan kerja setiap tahun sebesar 1,3 sampai 1,5 juta orang, pertumbuhan cepat dalam industri pada karya sangat diperlukan untuk mencegah meningkatnya pengangguran pada tingkat yang dapat menggoncangkan masyarakat. Keempat dan yang lebih penting dalam lingkup yang saya uraikan sebelumnya, walaupun pola pembangunan dalam tahun-tahun akhir ini telah dengan cepat menambah kemampuan kami untuk membeli barang-barang dan jasa-jasa dari dunia luar, pembangunan sekarang harus lebih ditujukan pada usaha mengembangkan penduduk Indonesia menjadi sumber daya manusiawi dengan potensi ekonomi. Setelah pembangunan Indonesia di waktu yang lalu terutama dilandaskan pada modal dan bahan mentah, di masa yang akan datang pembangunan bangsa harus semakin didasari pada sumber daya manusiawi. Ini tugas Indonesia yang sangat mendesak dalam dekade yang akan datang.

Seperti halnya dengan banyak negara-negara berkembang yang kaya akan sumber daya alam, tetapi pada skala yang mungkin lebih kecil dari beberapa negara kaya sumber daya alam tertentu, Indonesia berada dalam kedudukan yang menguntungkan dalam menghadapi tugas sejarah ini, Permintaan dunia yang langgeng akan sumber-sumber daya alamnya akan senantiasa menjamin tersedianya dana-dana yang cukup untuk ditanam dalam perkembangan infrastruktur ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan untuk merubah kekuatan tenaga buruh Indonesia menjadi suatu modal manusiawi dengan potensi ekonomi yang besar.

Terdapat lima bidang besar di mana infrastruktur ilmu pengetahuan dan teknologi perlu diperkuat lebih lanjut.

Yang pertama ialah bidang kebutuhan dasar manusia: makanan, pakaian, kesehatan dan gizi, pemukiman dan pendidikan. Kami sangat perlu meningkatkan produktivitas produksi makanan. Kami perlu menggunakan teknologi mutakhir dan teknik produksi paling modern. Kami perlu menggunakan teknologi mutakhir dan teknik produksi paling modern sehingga kelebihan produksi yang dapat dijual akan jauh melebihi jumlah yang diperlukan para petani untuk konsumsi dan kebutuhan produksinya. Dewasa ini telah dicapai kemajuan-kemajuan berarti. Jika misalnya dalam tahun 1970 Indonesia mengimpor beras, yakni bahan makanan pokok penduduknya, sebanyak 2,6 juta ton, dalam tahun 1981 jumlah ini telah berkurang menjadi 0,5 juta ton. Dengan tingkat produksi tahun 1982 yang diproyeksikan agak lebih tinggi dari tingkat produksi yang dicapai tahun yang lalu, maka beralasan kiranya untuk merasa optimis akan dapat dicapainya swasembada dalam waktu singkat.

Bidang besar kedua untuk perluasan infrastruktur ilmu pengetahuan dan teknologi adalah energi dan sumber-sumber daya alam: sumber-sumber daya nabati dan hewani serta sumber-sumber daya mineral dan energi. Telah dilakukan penanaman modal besar-besaran untuk memperbesar produksi hasil tumbuh-tumbuhan komersial seperti karet, minyak sawit, kopra, teh, kopi, gula, dan lada. Dewasa ini, produksi minyak mentah adalah 1,6 juta barrel sehari, sedangkan produksi gas alam mencapai lebih dari 1.000 milyar kaki kubik standard. Ekspor minyak bumi adalah sebesar 1,2 juta barrel setiap hari sedangkan kira-kira 40 prosen produksi gas alam diekspor dalam bentuk LNG. Pabrik-pabrik pencairan gas alam telah diperluas untuk memungkinkan Indonesia melipat gandakan volume ekspor LNG dalam waktu 2 tahun mendatang. Diversifikasi sumber-sumber energi, energi geothermal, batubara dan methanol diberikan bobot perhatian yang besar. Sekarang sedang dilakukan atau sedang direncanakan percobaan-percobaan untuk merubah batubara lignit menjadi gas serta untuk pemakaian energi solar, merubah limbah kayu menjadi energi dan lain-lain.

Dalam perkembangan ilmu alam dan teknologi yang bersangkutan dengan energi, suatu pra-anggapan yang mendasari tindakan-tindakan kami di masa yang akan datang adalah perkiraan bahwa di dalam jangka panjang harga-harga minyak bumi akan menurun, atau setidak-tidaknya, berhenti menaik.

