Beranda Artikel Underpass Khusus Gajah di Tol Pekanbaru-Dumai

Underpass Khusus Gajah di Tol Pekanbaru-Dumai

oleh Redaksi


Jalan Tol Pekanbaru-Dumai (Tol Permai) yang sudah dibangun sejak 2016 lalu direncanakan beroperasi pada April 2020. Bagian dari Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) ini menghubungkan ibu kota Riau, Pekanbaru, dengan sejumlah kawasan ekonomi dan industri, termasuk Dumai, dengan ruas jalan tol sepanjang 131 km.

Tol Permai merupakan jalan tol pertama di Indonesia yang menggunakan enam underpass untuk jalur perlintasan gajah. Hal ini merupakan salah satu upaya menjaga kelestarian lingkungan. Tol Permai memiliki tujuh gerbang tol dan terbagi menjadi enam seksi. Underpass pertama berlokasi di seksi dua, di Sungai Tekuana, sedangkan kelima lainnya berlokasi di seksi empat, berdekatan dengan Suaka Margasatwa Balai Raja. Penentuan keenam lokasi underpass gajah merupakan hasil diskusi pemerintah pemerhati lingkungan hidup yang sebelumnya telah melakukan studi lintasan satwa.

Perluasan sistem transportasi memiliki dampak negatif bagi fauna di sekitarnya, di antaranya dapat meningkatkan angka kematian (kecelakaan lalu lintas), menghambat migrasi satwa, dan mengisolasi satwa. Hal tersebut merupakan tantangan pembangunan Tol Permai yang berada di wilayah jelajah gajah, walaupun saat perencanaan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah merancang jalur tol tanpa melewati wilayah konservatif.

PT Hutama Karya, selaku kontraktor pelaksana proyek strategis nasional, memfasilitasi penyediaan underpass yang dibuat seperti habitat aslinya dengan tinggi 5,1 meter, lebar 40 meter, serta dilengkapi pagar pengaman di bagian kanan dan kiri perlintasan gajah untuk menjauhkan gajah dari lalu lintas jalan tol. Diperkirakan underpass tersebut dapat dilalui hingga 100 ekor gajah. Lintasan penyeberangan satwa pada dasarnya dibagi menjadi dua, overpass dan underpass. Setiap penyeberangan dibangun sesuai dengan kebutuhan spesies satwa dan kondisi bentang alam. Oleh sebab itu, setiap penyeberangan bagi satwa liar cenderung tidak memiliki karakteristik yang sama.

Pada saat pembangunan, perlu diperhatikan kenyamanan bagi satwa liar. Salah satunya adalah dengan menambahkan fitur peredam suara pada lintasan penyeberangan untuk mengurangi suara bising dari kendaraan sehingga satwa tidak takut dan lari menjauh. Beberapa studi menjelaskan bahwa satwa liar membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan lintasan penyeberangan.

Pengadaan penyeberangan bagi satwa liar memberikan dampak positif, di antaranya perlindungan satwa liar. Memisahkan satwa liar dengan lalu lintas dapat mengurangi kecelakaan lalu lintas yang dapat mengakibatkan cedera dan kematian satwa. Kematian satwa dapat berdampak pada populasi satwa, terutama bagi spesies yang hampir punah. Selain itu, pergerakan satwa liar menjadi tidak terbatas. Penyeberangan memungkinkan individu hewan untuk berpencar dan berkembang biak dengan individu pada populasi lain. Bagi para pengendara, fasilitas underpass dinilai dapat mengurasi kekhawatiran saat berkendara. Diharapkan kedepannya Indonesia mampu mengembangkan penyeberangan bagi satwa liar sehingga mobilitas manusia dan satwa tidak terganggu.

Tulisan oleh Amalia Ramadhani
Data oleh Salma Zulfa
Gambar oleh Ammar Fadhil

#pekanbarudumai #tol #pembangunan #satwa #pecintahewan #lingkungan #jembatansatwa #indonesia

Artikel Terkait