Tertanggal 11 Maret lalu, World Health Organization (WHO) telah menetapkan wabah Covid-19 sebagai pandemi. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan bahwa masa darurat bencana yang diperlukan oleh Indonesia adalah hingga 29 Mei. Penyebaran Covid-19 yang mengkhawatirkan ini berdampak pada banyak hal termasuk di dalamnya proyek pembangunan di Indonesia. Salah satu proyek yang terdampak adalah Emmision Reduction in Cities (ERiC) Malang.
ERiC Malang merupakan proyek milik Kementrian PUPR yang dikerjakan oleh PT PP (Persero) Tbk. Ruang lingkup pekerjaan proyek ini adalah pembangunan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan sistem sanitary landfill. Dampak terbesar yang diakibatkan oleh penyebaran Covid-19 adalah terhambatnya produktivitas pekerjaan dan tertundanya pengiriman alat dari luar negeri. Dampak penyebaran Covid-19 yang meresahkan ini diungkapkan oleh Muhammad Zuhda yang bekerja sebagai bagian Method Engineering dalam proyek ERIC.
Berdasarkan pemaparan Zuhda, proyek ini telah melakukan batasan-batasan sebagai sikap atas merebaknya wabah Covid-19. Batasan itu berdampak pada pelaksanaan pekerjaan di proyek, yaitu pengurangan jam kerja efektif dan tidak diperbolehkan adanya penambahan pekerja. Para karyawan dan pekerja juga tidak diizinkan mengambil cuti hingga batas waktu yang belum ditentukan. “Proses konstruksi juga terhambat karena terganggunya kebijakan ekspor-impor sehingga beberapa alat belum dapat dikirim dari luar negeri,” tambah Zuhda.
Unit HSE proyek juga telah melakukan upaya-upaya pencegahan agar para pekerja mereka tidak terdampak Covid-19. Upaya tersebut antara lain melakukan pengecekan suhu tubuh secara rutin tiap hari, sosialisasi tentang Covid-19, dan penerapan social distancing pada saat pelaksanaan pekerjaan. Zuhda menambahkan keterangan bahwa upaya ini telah berjalan sejak dua minggu yang lalu. “Kami berusaha menjaga kesehatan para pekerja kami, agar proyek ini tetap bisa berjalan dengan lancar,” jelasnya.
Perusahaan lain yang berupaya mengantisipasi penyebaran Covid-19 adalah PT Wijaya Karya Beton Tbk, khususnya di proyek Unit High Railway atau Kereta Cepat Jakarta Bandung. “Dari tim manajemen memberikan satu botol hand sanitizer dan vitamin C dua kali sehari untuk masing-masing pekerja. Kami juga melakukan penyemprotan disinfektan di seluruh area batching plant dan di semua mixer kami,” papar Febrian Ramadhan, salah seorang staf teknik dan mutu pada unit kerja tersebut.
Batasan-batasan pun juga diberlakukan di kantor, seperti penerimaan tamu hanya dari pukul 10.00-14.00 WIB dan pembatasan jam kerja hingga pukul 20.00 WIB. Selain menetapkan batasan-batasan, upaya unit tersebut dalam mengantisipasi Covid-19 antara lain menyediakan thermometer gun di setiap area batching plant, berjemur dan olahraga ringan setiap pagi, dan sosialisasi terkait Covid-19. Upaya yang telah dilaksanakan sejak 16 Maret lalu tampak berjalan dengan lancar karena hingga saat ini, masih belum ada pekerja yang dinyatakan positif COVID-19. “Bila ada teman-teman yang kurang fit, maka akan beristirahat di rumah hingga kondisi yang memungkinkan,” tutup Febrian.
Tulisan oleh Damar Anindyo dan Rian Pradipta
Gambar oleh Nafila Suri