Pembangunan overpass di perlintasan kereta api Pasar Sigong, Pucung Lor, Kroya dimulai sejak September 2019 lalu. Overpass ini memotong jalan rel dan membentang hingga 200 meter. Jalan pada overpass ini akan berperan sebagai jalan kelas I. Rencananya pembangunan overpass akan selesai pada Januari 2020.
Pada awalnya, perlintasan Pucung Lor Kroya berupa perlintasan sebidang yang berarti bangunan jalan raya terletak pada ketinggian yang sama dengan jalan rel. Namun, akibat beberapa kasus kecelakaan lalu lintas pada perlintasan ini, pemerintah setempat memutuskan untuk mengajukan pembangunan perlintasan baru. Pasalnya, perlintasan ini telah berperan penting sebagai jalur alternatif dari Kroya menuju Kebumen, sementara jalan rel kroya cukup padat dilintasi oleh kereta api sehingga perlintasan kereta api turut mengganggu fungsi jalan raya.
Overpass Pucung Lor Kroya merupakan perlintasan kereta api yang unik karena pembangunannya menggunakan teknologi Corrugated Mortarbusa Pusjatan (CMP) dan merupakan perlintasan kereta api pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi tersebut. Awak Clapeyron berkesempatan untuk berjalan-jalan ke proyek pembangunan overpass Pucung Lor Kroya dan bertemu dengan Site Manager proyek pembangunan overpass Pucung Lor Kroya.
Tantangan Pembangunan di Atas Jalan Rel
Pembangunan overpass di atas jalan rel memerlukan ketelitian. Struktur bangunan harus direncanakan tahan terhadap getaran akibat kereta yang melintas. Tinggi dan lebar bangunan juga harus memenuhi syarat ruang manfaat jalur kereta api. Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor PM 36 Tahun 2011, bangunan perlintasan harus terletak di sisi-sisi jalan rel dengan jarak minimal 10 meter dari as rel dan ketinggian tidak kurang dari 6,2 meter, sedangkan fondasi bangunan memiliki syarat jarak minimal 10 meter dari as rel serta kedalaman tidak kurang dari 1,5 meter.
Tantangan juga timbul dalam segi pelaksanaannya. Pembangunan overpass Pucung Lor Kroya direncanakan tidak mengganggu 120 perjalanan kereta api (GAPEKA 2019) di bawahnya, sehingga dalam pelaksanaannya tidak memungkinkan untuk menggunakan bekisting di atas jalan rel. Pekerjaan yang dapat mengganggu aktivitas rel dikerjakan pada selang waktu (window time) antarkereta. Akibat padatnya lalu lintas rel di Kroya, maka window time yang tersedia tidak banyak. Jika perjalanan kereta sampai terganggu, pelaksana proyek akan didenda setiap menitnya.
Menggunakan Teknologi Corrugated Mortarbusa Pusjatan (CMP)
Overpass Pucung Lor Kroya menggunakan Corrugated Steel Arch (baja pelengkung bergelombang) sebagai struktur bagian jembatan yang berada di atas jalan rel. Kemudian, timbunan jalan di atas baja pelengkung diisi menggunakan mortar busa, yaitu campuran dari semen, pasir, air, dan busa. Perkawinan dari teknologi Corrugated Steel Arch dan mortar busa inilah yang disebut Corrugated Mortarbusa Pusjatan (CMP).
Dalam pelaksanaannya di lapangan, Corrugated Steel Arch telah difabrikasi sebelumnya dan dirakit langsung di pinggir lokasi proyek. Kemudian, pemasangan baja pelengkung sebagai struktur dilakukan dengan penggeseran menggunakan alat berat. Apabila dibandingkan dengan metode konvensional, pelaksanaan menggunakan Corrugated Steel Arch dapat dikatakan lebih efisien karena tidak membutuhkan bekisting dan tidak mengganggu fungsi jalan rel di bawahnya. Corrugated Steel Arch pada overpass Pucung Lor Kroya juga disusun komposit dengan beton. Hal ini ditujukan untuk menjaga struktur tetap aman apabila sewaktu-waktu terjadi kelelehan baja akibat uap panas lokomotif.
Timbunan jalan berupa mortar busa sebenarnya tidak berbeda jauh dengan mortar pada umumnya, hanya saja dalam proses mixingnya, mortar dicampur dengan busa menggunakan bantuan kompresor. Penggunaan mortar busa ini juga mempertimbangkan kualitas dan daya dukung tanah pada lokasi proyek overpass Pucung Lor Kroya yang rendah. Mortar busa memiliki berat jenis yang ringan, bahkan lebih ringan daripada air. Apabila diperhatikan, terdapat rongga-rongga kecil di dalam mortar busa yang telah memadat. Penggunaan mortar busa dapat mengurangi beban lateral overpass Pucung Lor Kroya. Pedoman spesifikasi material timbunan mortar busa dapat ditinjau lebih lanjut melalui Surat Edaran Kementerian PUPR RI Nomor 46/SE/M/2015.
Memang pada faktanya, harga material dengan metode CMP lebih mahal daripada penggunaan timbunan konvesional tanah, harga mortar per meter kubik saja dapat mencapai tiga hingga empat kali lipat harga tanah dengan volume yang sama. Namun, apabila kita analisis dengan memasukkan komponen lain seperti waktu pekerjaan, penggunaan alat berat, dan sifat material, penggunaan CMP dapat dibilang lebih efisien. Material timbunan mortar busa sekali dihamparkan akan segera mengeras dan tidak akan mengalami penurunan yang besar seperti tanah. Selain itu, penggunaan mortar busa juga tidak memerlukan pemadatan sebagaimana tanah dipadatkan. Dengan penggunaan teknologi CMP ini, proyek overpass Pucung Lor Kroya dapat direncanakan selesai lebih cepat. Proyek pembangunan overpass dengan teknologi konvensional yang memerlukan waktu satu hingga dua tahun dapat dipangkas hingga setengahnya.
Tulisan oleh Bagas Muhammad
Data oleh Ferian Yudha P
Gambar oleh Widi Rahmat S