Menurut pendapat saya, walaupun benar penurunan dalam permintaan akan minyak bumi dewasa ini disebabkan oleh resessi dalam ekonomi negara-negara industri, akan tetapi itu bukanlah satu-satunya sebab. Penyebab lain yang penting adalah telah dilakukannya berbagai inovasi, baik inovasi dalam konservasi energi maupun dalam ukuran yang lebih kecil, inovasi dalam diversifikasi energi. Apa yang kita alami sekarang saya kira adalah pengaruh dari kedua macam inovasi itu yang dirintis sejak tahun 1973, pertama kalinya harga-harga minyak bumi disesuaikan ke atas secara dramatis. Seperti diketahui, pembaharuan-pembaharuan teknologi memakan waktu tertentu untuk dirasakan pengaruhnya dan saya kira waktu 5 sampai 10 tahun adalah waktu yang diperlukan untuk pembaharuan-pembaharuan teknologi seperti ini untuk menjelma menjadi kenyataan. Kami di Indonesia banyak memberikan perhatian pada kemungkinan mengembangkan industri-industri yang memakai minyak bumi dan gas alam sebagai bahan mentahnya, seperti pabrik pupuk, plastik, serabut, dan lain-lain. Kami juga memberikan penekanan baru pada penggunaan kesempatan-kesempatan yang nyata untuk mengikut sertakan perindustrian Indonesia dalam berbagai sektor dari industri energi seperti yang akan dikemukakan di bawah ini.

Dalam ilmu pengetahuan dan teknologi industrialisasi, yaitu bidang ketiga bagi perluasan sarana dan prasarana ilmu pengetahuan dan teknologi, sedang dilakukan usaha-usaha untuk mengembangkan teknologi industri sehingga dapat dihasilkan pemecahan-pemecahan praktis dari berbagai problema yang disebabkan oleh keadaan geografis Indonesia. Indonesia yang terdiri dari 13.400 pulau yang kira-kira 3.000 di antaranya berpenduduk dan yang tersebar di daerah seluas 6,8 juta km2, memerlukan infrastruktur perhubungan dan pengangkutan yang meliputi pengangkutan laut (untuk penumpang, muatan, kapal-kapal tanker dan lain-lain), pengangkutan udara (pesawat jarak dekat dan jauh, helicopter dan lain-lain), kendaraan-kendaraan pengangkutan darat (untuk penumpang, truk, kereta dan lain-lain), serta pos dan telekomunikasi, dan rangkaian hubungan radio dan televisi. Semuanya ini tidak hanya diperlukan untuk mengembangkan ekonomi nasional yang terpadu di mana pasaran dan pusat-pusat produksi yang terletak terpisah dan sangat berjauhan satu sama lain dapat senantiasa saling berangkaian bagaikan bejana berhubungan.

Jelas bahwa pasaran untuk kendaraan-kendaraan dan alat-alat pengangkutan dan komunikasi sangat besar. Sebagian dari biaya impor alat-alat ini tentu dapat dipikul oleh hasil penjualan ekspor energi, barang-barang mentah, hasil pertanian dan ekspor Indonesia lainnya. Akan tetapi sudah pada tingkat pembangunan sekarang ini pun sebagian tertentu dari biaya itu, mungkin sampai 50 prosen, sebetulnya sudah dapat dibayar dengan nilai produksi dalam negeri melalui berbagai “offset arrangements” (yaitu perjanjian untuk mengimpor barang-barang tertentu dengan syarat beberapa komponen diproduksi negara pengimpor). Kemungkinan nyata untuk mengurangi biaya pembelian impor barang-barang industri melalui persetujuan “offset” menunjukkan betapa perlunya diadakan hubungan industri antara negara-negara berkembang dengan negara-negara maju.

Apa yang berlaku untuk pengangkutan dan komunikasi juga berlaku untuk sub-sektor industri energi, yaitu industri yang mencakup produksi peralatan yang menggunakan sumber-sumber energi primer seperti minyak, geotermal, batubara dan lain-lain untuk produksi tenaga listrik dan tenaga mekanik. Ini meliputi seluruh barisan industri ketel uap, industri turbin dan generator, heat exchangers (mesin untuk mengalihkan panas ke dalam energi mekanis), alat-alat pengangkutan dan pemindahan energi, serta pembangunan dan pemeliharaan alat-alat penunjang yang berhubungan dengan itu. Dengan anggapan bahwa permintaan domestik Indonesia terhadap energi tertier akan meningkat dengan kenaikan produksi dan pendapatan masyarakat, maka permintaan untuk produk-produk sektor industri ini akan meningkat. Dengan memperhitungkan kemampuan-kemampuan industri mesin Indonesia dewasa ini maka tidaklah bijaksana untuk tidak memergunakan kesempatan-kesempatan realistis bagi peningkatan partisipasi industriawan Indonesia dalam memenuhi permintaan ini dengan memindahkan dan menyempurnakan teknologi-teknologi bersangkutan.

