Nyepi merupakan hari raya umat Hindu dalam memperingati pergantian Tahun Baru Saka yang jatuh pada Purwani Tilem sasih Kesanga. Nyepi bertujuan untuk menyucikan Bhuana Agung (alam semesta) dan Bhuana Alit (tubuh dan pikiran manusia). Dalam rangkaian pelaksanaan Nyepi, terdapat beberapa rangkaian, yaitu Melasti, Tawur Agung, Nyepi, Ngembak Geni, dan Dharma Santi.
Melasti adalah upacara penyucian diri yang dilakukan di mata air ataupun pantai karena mata air dan laut dipercaya sebagai sumber air suci yang dapat membersihkan segala kotoran yang ada di alam dan tubuh manusia. Sehari sebelum pelaksaan nyepi, umat Hindu melaksanakan Tawur Agung dan pawai ogoh-ogoh dengan begitu meriah. Setiap tahunnya, Tawur Agung dilaksanakan secara terpusat di pelataran Candi Prambanan. Ribuan umat Hindu melaksanakan prosesi persembahyangan dan pawai ogoh-ogoh. Kemudian malamnya, ogoh-ogoh akan dibakar pada prosesi Pangerupukan. Pangerupukan bertujuan untuk mengusir Bhuta Kala atau segala sesuatu yang buruk agar alam semesta dan segala isinya terhindar.
Namun, Nyepi tahun ini terasa berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Dikarenakan ancaman pandemi virus corona (Covid-19), beberapa rangkaian, seperti Melasti dan Tawur Agung tidak dapat dilaksanakan oleh seluruh umat, melainkan hanya dilaksanakan secara terbatas oleh panitia pelaksana Tawur Agung. Hal tersebut bertujuan untuk mencegah laju penyebaran virus Covid-19 dengan tidak mengurangi makna perayaan Nyepi.
Kini, hampir seluruh wilayah di dunia mulai menutup diri (lockdown) dan Bhuana Agung (alam semesta) turut melaksanan perayaan Nyepi dengan caranya sendiri.
Selamat Hari Raya Nyepi 1942 Saka, semoga alam semesta lekas pulih seperti sedia kala.
Tulisan oleh Candra Kusuma
Gambar oleh Bagas Adi