Beranda Artikel Clapeyron dan Krisis Eksistensial Media dalam Era Postmodernisme

Clapeyron dan Krisis Eksistensial Media dalam Era Postmodernisme

oleh Redaksi

Perayaan HUT yang ke-50 pada 2019 ini, Clapeyron media mengajak pembaca setia untuk ikut menyelami corak sejarah Clapeyron melalui rubrik khusus Lintas Dekade. Semisal, artikel pertama yang diangkat dalam Lintas Dekade bercerita mengenai rendahnya persentase kelulusan mahasiswa di Program Studi Sarjana Teknik Sipil UGM. Artikel yang sebelumnya dimuat di majalah Clapeyron Volume 2 tahun 1977 ini ditulis dan diterbitkan ulang sebagai bukti kepekaan Clapeyron terhadap isu-isu seputar balada kehidupan di kampus UGM.

Clapeyron dibentuk pada 5 juli 1969 sebagai badan pers mahasiswa yang terspesialisasi dalam bidang teknik sipil. Selama lima puluh tahun, Clapeyron telah memproduksi berbagai karya otentik, salah satunya adalah Majalah Teknik Sipil dan Ilmiah Populer Clapeyron. Sejak pertama kali terbit pada 1976, Clapeyron telah memproduksi sejumlah 63 volume majalah. Pada September mendatang, Clapeyron akan kembali meluncurkan edisi terbarunya, Majalah Clapeyron Volume 64.

Meski telah memasuki usia yang tua, Clapeyron sebagai badan pers mahasiswa kembali dihadapkan pada tantangan baru, yaitu pergeseran era modern menuju postmodern. Pergeseran ini menghasilkan perubahan paradigma berpikir menjadi lebih skeptis dan subjektif, sehingga memengaruhi berbagai bidang yang terkait dengan rasionalitas, objektivitas dan sistemasi seperti bidang jurnalistik.

Gerakan postmodernisme hanya menjadi lelucon belaka bagi filsuf modern. Namun, bagi manusia postmodern gerakan ini merupakan jalan keluar dari kekecewaan terhadap era modernisme (perang dan konflik yang bersumber dari etnosentrisme manusia modern). Sedangkan, bahaya yang bersembunyi dibalik era postmodernisme sendiri adalah penolakan terhadap rasionalitas berpikir. Subjektivitas menjadi pijakan berpikir bagi manusia postmodern.

Perihal postmodernisme dalam bidang jurnalistik, saat ini informasi yang disampaikan melalui media massa telah mengalami distorsi. Tak bisa dipungkiri, belakangan ini barangkali kita akan dilanda oleh keraguan ketika membaca suatu artikel berita di media massa. Hal ini disebabkan karena inkonsistensi informasi yang ditunjukkan dari berbagai media massa. Selain itu, belakangan ini pemasaran media cenderung menjadi hal yang lebih penting dibandingkan substansinya. Merebaknya pola ini menjadikan seringkali isi dari suatu narasi cenderung diabaikan. Media acap kali jauh lebih terfokus pada branding narasi itu sendiri yang harus mengikuti dengan tren saat itu.

Akibat dari keraguan masyarakat karena inkonsistensi media massa, berbagai wujud informasi hingga angka dan data telah kehilangan kredibilitasnya. Kemudian, kehadiran Citizen Journalism atau jurnalisme warga seakan menjadi jalan tengah bagi permasalahan tersebut. Media perseorangan yang memanfaatkan media sosial sebagai basisnya mampu mencuri perhatian masyarakat. Hal ini disebabkan media-media ini menghadirkan berita yang mampu memuaskan nafsu manusia postmodern terhadap tren.

Clapeyron media, untuk menghadapi persoalan diatas, menghadirkan rubrik khusus “Kontribusi Clapeyron” dan “Claphotography” demi menghadirkan citizen journalism yang sehat, faktual dan terpercaya. Meskipun beberapa hal terkait branding masih menjadi polemik bagi Clapeyron sendiri, Clapeyron selalu berusaha menghadirkan isu ketekniksipilan sesuai tren dengan kualitas narasi yang tetap terukur.

Dengan kepercayaan diri yang tinggi, Clapeyron saat ini telah sampai kepada usia lima puluh tahun. Hal ini tidak terlepas dari peran Anda pembaca sekalian, Sahabat Clapeyron. Segala hal yang ada didalam narasi sederhana ini harapannya dapat mengantarkan kita kepada refleksi tentang Clapeyron di masa yang akan datang. Clapeyron dengan senang hati menerima saran dan kritik dari pembaca setia untuk tetap menghadirkan Clapeyron yang berkenan di hati pembaca.

Dirgahayu Clapeyron, biarkan korsa merahmu menjadi sejarah, tak tergerus oleh aliran waktu.

Tulisan oleh Bagas Muhammad
Data oleh Ferian Yudha
Gambar oleh Rizki Prayitno

Artikel Terkait