Pemindahan teknologi yang berhubungan dengan pendirian pabrik-pabrik industri untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan Indonesia akan produk-produk industri seperti yang dibentangkan di muka, hanya akan berhasil dengan pelaksanaan secara konsisten rencana-rencana produksi yang realistis dan terpadu yang mengandung di dalamnya rencana pengalihan secara bertahap teknologi-teknologi yang bertalian dengan pembuatan produk industri tertentu dari teknologi yang sederhana sampai teknologi yang paling kompleks. Melalui cara yang saya namakan “rencana-rencana produksi progresif” ini para industriawan Indonesia akan mampu sedikit demi sedikit mendapatkan teknologi-teknologi yang lebih maju dengan cara yang terarah. kami di Indonesia telah membuktikan pada kami sendiri dan kepada dunia luar bahwa dengan rencana semacam itu suatu negara yang belum maju perindustriannya pun mampu ikut serta menghasilkan produk-produk industri yang sangat kompleks dan teknologis sangat tinggi seperti helikopter dan pesawat terbang. Melalui pendirian suatu pabrik pesawat terbang yang dimulai lima tahun yang lalu dengan mempekerjakan 600 orang dan yang pekerjaannya pada akhir tahun ini, akan berjumlah 7.500 orang, teknologi pembuatan pesawat terbang dan helikopter dewasa ini sedang dialihkan ke Indonesia dari luar negeri dengan pembuatan pesawat-pesawat yang diperlukan oleh ekonomi dan masyarakat Indonesia. Melalui kaitan-kaitan ke depan dan ke belakang baik langsung ataupun tidak langsung, pabrik ini pasti akan melipatgandakan kegiatan ekonomi di seluruh Indonesia, setidak-tidaknya di seluruh daerah sekeliling pabrik itu. Adalah berdasarkan kelayakan yang terbukti dari konsep produksi dan konsep pemindahan teknologi pabrik ini, bahwa Pemerintah Indonesia telah mulai melakukan langkah-langkah seperlunya untuk mendirikan dan atau memperluas pabrik-pabrik lain berdasarkan konsep tersebut. Ini meliputi galangan kapal dan pabrik-pabrik yang lengkap untuk pembuatan wagon dan gerbong kereta api. Juga dilakukan tindakan-tindakan untuk memperkuat industri otomotif dan alat-alat telekomunikasi.

Pelaksanaan rencana-rencana produksi progresif menuntut kalangan industri Indonesia mengambil sikap yang aktif dan malahan agresif untuk memperoleh teknologi. Mereka tidak dapat tinggal pasif dan statis dengan hanya menunggu sampai teknologi-teknologi tersebut diserahkan pada mereka. Untuk dapat membantu mereka mengambil sikap yang dinamis dan aktif ini, mereka perlu disokong dan dibantu oleh lembaga-lembaga ilmu pengetahuan dan laboratorium-laboratorium yang memberikan jasa-jasa yang berhubungan dengan proses produksi serta teknologi-teknologi yang ingin diperolehnya. Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia telah mendirikan PUSPIPTEK; Pusat Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, yakni suatu kompleks teknologi industri yang direncanakan meliputi laboratorium uji-konstruksi, laboratorium energi, laboratorium kalibrasi dan instrumentasi, laboratorium elektronik, reaktor penelitian serba-guna, laboratorium kimia, laboratorium fisika, laboratorium aero-dinamika, gas-dinamika dan getaran, laboratorium termodinamika dan propulsi, laboratorium teknologi proses dan lain-lain. Pusat penelitian tersebut yang dewasa ini sedang dalam pembangunan bertahap di Serpong dekat Jakarta, akan menjadi titik pusat usaha-usaha yang direncanakan untuk pengalihan, penyesuaian dan pengembangan berbagai teknologi yang tepat dan berguna untuk penciptaan dan perluasan pelbagai proses produksi di seluruh Indonesia.

Sesuai dengan tahap pembangunan Indonesia sekarang maka dewasa ini rencana-rencana untuk memperkuat infrastruktur ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang industri ditujukan pada penciptaan lebih banyak pekerjaan-pekerjaan yang berkualitas lebih tinggi untuk tenaga buruh yang senantiasa meningkat jumlahnya, melalui pembentukan keahlian-keahlian yang baru dan yang lebih maju.

Ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertalian dengan pertahanan adalah bidang keempat di mana akan dilakukan perluasan dan peningkatan investasi. Jelas ada keperluan untuk memperkuat ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat mendukung kemampuan pertahanan dan pengamanan Indonesia jika diperhatikan lokasi strategis, banyaknya sumber-sumber alam serta sifat unik geografis Indonesia. Indonesia harus mampu mengawasi daerah yurisdiksinya dan harus dapat mempertahankannya terhadap segala tindakan-tindakan yang dapat membahayakan kedaulatannya serta tercapainya TRILOGI Pembangunannya; yakni pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas. Indonesia harus pula dapat menangkal gangguan dan ancaman terhadap usaha-usaha pembangunan bangsanya. Untuk ini Indonesia siap untuk mempertaruhkan dana dan dayanya untuk menggunakan teknologi-teknologi pertahanan yang bertalian dengan usaha peningkatan Sistem Pertahanan Rakyat Semestanya yang disesuaikan dengan kebudayaan, geografi dan perkembangan teknologi Indonesia serta teknologi yang diperlukan untuk pembuatan senjata-senjata yang sesuai dengan sistem ini.

Akhirnya, suatu bangsa yang telah berniat untuk mengalihkan, menyesuaikan dan mengembangkan lebih lanjut teknologi modern dan mempergunakannya dalam lingkungan-lingkungan kebudayaan yang telah ada sebelumnya, harus mengambil tindakan-tindakan untuk mencegah jangan sampai pemakaian teknologi-teknologi baru itu melarutkan atau menghancurkan nilai-nilai kebudayaan yang mendasari identitas nasionalnya. Seperti halnya dengan masyarakat-masyarakat lain, identitas nasional Indonesia menjelma dalam caranya bekerja—dan hidup—bersama dan dalam mekanisme melaksanakan dan mempertahankan tata tertib sosial. Dan seperti halnya dengan negara-negara berkembang lainnya, Indonesia telah memiliki berbagai kebudayaan lama jauh sebelum menjadi suatu negara modern. Untuk dapat memelihara suatu perimbangan yang teratur antara nilai-nilai kebudayaan yang telah berakar dan nilai-nilai baru yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, pengetahuan sosial budaya, ekonomi dan falsafah Indonesia dinyatakan sebagai bidang kelima dan yang mungkin paling penting di mana perlu diperkuat prasarana ilmu pengetahuan dan teknologi.

Perkembangan infrastruktur dalam bidang ini bermaksud untuk memperkokoh kemampuan rakyat Indonesia untuk memelihara keserasian antara nilai-nilai kebudayaannya dengan kemajuan ilmu dan teknologi di keempat bidang yang diuraikannya terdahulu.

Ringkasnya: menurut paham saya, pembangunan bangsa adalah suatu proses yang ditempuh suatu kelompok manusia dalam usahanya untuk berkembang menjadi suatu masyarakat yang oleh dunia luar dianggap mempunyai kekuatan ekonomi. Untuk mencapai tingkat perkembangan ini, maka ilmu pengetahuan, keahlian dan teknologi sangat diperlukan. Tanpa ilmu pengetahuan dan teknologi tidak satu negara pun dapat mengembangkan potensi ekonominya.

Pengalihan dan pengembangan teknologi hanya dapat berhasil jika dilakukan melalui pelaksanaan secara konsisten rencana-rencana produksi yang kongkret dan realistis yang di dalamnya mengandung peningkatan sistematis pemakaian dan penguasaan teknologi-teknologi yang semakin maju.

Hanya dengan rencana-rencana produksi progresif seperti ini suatu masyarakat dapat berkembang menjadi satu kekuatan produktif dan dengan demikian dapat menjadi anggota terhormat dalam lingkungan bangsa-bangsa yang ada di dunia dewasa ini dan di masa mendatang. Kami di Indonesia bersyukur bahwa dewasa ini kami telah sampai pada tingkat dalam proses pembangunan bangsa di mana telah dapat dijamin kemampuan Indonesia untuk terus menerus semakin meningkatkan tercapainya TRILOGI Pembangunan Nasional kami, yaitu pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional.

Melalui rencana-rencana pembangunan yang pragmatis dan yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun yang berkesinambungan, maka proses pembangunan bangsa di Indonesia ditujukan ke arah penjelmaan suatu bangsa dengan kekuatan ekonomi yang semakin besar, dengan kemerdekaan politik yang semakin nyata dan dengan kesadaran yang semakin tinggi akan identitas nasionalnya. Dalam proses ini, peran energi bersifat implisit sedangkan untuk memperkuat peran ini, pengembangan energi dan sumber-sumber daya nasional ditetapkan sebagai salah satu dari lima bidang dimana prasarana ilmu pengetahuan dan teknologi perlu dikembangkan.

Tokyo, 27 Maret 1982.

*) Prasaran diucapkan pada Simposium Internasional tentang “Energi dan Kerjasama Internasional: Pilihan untuk Abad ke-21”, Tokyo, Jepang, 27 Maret 1982.